Pernahkah ketika membaca
sesuatu, otak ini terasa mandeg dan tidak paham sama sekali? Hal itu
sering terjadi ketika kita membaca bahasa asing atau hal-hal yang baru kita alami.
Hal ini bisa kita anggap sebagai peningkatan pengetahuan dengan harapan mampu
meningkatkan kualitas diri menjadi diri yang sejati. Ini yang saya rasakan
ketika membaca judul di atas. Judul tersebut merupakan tema diskusi yang
tertera di undangan yang dikirim oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Diskusi tersebut akan digelar pada tanggal
7 Agustus 2018 mendatang di Jakarta.
Selain materi yang akan
disampaikan, hal-hal menarik bagi saya ketika kita mengalami kesulitan adalah
dipertemukannya kita dengan orang-orang baru yang membuat kita semakin semangat
dalam belajar, selain juga memperluas jaringan dan menambah wawasan. Bahkan bonus
tersebut mungkin akan lebih bermanfaat di masa depan dari pada materi yang kita
anggap sulit hari ini.
Tulisan ini hanya sekedar
refleksi malam, berharap ada orang yang mau membimbing, berbagi pengalaman dan
memberi arahan di bidang ini sebelum saya berpartisipasi dalam diskusi tersebut. Bertemu dan bersilaturrahim dengan para ahli
lebih saya sukai, namun bisa dimungkinkan komunikasi itu melalui email ardiansyahbagus110@gmail.com jika
jarak kurang efektif untuk bertemu. Hasil dari workshop akan dibagikan
dikemudian hari. Insya Allah, Matur nuwun!
by
www.ardiansyahbs.com
on
07:06
Pernahkah ketika membaca sesuatu, otak ini terasa mandeg dan tidak paham sama sekali? Hal itu sering terjadi ketika kita membaca bah...
Kebaikan yang tidak terorginisir
akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Begitulah kiranya sambutan Ketua
PWNU Jawa Timur, K. H. Hasan Mutawakkil Alallah, sekaligus motivasi hadirin
yang hadir. Banyak orang mengira bahwa Nahdlatul Ulama’ sebagai induk pesantren
dan pesantren adalah produk NU. Persepsi tersebut tidak bisa disalahkan karena
memang mayoritas orang NU baik secara strultural maupun kultural adalah
orang-orang pesantren. Namun, yang perlu diluruskan adalah pesantren justru
menjadi induk Nahdlatul Ulama’. NU hanyalah jembatan komunikasi dan koordinasi
antarpesantren untuk membumikan nilai-nilai santri. Seperti Pancasila yang
menjadi jembatan antaragama dan etnis.
Dilanjutkan oleh Rais Syuriah
PWNU Jawa Timur, beliau menjelaskan realita yang terjadi di masyarakat. Mulai
banyak pemikiran-pemikiran yang mengatasnamakan Islam membuat takut masyarakat,
bahkan membuat masyarakat menjauh dan malas belajar agama Islam. Mereka
berusaha menjauhkan masyarakat dari Kiai. Tidak jarang mereka
menyalah-nyalahkan ajaran para kiai dan mengafir-kafirkan siapa saja yang
mengamalkan.
Kemudian ketua umum PBNU, K.
H. Said Aqil Siradj, mencoba memaparkan semua permasalahan-permasalahan
kontemporer dari berbagai sudut pandang keilmuan. Selain itu, hal menarik yang
beliau sampaikan adalah kehidupan sederhana para santri yang beliau alami di
pesantren ini. Tidak jarang kesederhanaan-kesederhanaan itu menjadi hal yang
sangat dirindukan bagi kita semua. Akhirnya, beliau dan jajaran pemimpin yang lain
membuka acara dengan tabuhan rebana.
Konferensi Wilayah Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama’ Jawa Timur dimulai, saya dan Tim Aswaja NU Center PWNU
Jawa Timur bersiap menjalankan tugas. Kami mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan dalam rangka KISWAH Event yang diselenggarakan sehari penuh selama
konferwil berlangsung.
Singkat cerita, KISWAH Event
diakhiri dengan bedah buku Fiqih Kebangsaan oleh Lembaga Bahtsul Matsail PP.
Lirboyo. Dan dipenghujung acara, saya mengikuti press conference di sekitar
halaman aula PP. Lirboyo. Pembicara yang hadir memberikan penjelasan di
bidangnya masing-masing, diantaranya Direktur TV9 yang baru-baru ini memperoleh
penghargaan sebagai TV religi terbaik, perusahaan advertising, Lesbumi, Banser,
RMI dan Ketua Redaksi Majalah AULA.
Secara umum hal-hal yang
disampaikan adalah tantangan kedepan bagi kita semakin berat, semoga para kiai
senantiasa diberi kekuatan dan yang berada di sini tetap semangat dalam
menjalankan tugas, untuk Indonesia Raya. Meneguhkan Nahdlatul Ulama’ sebagai payung bangsa.
Kebaikan yang tidak terorginisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Begitulah kiranya sambutan Ketua PWNU Jawa Timur, K....
Di bawah cahaya bulan
purnama, sayup-sayup syair terdengar bergema dari setiap penjuru ruangan. Seakan
menjadi penanda kehidupan yang penuh kedamaian, jauh dari riuhnya lalu lintas
informasi hoax. Tak terlihat manusia-manusia penunduk yang sibuk dengan
eksistensi negative dan lupa diri, yang tampak hanya senyuman-senyuman yang
penuh dengan keramahan dan tatapan persahabatan. Peci, sarung, dan aksara
gundul menjadi sebuah identitas sejauh mata memandang.
Untuk kesekian kalinya, saya
berkunjung ke tempat ini: Lirboyo. Sebuah desa yang dipenuhi dengan berbagai
lembaga pendidikan Islam. Orang-orang mengenalnya Ponpes Lirboyo. Kawasan yang
setiap harinya dipenuhi lalu lintas kaum sarungan. Dan di malam ini, merahnya
bulan purnama seakan menyambut setiap tamu yang datang, “Selamat Datang! Semoga
Jawa Timur senantiasa di bawah bimbingan Ulama’.”
Pada kesempatan kali ini,
saya bersama rombongan Tim Kiswah-Event turut meramaikan Konferwil Ulama’ Jawa
Timur. Agenda lima tahunan ini ibarat menjahit kembali atau memperbaiki pakaian
yang selama ini dikenakan. Pakaian ini yang membantu mengenali diri yang
sejati, bukan menjadikan lupa diri mengabaikan atau merendahkan kemanusiaan dan
seluruh ciptaan. Pakaian yang rusak perlu perbaikan-perbaikan untuk membimbing
hati dan akal menuju insan kamil.
Dari lantai dua tempat kami
beristirahat, tampak berseliweran para santri menuju tempat belajarnya masing-masing.
Sementara langit menjadi saksi dan purnama semakin meneguhkan keagungan-Nya.
Malam yang sempurna, berada di lingkungan positif menuju insan kamil.
Sejauh pengetahuan al-faqir,
sosok insan kamil dalam sejarah diwakili oleh orang-orang yang mampu
mendamaikan dua arus: saalimulfikr. Di bumi Nusantara ada sosok Hadratussyaikh
K. H. Hasyim Asy’ari yang mendamaikan dua arus, kebangsaan dan keagamaan. Agama
dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan, Nasionalisme adalah
bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan. Hubbul Wathon Minal Iman.
Di sisi lain, sosok Bung
Karno juga mampu merumuskan dasar-dasar yang disarikan dari adat budaya
Nusantara yang adiluhung: Pancasila. Sebuah dasar negara yang mengolaborasikan
antara agama dan negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
nilai-nilai Ketuhanan dalam membentuk masyarakat yang berkeadilan social.
Sementara itu, sosok Imam
Syafi’i dalam pengambilan hokum dengan mengombinasikan antara naqli dan aqli. Wahyu
sebagai sumber inspirasi dan akal sebagai alat paling sempurna dalam mengolah
sumber inspirasi tersebut (Al-Quran, Hadis, Ijma’ dan Qiyas). Sama halnya
seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dengan akidah Asy’ariyah (50 sifat).
Berbeda halnya dengan apa
yang dialami Al-Ghazali, dua arus yang saling berseberangan itu antara kaum
sufi dan fuqaha. Pertentangan antara ahli tasawuf dan ahli fiqh menyisakan
peristiwa yang tak terlupakan. Al-Ghazali mampu mengawinkan antara hakikat dan
syariat, tasawuf dan fiqh, dimana keduanya saling beriringan. Dan Al-Farabi,
filsuf muslim pertama yang berusaha menyelaraskan filsafat politik Yunani
klasik dengan Islam, serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks
agama-agama wahyu.
Akhirnya, semoga perjalanan
hidup tokoh-tokoh di atas mampu menginspirasi dan membuat hidup kita semakin
bermakna. Kita boleh tidak meyakini suatu hal, tapi menolak pengetahuan yang
datang adalah pangkal kebodohan. Tugas kita tidak untuk khatam, melainkan untuk terus ngaji. Kewajiban kita tidak untuk pintar, melainkan untuk terus belajar. Prinsipnya, memelihara tradisi lama yang baik
dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Al-Muhaafadhatu ‘ala qadimish
sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah.
Di bawah cahaya bulan purnama, sayup-sayup syair terdengar bergema dari setiap penjuru ruangan. Seakan menjadi penanda kehidupan yang...
Hidup tidak hanya untuk bekerja, tetapi untuk menikmati kehidupan dengan menyebarkan kemanfaatan. Selalu menjaga kesimbangan fisik dan mental serta kebersihan. Senantiasa mengingat Allah akan membawa kedamaian dalam hati. Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yang dapat memajukan atau menundanya. Ketika waktu itu datang, kesempatan berbuat baik telah habis. Mereka yang menyia-nyiakan hidupnya berharap dihidupkan kembali, tetapi itu hanya sia-sia. Lakukan kebaikan dari sekarang, sebelum waktu kematian datang.
Life is not only to work, but to enjoy it by
spreading kindness. Always keep our body and soul pure and balanced. Always
remember Allah for it brings peace. Death come unpredictably, and nobody can
advance or postpone it. When the time comes, the chance to do good deeds has
run out. Those who couldn’t control themselves when they were still alive wish to
be revived, but it’s pointless. Do good deeds from now on before the time of
death comes.
Sluku-Sluku
Bathok Bathoke Ela Elo
Ayun-ayun kepala, kepalanya
geleng-geleng
Si Rama
Menyang Solo
Si Bapak pergi ke Solo
Oleh-Olehe
Payung Mutho
Oleh-olehnya payung mutho
Mak Jenthit
Lololobah
Secara tiba-tiba bergerak
Yen Mati Ora
Obah
Orang mati tidak bergerak
Yen Obah
Medeni Bocah
Kalau bergerak menakuti orang
Yen Urip
Goleko Duwit
Kalau hidup carilah uang
Sluku-Sluku Bathok Bathoke Ela
Elo
Artinya:
Hidup tidak
boleh dihabiskan hanya untuk bekerja, waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga
jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi yang seimbang, bathok atau kepala kita
perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuanya. Dengan berdzikir (ela elo=
laa ilaaha ilalloh) mengingat allah, syaraf neuron di otak akan mengendur,
ingatlah allah, dengan mengingat-Nya hati menjadi tentram. Usluk fa usluka bathnaka, bathnaka ila Allah.
Si Rama Menyang Solo
Artinya:
Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) Solo (Sholat) lalu bersuci dan dirikan Shalat. Menuju jalan kebahagiaan dan
keselamatan melalui beragama secara benar. Sharimi Yasluka.
Oleh-Olehe Payung Mutho
Artinya:
Maka kita
akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah. Payung mutho adalah paying
jadul dari kertas semen yang sangat besar, biasanya untuk mengiringi keranda
jenazah. Laailaha illallah hayun wal mauta.
Mak Jenthit Lololobah
Artinya:
Kematian datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu, tak
dapat diprediksi dan tak juga dikira-kira, tak bisa dimajukan dan tak bisa pula
dimundurkan. Senantiasa mendekatlah kepada Allah. Mandzalika
muqarabah.
Wong Mati Ora Obah
Artinya:
Saat kematian
datang, kesempatan
beramal hilang. Hidup hingga mati adalah milik Allah. Hayyun wal
mauta innalillah.
Yen Obah Medeni Bocah
Artinya:
Banyak jiwa
yang rindu untuk kembali pada Allah ingin minta dihidupkan untuk bertaubat, tapi allah
tak mengijinkan, jika mayat hidup lagi maka bentuknya pasti menakutkan dan
mudhorotnya lebih besar. Mahabbatan mahrajahu taubah.
Yen Urip Goleko Dhuwit
Artinya:
Kesempatan beramal untuk beramal hanya ada
di saat sekarang (selagi mampu dan ada waktu) bukan dinanti (ketidakmampuan dan
hilangnya kesempatan) tempat beramal hanya di sini (dunia) bukan di sana (akherat), di sana bukan tempat beramal
(bercocok tanam) tapi tempat berhasil (panen raya). Yasrifu innal khalaqna insana min dhafiq.
Hidup tidak hanya untuk bekerja, tetapi untuk menikmati kehidupan dengan menyebarkan kemanfaatan. Selalu menjaga kesimbangan fisik dan ment...
Cita-cita dan harapan menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Perlu ditindaklanjuti dengan strategi dan langkah-langkah yang operasional. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan selalu ada. Antisipatif sangat diperlukan, tanpa bersikap reaktif (menangani masalah sebelum masalah itu terjadi) terhadap segala sesuatu.
Ideals and expectations
become a necessity in life. It needs to be followed up with strategies and
operational steps. Threats, challenges, obstacles and distractions always
exist. Anticipatory is necessary, without being reactive (dealing with problems
before happen) to everything.
E . . . .
. dayohe teka
E . . . .
. tamunya datang
E . . . .
. gelarno klasa
E . . . .
. bentangkan tikar
E . . . .
. klosone bedah
E . . . .
. tikarnya robek
E . . . .
. tambalen jadah
E . . . .
. tambal dengan jadah
E . . . .
. jadahe mambu
E . . . .
. jadahnya basi
E . . . .
. pakakno asu
E . . . .
. kasihkan anjing
E . . . .
. asune mati
E . . . .
. anjingnya mati
E . . . .
. guwakno kali
E . . . .
. buang ke sungai
E . . . .
. kaline banjir
E . . . .
. sungainya banjir
E . . . .
. guwakno pinggir
E . . . .
. buang ke pinggir
E . . . .
. pinggire lunyu
E . . . .
. pinggirnya licin
E . . . .
. yo golek sangu
E . . . .
. ayo mencari bekal
Secara
tekstual, tembang dolanan ini tentang manajemen hidup, bahwa masalah dalam
hidup selalu dating bertubi-tubi. Lapangkankan hati seperti luasnya klasa.
Pengambilan keputusan secara cepat dan cermat sangat dibutuhkan. Namun dalam
tembang ini, keputusan yang seharusnya menyelesaikan masalah malah menimbulkan
masalah baru, sehingga segala upaya yang diusahakan menjadi sia-sia. Ketika hal
itu terjadi, hubungan tuan rumah dan tamu menjadi kurang harmonis karena tuan
rumah sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Merasa diabaikan, tamu yang baik tentu
tidak akan berulah ketika di rumah orang. Namun, ketika tamu tersebut mempunyai
niat yang kurang baik, bisa saja kekayaan tuan rumah akan berkurang atau bahkan
bisa mengambil alih kepemilikan rumah. Tamu menjadi tuan rumah dan tuan rumah
menjadi tamu di rumah yang awalnya milik sendiri.
Sedangkan
secara kontekstual, tembang dolanan ini menggambarkan watak orang Nusantara
khusunya Jawa, ketika kedatangan tamu. Siapa pun yang bertamu pasti dihormati
dan merasa terhormat, ditandai dengan tulisan sugeng rawuh di ruang
tamunya. Rumusnya 3UH, lungguh, gupuh dan suguh. Tamu jangan
sampai dibiarkan berdiri terlalu lama, segera diaturi lenggah (lungguh
= duduk). Setelah tamu lungguh, tuan rumah akan gupuh (sibuk) untuk
menyiapkan suguh (makanan dan minuman). Dalam tembang ini, gupuhnya
semakin menjadi-jadi ketika tikarnya sudah jebol.
Selain
itu, tembang ini juga merupakan penjabaran dari Surat Al-Baqarah ayat 183 dan
197. Bahwa kita harus bersiap menyambut bulan Ramadhan untuk mendapatkan bekal
ketaqwaan dengan menjalankan ibadah Puasa. Penjabaran ayat ini menggunakan
bahasa yang familiar dengan masyarakan Nusantara, antara lain: dayoh, klasa,
jadah, asu, kali, banjir, pinggir dan sangu.
Dayoh bermakna tamu. Sebagai symbol bulan
Ramadhan yang membawa rahmat, berkah dan ampunan kepada orang-orang yang
melakukan puasa dengan benar.
Klasa bermakna tikar. Sebagai symbol bahwa
kita harus menyiapkan diri secara fisik dan mental, agar bisa mengisinya dengan
ibadah secara maksimal.
Jadah bermakna makanan berbahan dasar ketan.
Dari segi bahasa berasal dari kata Arab, jadda – yajuddu – jaddan, yang
artinya bersungguh-sungguh. Ketika dikatakan ‘klasa bedah’ (diri yang penuh dosa)
itu harus ditambal dengan jadah. Sebagai symbol bahwa penyucian atas
dosa-dosa harus melalui upaya yang sungguh-sungguh.
Asu bermakna anjing. Sebagai symbol hawa
nafsu atau ego. Dengan puasa diharapkan mampu mengendalikan hawa nafsu
tersebut, terutama menyangkut perut, indera dan seks.
Kali bermakna sungai. Sebagai jalan untuk
melengkapi semua hal yang telah dilakukan. Sebagai syariat agama yang telah
diajarkan, tarawih, tadarus, sedekah dan I’tikaf.
Banjir dan pinggir sebagai symbol bahwa
rangkaian ibadah sangatlah deras, jika tak mampu melakukan semuanya, setidaknya
mempunyai target minimal sesuai kemampuan masing-masing.
Sangu bermakna bekal. Sebagai petunjuk bahwa
dengan melakukan semua itu akan mencapai derajat manusia paripurna.
Dayohe Teko (Sunan Kalijaga)
by
www.ardiansyahbs.com
on
20:20
Cita-cita dan harapan menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Perlu ditindaklanjuti dengan strategi dan langkah-langkah yang operasiona...
Keberadaan manusia laksana jamur. Jamur kebanyakan muncul dari tempat yang basah atau lembab, juga kotor. Seirama dengan manusia sebagai tempat salah dan lupa. Dunia adalah permainan. Mau memposisikan diri dimana dan akan tumbuh berkembang sebagai apa adalah satu pilihan yang adakalanya harus nrima dan pasrah, tapi juga harus selalu memiliki inisiatif
Human
existence like mushroom. Most mushrooms appear from a wet or moist place, also
dirty. Same with humans as the wrong place and forget. The world is a game.
Want to position and will grow as what is an option that sometimes must be
surrender, but also always have the initiative..
Jamuran
ya ge ge thok
Jamurannya
ya dibuat pura-pura
Jamur apa
ya ge ge thok
Jamur apa
ya dibuat pura-pura
Jamur
gajih mbejijih sa ara-ara
Jamur
gajih mengotori seluruh lapangan
Semprat-semprit
jamur apa
Melesat
cepat jamur apa
Tembang ini memberikan pesan
bahwa hidup di dunia perlu keseimbangan. Untuk menjaga keseimbangan itu, banyak
aturan yang harus dipatuhi. Semua orang harus mematuhi aturan tersebut secara
bersama-sama. Secara tidak langsung, tembang ini mengajarkan kedisiplinan untuk
meraih kesuksesan, dan konsistensi akan sebuah pilihan.
Jamuran (Sunan Giri)
by
www.ardiansyahbs.com
on
20:12
Keberadaan manusia laksana jamur. Jamur kebanyakan muncul dari tempat yang basah atau lembab, juga kotor. Seirama dengan manusia sebaga...
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sendiri memang cepat, tapi bersama lebih kuat. Yang tua memberikan teladan dan inspirasi, yang muda menciptakan karya dan keduanya saling memberi semangat. Tidak ada orang lemah, yang ada hanya orang yang malas berlatih. Tidak ada orang bodoh, yang ada hanya orang yang berhenti belajar. Setiap kelahiran adalah anugerah dan setiap anugerah adalah warna-warni kehidupan.
United we stand, divided we
fall. Alone is fast, but together stronger. The elder gave example and
inspiration, the young created creation and effort, both encouraged each other.
There are no weak people, only people who are lazy to practice. No fools, only
people who stop learning. Every birth is a grace and every grace is color of
life. What color are you?
Jaranan . . . . . jaranan
Berkuda . . . . . berkuda
Jarane jaran teji
Kudanya tinggi besar
Sing numpak ndoro Bei
Yang naik Mas Ngabehi
Sing ngiring para Mentri
Yang mengiring para menteri
Jeg jeg nong . . . . . jeg
jeg gung (suara)
Jarane mlebu ning lurung
Kudanya masuk di jalan
Gedebuk krincing . . . . .
gedebuk krincing (suara)
Gedebuk krincing . . . . .
prok prok (suara)
Gedebuk jeder (suara)
Jaranan . . . . . jaranan
Jarane jaran kepang
Kudanya kuda kepang
Sing numpak klambi abang
Yang naik baju merah
Mlakune ndhut ndutan
Jalannya angguk-anggukan
Jeg jeg nong . . . . . jeg
jeg gung (suara)
Jarane mlebu ning lurung
Jalannya masuk ke jalan
Gedebuk krincing . . . . .
gedebuk krincing (suara)
Gedebuk krincing . . . . .
prok prok (suara)
Gedebuk jeder (suara)
Jaranan . . . . . jaranan
Jarane jaran kore
Kudanya kuda kore
Ora ana kendaline
Tidak ada kendalinya
Jarane mlayu dewe
Kudanya berlari sendiri
Jeg jeg nong . . . . . jeg
jeg gung (suara)
Jarane mlebu ning lurung
Gedebuk krincing . . . . .
gedebuk krincing (suara)
Gedebuk krincing . . . . .
prok prok (suara)
Gedebuk jeder (suara)
Tembang jaranan ini menggambarkan realita kehidupan, ada orang-orang yang memegang jabatan tinggi dalam kacamata manusia, para nelayan dan masyarakat sipil. Ketiganya memiliki peran masing-masing dalam mewarnai dunia. Pesan yang ingin disampaikan tentang arti pentingnya kebersamaan. Kebersamaan antara yang tua dan muda. Kebersamaan untuk saling melengkapi dan saling membantu, baik yang memegang jabatan tinggi, maupun yang biasa-biasa saja. Saling menyayangi satu sama lain tanpa diskriminasi. Tembang ini juga mengajarkan nilai-nilai sopan santun, menghormati orang tua atau yang dituakan.
Jaranan
by
www.ardiansyahbs.com
on
10:39
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sendiri memang cepat, tapi bersama lebih kuat. Yang tua memberikan teladan dan inspirasi, ya...
The other name of the leader
is the best servant and leadership is a best service system. Then the best
leaders are able to provide the best service so as to prosper the people a lot.
Who is the true leader? Anyone capable of assembling diversity becomes
something beautiful. Unity in Diversity. Differences are not to be equated, but
need to be put together.
Gundhul-gundhul
pacul cul
Gundul-gundul
cangkul kul
Gembelengan
Congkak
Nyunggi-nyunggi
wakul kul
Membawa (di
atas kepala) bakul
Gembelengan
Tidak
hati-hati
Wakul
nggilmpang segane dadi sak latar
Bakul
terguling nasinya tumpah sehalaman
Wakul
ngglimpang segane dadi sak latar
Bakul
terguling nasinya tumpah sehalaman
Tembang
ini berisi tentang kehormatan tanpa mahkota. Cara memperolehnya dengan pacul, papat
kang ucul, maksudnya melepaskan empat hal dari penyalahgunaan. Menggunakan
empat hal itu untuk membebaskan sesama dari kesulitan. Apakah empat hal itu?
Mata, hidung, telinga dan mulut. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat,
telinga digunakan untuk mendengar nasehat, hidung digunakan untuk mencium
kebaikan dan mulut digunakan untuk berkata yang adil.
Pada
hakikatnya, seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota,
tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi
rakyatnya). Namun jika pemimpin menyalahgunakan empat hal itu, maka akan
berubah sikapnya menjadi gembelengan, congkak, besar kepala dan akan
bermain-main dengan wewenangnya.
Sehingga
menyebabkan bakul terguling yang melambangkan amanah/kepercayaan dari rakyat
terjatuh, akibat sikap sombong saat membawa amanah tersebut. Dan nasinya tumpah
sehalaman, melambangkan hasil yang diperoleh menjadi berantakan dan sia-sia, rakyat
menjadi terlantar.
The other name of the leader is the best servant and leadership is a best service system. Then the best leaders are able to provide t...
There are two conditions of
the heart, patience and gratitude. If we can not be grateful or forget how to
be thankful, then be prepared to accept the events that make the heart must be
patient. Reality is reaction of the action what we do, the action as the
estuary of the process of sensing and reasoning. Let’s think positive and
always be grateful for a more civilized life.
Yo para
kanca dolanan ing jaba
Ayo teman
bermain di luar
Padhang
wulan padhange kaya rina
Terang
bulan terangnya seperti siang
Rembulane
sing awe-awe
Bulannya
mengundang awen
Ngelingake
aja padha turu sore
Mengingatkan
jangan tidur di sore hari
Yo para
kanca dolanan ing jaba
Ayo teman
bermain di luar
Rame-rame
kene akeh kancane
Ramai-ramai
di sini banyak teman
Langite
pancen sumebyar rina
Langitnya
terang sekali
Yo padha
dolanan sinambi guyonan
Ayo
bermain sambal bercanda
(KONTEMPORER)
Lamun
wong tuwa kliru mimpine
Kalau
orang tua salah memimpin
Alamat
bakal getun mburine
Pasti
akan menyesal di belakang
Wong tuwa
loro kundur ing ngarso pengeran
Kedua
orang tua baru meninggal menghadap Yang Maha Kuasa
Anak
putune rame-rame rebutan warisan
Anak
cucunya rebut rebutan warisan
Wong tuwa
loro ing njero kubur anyandang susah
Kedua
orang tua di dalam kubur kesusahan
Sebab mirsani
putra-putrine dho pecah belah
Karena melihat putra-putrinya terpecah belah
Kang den
arep-arep turune rahmat
Padahal
yang diharap turunnya rahmat
Jebul
kang teko nambahi fitnah
Tapi yang
datang menambah fitnah
Iki dino
aja tali lunga ngaji
Hari ini
jangan lupa pergi ngaji
Takon
marang kyai guru kang pinuji
Tanya
pada guru yang terpuji
Insya
Allah kita menang lan kabejan
Insya
Allah kita menang dan berada dalam kebaikan
Zaman kepungkur
ana zaman-zaman buntutan
Dulu ada
zaman togel
Esuk-esuk
rame-rame luru ramalan
Pagi-pagi
orang rebut cari ramalan
Gambar
kucing dikira gambar macan
Gambar
kucing dikira gambar macan
Bengi
diputer metu wong edan
Malam
diundi yang keluar orang gila
Kurang
puas luru ramalan
Karena
kurang puas mencari ramalan
Wong ora
waras dadi takonan
Orang
gila ditanya
Kang
ditakoni ngguyu cekaka’an
Ketika
ditanya tertawa terbahak-bahak
Jebul
kang takon wis ketularan
Dan yang
bertanya lama-lama ketularan
Maksud
dari tembang ini mengajak kita untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa untuk
merenungi keindahan malam. Wujud dari rasa syukur itu dengan tidak tidur pada
sore hari, bersilaturrahim sambil menadabburi firman-Nya. Betapa indahnya
suasana bulan purnama, menikmati cahaya di alam Nusantara untuk merekatkan
persahabatan.
Lebih
lanjut dalam tembang kontemporer, menceritakan tentang kehidupan keluarga.
Orang tua yang salah dalam memimpin, akan kecewa pada akhirnya. Ketika orang
tua telah meninggal, anak-anaknya akan berseteru rebutan warisan. Di dalam
kubur, orang tua hanya bisa meratap melihat perpecahan di antara anak-anaknya.
Agar semua itu tidak terjadi, maka sangat penting bagi orang tua untuk
mengajarkan anak-anaknya mengaji dan mendekat kepada kiai. Jika tidak, maka
anak-anak akan suka dengan ramalan-ramalan orang bodoh.
Padhangmbulan (Sunan Giri)
by
www.ardiansyahbs.com
on
10:04
There are two conditions of the heart, patience and gratitude. If we can not be grateful or forget how to be thankful, then be prepared...