There are two conditions of
the heart, patience and gratitude. If we can not be grateful or forget how to
be thankful, then be prepared to accept the events that make the heart must be
patient. Reality is reaction of the action what we do, the action as the
estuary of the process of sensing and reasoning. Let’s think positive and
always be grateful for a more civilized life.
Yo para
kanca dolanan ing jaba
Ayo teman
bermain di luar
Padhang
wulan padhange kaya rina
Terang
bulan terangnya seperti siang
Rembulane
sing awe-awe
Bulannya
mengundang awen
Ngelingake
aja padha turu sore
Mengingatkan
jangan tidur di sore hari
Yo para
kanca dolanan ing jaba
Ayo teman
bermain di luar
Rame-rame
kene akeh kancane
Ramai-ramai
di sini banyak teman
Langite
pancen sumebyar rina
Langitnya
terang sekali
Yo padha
dolanan sinambi guyonan
Ayo
bermain sambal bercanda
(KONTEMPORER)
Lamun
wong tuwa kliru mimpine
Kalau
orang tua salah memimpin
Alamat
bakal getun mburine
Pasti
akan menyesal di belakang
Wong tuwa
loro kundur ing ngarso pengeran
Kedua
orang tua baru meninggal menghadap Yang Maha Kuasa
Anak
putune rame-rame rebutan warisan
Anak
cucunya rebut rebutan warisan
Wong tuwa
loro ing njero kubur anyandang susah
Kedua
orang tua di dalam kubur kesusahan
Sebab mirsani
putra-putrine dho pecah belah
Karena melihat putra-putrinya terpecah belah
Kang den
arep-arep turune rahmat
Padahal
yang diharap turunnya rahmat
Jebul
kang teko nambahi fitnah
Tapi yang
datang menambah fitnah
Iki dino
aja tali lunga ngaji
Hari ini
jangan lupa pergi ngaji
Takon
marang kyai guru kang pinuji
Tanya
pada guru yang terpuji
Insya
Allah kita menang lan kabejan
Insya
Allah kita menang dan berada dalam kebaikan
Zaman kepungkur
ana zaman-zaman buntutan
Dulu ada
zaman togel
Esuk-esuk
rame-rame luru ramalan
Pagi-pagi
orang rebut cari ramalan
Gambar
kucing dikira gambar macan
Gambar
kucing dikira gambar macan
Bengi
diputer metu wong edan
Malam
diundi yang keluar orang gila
Kurang
puas luru ramalan
Karena
kurang puas mencari ramalan
Wong ora
waras dadi takonan
Orang
gila ditanya
Kang
ditakoni ngguyu cekaka’an
Ketika
ditanya tertawa terbahak-bahak
Jebul
kang takon wis ketularan
Dan yang
bertanya lama-lama ketularan
Maksud
dari tembang ini mengajak kita untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa untuk
merenungi keindahan malam. Wujud dari rasa syukur itu dengan tidak tidur pada
sore hari, bersilaturrahim sambil menadabburi firman-Nya. Betapa indahnya
suasana bulan purnama, menikmati cahaya di alam Nusantara untuk merekatkan
persahabatan.
Lebih
lanjut dalam tembang kontemporer, menceritakan tentang kehidupan keluarga.
Orang tua yang salah dalam memimpin, akan kecewa pada akhirnya. Ketika orang
tua telah meninggal, anak-anaknya akan berseteru rebutan warisan. Di dalam
kubur, orang tua hanya bisa meratap melihat perpecahan di antara anak-anaknya.
Agar semua itu tidak terjadi, maka sangat penting bagi orang tua untuk
mengajarkan anak-anaknya mengaji dan mendekat kepada kiai. Jika tidak, maka
anak-anak akan suka dengan ramalan-ramalan orang bodoh.
0 Comments