Dayohe Teko (Sunan Kalijaga)


Cita-cita dan harapan menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Perlu ditindaklanjuti dengan strategi dan langkah-langkah yang operasional. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan selalu ada. Antisipatif sangat diperlukan, tanpa bersikap reaktif (menangani masalah sebelum masalah itu terjadi) terhadap segala sesuatu.

Ideals and expectations become a necessity in life. It needs to be followed up with strategies and operational steps. Threats, challenges, obstacles and distractions always exist. Anticipatory is necessary, without being reactive (dealing with problems before happen) to everything.

E . . . . . dayohe teka
E . . . . . tamunya datang

E . . . . . gelarno klasa
E . . . . . bentangkan tikar

E . . . . . klosone bedah
E . . . . . tikarnya robek

E . . . . . tambalen jadah
E . . . . . tambal dengan jadah

E . . . . . jadahe mambu
E . . . . . jadahnya basi

E . . . . . pakakno asu
E . . . . . kasihkan anjing

E . . . . . asune mati
E . . . . . anjingnya mati

E . . . . . guwakno kali
E . . . . . buang ke sungai

E . . . . . kaline banjir
E . . . . . sungainya banjir

E . . . . . guwakno pinggir
E . . . . . buang ke pinggir

E . . . . . pinggire lunyu
E . . . . . pinggirnya licin

E . . . . . yo golek sangu
E . . . . . ayo mencari bekal

Secara tekstual, tembang dolanan ini tentang manajemen hidup, bahwa masalah dalam hidup selalu dating bertubi-tubi. Lapangkankan hati seperti luasnya klasa. Pengambilan keputusan secara cepat dan cermat sangat dibutuhkan. Namun dalam tembang ini, keputusan yang seharusnya menyelesaikan masalah malah menimbulkan masalah baru, sehingga segala upaya yang diusahakan menjadi sia-sia. Ketika hal itu terjadi, hubungan tuan rumah dan tamu menjadi kurang harmonis karena tuan rumah sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Merasa diabaikan, tamu yang baik tentu tidak akan berulah ketika di rumah orang. Namun, ketika tamu tersebut mempunyai niat yang kurang baik, bisa saja kekayaan tuan rumah akan berkurang atau bahkan bisa mengambil alih kepemilikan rumah. Tamu menjadi tuan rumah dan tuan rumah menjadi tamu di rumah yang awalnya milik sendiri.

Sedangkan secara kontekstual, tembang dolanan ini menggambarkan watak orang Nusantara khusunya Jawa, ketika kedatangan tamu. Siapa pun yang bertamu pasti dihormati dan merasa terhormat, ditandai dengan tulisan sugeng rawuh di ruang tamunya. Rumusnya 3UH, lungguh, gupuh dan suguh. Tamu jangan sampai dibiarkan berdiri terlalu lama, segera diaturi lenggah (lungguh = duduk). Setelah tamu lungguh,  tuan rumah akan gupuh (sibuk) untuk menyiapkan suguh (makanan dan minuman). Dalam tembang ini, gupuhnya semakin menjadi-jadi ketika tikarnya sudah jebol.

Selain itu, tembang ini juga merupakan penjabaran dari Surat Al-Baqarah ayat 183 dan 197. Bahwa kita harus bersiap menyambut bulan Ramadhan untuk mendapatkan bekal ketaqwaan dengan menjalankan ibadah Puasa. Penjabaran ayat ini menggunakan bahasa yang familiar dengan masyarakan Nusantara, antara lain: dayoh, klasa, jadah, asu, kali, banjir, pinggir dan sangu.

Dayoh bermakna tamu. Sebagai symbol bulan Ramadhan yang membawa rahmat, berkah dan ampunan kepada orang-orang yang melakukan puasa dengan benar.
Klasa bermakna tikar. Sebagai symbol bahwa kita harus menyiapkan diri secara fisik dan mental, agar bisa mengisinya dengan ibadah secara maksimal.

Jadah bermakna makanan berbahan dasar ketan. Dari segi bahasa berasal dari kata Arab, jadda – yajuddu – jaddan, yang artinya bersungguh-sungguh. Ketika dikatakan ‘klasa bedah’ (diri yang penuh dosa) itu harus ditambal dengan jadah. Sebagai symbol bahwa penyucian atas dosa-dosa harus melalui upaya yang sungguh-sungguh.

Asu bermakna anjing. Sebagai symbol hawa nafsu atau ego. Dengan puasa diharapkan mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut, terutama menyangkut perut, indera dan seks.

Kali  bermakna sungai. Sebagai jalan untuk melengkapi semua hal yang telah dilakukan. Sebagai syariat agama yang telah diajarkan, tarawih, tadarus, sedekah dan I’tikaf.

Banjir dan pinggir sebagai symbol bahwa rangkaian ibadah sangatlah deras, jika tak mampu melakukan semuanya, setidaknya mempunyai target minimal sesuai kemampuan masing-masing.

Sangu bermakna bekal. Sebagai petunjuk bahwa dengan melakukan semua itu akan mencapai derajat manusia paripurna.

Post a Comment

0 Comments