Cita-cita dan harapan menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup. Perlu ditindaklanjuti dengan strategi dan langkah-langkah operasional. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan selalu ada. Antisipatif sangat diperlukan, tanpa bersikap reaktif (menangani masalah sebelum masalah itu terjadi) terhadap segala sesuatu.
Ideals and expectations
become a necessity in life. It needs to be followed up with strategies and
operational steps. Threats, challenges, obstacles and distractions always
exist. Anticipatory is necessary, without being reactive (dealing with problems
before happen) to everything.
E . . . .
. dayohe teka
E . . . .
. tamunya datang
E . . . .
. gelarno klasa
E . . . .
. bentangkan tikar
E . . . .
. klosone bedah
E . . . .
. tikarnya robek
E . . . .
. tambalen jadah
E . . . .
. tambal dengan jadah
E . . . .
. jadahe mambu
E . . . .
. jadahnya basi
E . . . .
. pakakno asu
E . . . .
. kasihkan anjing
E . . . .
. asune mati
E . . . .
. anjingnya mati
E . . . .
. guwakno kali
E . . . .
. buang ke sungai
E . . . .
. kaline banjir
E . . . .
. sungainya banjir
E . . . .
. guwakno pinggir
E . . . .
. buang ke pinggir
E . . . .
. pinggire lunyu
E . . . .
. pinggirnya licin
E . . . .
. yo golek sangu
E . . . .
. ayo mencari bekal
Secara
tekstual, tembang dolanan ini tentang manajemen hidup, bahwa masalah dalam
hidup selalu datang bertubi-tubi. Lapangkan hati seperti luasnya klasa.
Pengambilan keputusan secara cepat dan cermat sangat dibutuhkan. Namun dalam
tembang ini, keputusan yang seharusnya menyelesaikan masalah malah menimbulkan
masalah baru, sehingga segala upaya yang diusahakan menjadi sia-sia. Ketika hal
itu terjadi, hubungan tuan rumah dan tamu menjadi kurang harmonis karena tuan
rumah sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Merasa diabaikan, tamu yang baik tentu
tidak akan berulah ketika di rumah orang. Namun, ketika tamu tersebut mempunyai
niat yang kurang baik, bisa saja kekayaan tuan rumah akan berkurang atau bahkan
bisa mengambil alih kepemilikan rumah. Tamu menjadi tuan rumah dan tuan rumah
menjadi tamu di rumah yang awalnya milik sendiri.
Sedangkan
secara kontekstual, tembang dolanan ini menggambarkan watak orang Nusantara
khusunya Jawa, ketika kedatangan tamu. Siapa pun yang bertamu pasti dihormati
dan merasa terhormat, ditandai dengan tulisan sugeng rawuh di ruang
tamunya. Rumusnya 3UH, lungguh, gupuh dan suguh. Tamu jangan
sampai dibiarkan berdiri terlalu lama, segera diaturi lenggah (lungguh
= duduk). Setelah tamu lungguh, tuan rumah akan gupuh (sibuk) untuk
menyiapkan suguh (makanan dan minuman). Dalam tembang ini, gupuhnya
semakin menjadi-jadi ketika tikarnya sudah jebol.
Selain
itu, tembang ini juga merupakan penjabaran dari Surat Al-Baqarah ayat 183 dan
197. Bahwa kita harus bersiap menyambut bulan Ramadhan untuk mendapatkan bekal
ketaqwaan dengan menjalankan ibadah Puasa. Penjabaran ayat ini menggunakan
bahasa yang familiar dengan masyarakat Nusantara, antara lain: dayoh, klasa,
jadah, asu, kali, banjir, pinggir dan sangu.
Dayoh bermakna tamu. Sebagai simbol bulan
Ramadhan yang membawa rahmat, berkah dan ampunan kepada orang-orang yang
melakukan puasa dengan benar.
Klasa bermakna tikar. Sebagai symbol bahwa
kita harus menyiapkan diri secara fisik dan mental, agar bisa mengisinya dengan
ibadah secara maksimal.
Jadah bermakna makanan berbahan dasar ketan.
Dari segi bahasa berasal dari kata Arab, jadda – yajuddu – jaddan, yang
artinya bersungguh-sungguh. Ketika dikatakan ‘klasa bedah’ (diri yang penuh dosa)
itu harus ditambal dengan jadah. Sebagai symbol bahwa penyucian atas
dosa-dosa harus melalui upaya yang sungguh-sungguh.
Asu bermakna anjing. Sebagai symbol hawa
nafsu atau ego. Dengan puasa diharapkan mampu mengendalikan hawa nafsu
tersebut, terutama menyangkut perut, indera dan seks.
Kali bermakna sungai. Sebagai jalan untuk
melengkapi semua hal yang telah dilakukan. Sebagai syariat agama yang telah
diajarkan, tarawih, tadarus, sedekah dan I’tikaf.
Banjir dan pinggir sebagai symbol bahwa
rangkaian ibadah sangatlah deras, jika tak mampu melakukan semuanya, setidaknya
mempunyai target minimal sesuai kemampuan masing-masing.
Sangu bermakna bekal. Sebagai petunjuk bahwa
dengan melakukan semua itu akan mencapai derajat manusia paripurna.
0 Comments