Dunia kata sedang libur, menenangkan diri, sebelum gesekan fisik yang “mungkin” akan terjadi, seperti pemilu raya salah satu kampus di Surabaya Selatan yang selalu berakhir dengan ketegangan fisik. Namun, pilkada damai yang dikampanyekan KPU kali ini akan memberikan warna berbeda. Mengimbangi kampanye paslon dalam membangun seduluran sak Jawa Timur.

Hari ini kita hidup di luar dunia kata-kata (kampanye), berbeda dengan Jacques Derrida yang menyatakan bahwa tidak ada dunia di luar dunia kata-kata. Sekarang kita tidak sedang hidup di dunia kata-kata, setelah kampanye habis-habisan oleh kedua kubu paslon dalam menggunakakan bahasa sebagai alat pembeda. Seperti apa yang dikatakan Ferdinand de Saussure bahwa dengan memakai bahasa maka setiap kelompok yang ada pada masyarakat dapat menjadikan dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dengan kelompok lain.

Jawa Timur wis wayahe makmur. Itu bukan berarti Jawa Timur sebelumnya tidak makmur. Memang hari ini merupakan hari tenang kampanye, semboyan, lagu dan segala symbol kampanye masing-masing paslon mulai dibersihkan dari ruang public. Namun, dua lagu yang menggunakan bahasa daerah itu apakah akan hilang dari ingatan? Saya rasa tidak, dua lagu tersebut masih enak didengar dan berharap akan terus dinyanyikan setelah pemilu berlangsung, Terlepas dari siapa pun yang terpilih, penciptaan lagu-lagu berbahasa daerah harus tetap digalakkan untuk melestarikan bahasa daerah.


Jika Antonio Gramsci menyatakan tulisan, kerumunan dan media massa sebagai alat control kesadaran yang digunakan kelompok penguasa, maka yang paling efektif zaman now adalah penggunaan lagu dalam rangka memperluas hegemoni membangun wacana tertentu. Penggunaan bahasa kampanye dengan diiringi sebuah musik akan sangat efektif dibandingkan dengan bahasa tanpa music. Saya rasa, para musisi akan sering terlibat dalam proses demokrasi ke depannya.

Para musisi akan berlomba menciptakan lagu yang unik, atraktif dan tidak mudah dilupakan. Seperti lagu waka-waka eh-eh Shakira dalam Piala Dunia 2010 di Afrika yang tetap melekat dalam ingatan, tidak tergantikan dengan lagu Piala Dunia 2014 di Brazil atau pun lagu Piala Dunia 2018 di Rusia.



Maksud saya, siapapun yang terpilih nantinya, sudah ada lagu hiburan bagi paslon dan pendukungnya yang tidak terpilih. Bright of The Sun yang digunakan lagu resmi Asian Games 2018 di Indonesia akan menghibur seluruh masyarakat Indonesia khususnya Jawa Timur. “Jadikan kekalahan sebagai kemenangan yang tertunda, memberikan yang terbaik”. Banyak jalan untuk memberikan yang terbaik bagi nusa, bangsa dan agama.

Yang terpenting dari semua itu, Bangbang Wetan tetaplah lagu persatuan masyarakat Jawa Timur. Menceritakan kisah kehidupan masyarakat Jawa Timur di pagi hari. Keindahan alam dan keramahan masyarakatnya sebagai anugerah yang tak terhingga. Suara burung, gesekan timba sumur dan gebyar-gebyur mandi di pagi hari sebagai symbol kebahagian dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber gambar: Jawa Pos

Ketupat atau orang Jawa menyebutnya ‘kupat’, merupakan tembung camboran tugel atau akronim yang berasal dari ‘ngaku lepat’ (mengaku bersalah). Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, ketika Hari Raya Idul Fitri tiba, saling mengunjungi satu sama lain untuk saling bermaafan. Memang meminta maaf tidak harus menunggu lebaran, tetapi momentum tahunan inilah yang bisa mendamaikan dan mencairkan suasana.  

Ketupat ini saya mengenal pertama kalinya ketika seusia SD. Setelah euphoria lebaran selesai, tepatnya tujuh hari setelah lebaran, warga desa kembali berkumpul ke masjid merayakan Hari Raya Kupatan sebagai symbol selesainya puasa syawal 6 hari. Ini hanya perayaan simbolis, puasa syawal masih menemukan momentumnya hingga berakhirnya bulan syawal.

Ketupat sendiri ternyata secara historis sebagai symbol pengakuan kesalahan. Adanya symbol sebagai tanda keterbatasan dan ketidakmampuan manusia yang diciptakan terbatas dan berbeda-beda. Waktu itu saya merasa aneh ketika orang-orang datang ke masjid, dengan membawa ketupat yang sama dan saling tukar ketupat. Memang ada sebagian yang membuat seperti ayam-ayaman, mereka menyebutnya ‘jekikrek’, ini yang biasa menjadi sasaran saya. Ternyata pertukaran ketupat itu sebagai wujud memaafkan, penerimaan, dan keterbukaan.

Mengenai judul tulisan ini, ketupat cingkrang merupakan pengalaman diri saya pribadi ketika pertama kali membuat ketupat. Ketupat yang berbentuk segi empat beruang biasanya memiliki dua ujung yang digunakan sebagai lubang untuk memasukkan beras, dan yang satunya sebagai hiasan ekor atau sarana membuat simpul untuk digantung.

Waktu itu saya melihat orang-orang sangat terampil dalam membuat ketupat. Menyaksikan lingkungan sekitar, tangan saya tergerak untuk membuat hal yang sama. Namun tidak ada yang membimbing, saya hanya melihat proses pembuatan mulai dari janur hingga berbentuk ketupat. Alhasil, percobaan pertama gagal. Melihat lagi, percobaan kedua berhasil namun tidak berbentuk ketupat. Melihat lagi, percobaan ketiga berhasil, berbentuk ketupat, namun tidak mempunyai ekor, inilah ketupat cingkrang. Beberapa kali saya mencoba, hasilnya tetap ketupat cingkrang. Ketupat cingkrang, hasil produk belajar tanpa bimbingan seorang guru.

Tentu tak pantas jika saya menganggap ketupat cingkrang yang saya buat sebagai parameter kebenaran. Apalagi jika saya menyalahkan atau menjelekkan hasil karya orang lain untuk menyebut ketupat cingkrang yang terbaik. Beruntung saya masih kecil dan tidak punya rasa malu untuk belajar kepada yang lebih ahli. Belakangan baru saya sadari bahwa karakter manusia tempat saya dilahirkan adalah bagaimana menang tanpa mengalahkan, benar tanpa menyalahkan dan tinggi tanpa merendahkan. Serta tidak ada kata bodoh atau gagal, menurut masyarakat sekitar setiap proses merupakan jalan menuju kesejatian diri karena setiap kelahiran adalah warna baru kehidupan. Lebih baik menjadi diri sendiri secara tidak sempurna daripada meniru warna orang lain secara sempurna.

Mengenai hal ini, sebuah karya sastra yang berkembang di lingkungan tempat saya tumbuh sangat cocok dibaca dan dipelajari kembali, berisi tentang falsafah kehidupan seperti tenggang rasa, bagaimana menganut agama secara bijak, menjadi manusia seutuhnya dan menjadi manusia berwatak ksatria.

Karya sastra tersebut berbahasa dan beraksara Jawa, tulisan mengenai ajaran utama, dianggap sebagai salah satu puncak estetika sastra Jawa. Karya sastra tersebut dikenal dengan nama Serat Wedhatama. Terdiri dari 100 pupuh (bait) terbagi dalam 5 lagu yaitu pangkur, sinom, pocung, gambuh dan kinanthi.
Berikut cuplikan Serat Wedhatama:
Mingkar mingkuring angkara
Menghindarkan diri dari angkara

Akarana karenan mardi siwi
Bila akan mendidik putra

Sinawung resmining kidung
Dikemas dalam keindahan syair

Sinuba sinukarta
Dihias agar tampak indah

Mrih kretarta pakartining ngèlmu luhung
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai

Kang tumrap ning tanah Jawa
Yang berlaku di tanah Jawa

Agama ageming aji

Agama pegangan para pemimpin

Ngèlmu iku kalakoné kanthi laku
Ilmu itu bermanfaat bila dilaksanakan

Lekasé lawan kas
Dimulai dengan kemauan

Tegesé kas nyantosani
Kemauan untuk menyejahterakan sesame

Setya budya pangekesé dur angkara.

Tabah mengembangkan, menaklukkan semua tantangan.



ASIAN Games adalah pesta besar di benua Asia. Pesta beragam jenis olah raga yang diselenggarakan empat tahun sekali antarnegara Asia. Sebagai acara olah raga terbesar setelah Olimpiade, Asian Games adalah acara bergengsi yang diorganisir oleh Olympiac Council of Asia. Oleh karena itu, pesta ini mengundang semua orang di seluruh benua Asia dan dunia. Tidak peduli apakah tim negaranya bermain atau tidak, mempunyai tiket atau tidak, suka olah raga atau tidak, semua berbagi kegembiraan merasakan euphoria ASIAN Games 2018. Karena pesta ini tidak hanya tentang olah raga, tetapi ajang pertukaran seni budaya dan mempererat persahabatan antarnegara dalam rangka menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.

Seremoni pembukaan ASIAN Games 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Ini kali kedua Indonesia menjadi penyelenggara ASIAN Games setelah sebelumnya pernah menjadi penyelenggara ASIAN Games pada tahun 1962 era Presiden Sukarno. Di tahun 2018, ASIAN Games akan diselenggarakan di ibukota Jakarta dan Palembang dengan tema Energy of Asia. Mari dukungbersama.id Indonesia untuk menjadi tuan rumah yang baik. indonesiabaik.id

18 Agustus merupakan salah satu tanggal yang sangat penting bagi rakyat Indonesia. Pada momentum inilah rakyat Indonesia secara resmi merumuskan dasar-dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang terangkum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Inilah pondasi kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari 1.340 suku bangsa dan 742 bahasa local yang tersebar di 17.504 pulau dari Sabang sampai Merauke. Rumah bagi ratusan etnis dengan begitu banyak bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut disatukan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika: Unity in Diversity.

Keanekaragaman sebagai unsur pembentuk kesatuan Nasional menjadikan Indonesia bukan tempat asing bagi warga dunia. Perbedaan yang telah menjadi naluri masyarakat Indonesia membuat siapa saja nyaman mengunjungi dan tinggal di Indonesia. Tidak perlu takut dengan budaya baru dan tidak perlu khawatir kehilangan jati diri. Indonesia adalah rumah bersama dan ASIAN Games adalah pesta kita. Dukung dan ramaikan pesta ini bersama orang-orang terkasih.

Virus asiangames2018.id tidak hanya dirasakan masyarakat perkotaan, tetapi juga telah masuk ke desa-desa. Berbagai gemerlap lampu dan pernak-pernik kemeriahan ASIAN Games menghiasai jalan utama desa. Warga desa bergerak, berhias, menyambut ASIAN Games 2018 di Jakarta dan Palembang.

Dengan nilai keberagaman dan kesatuan itulah ASIAN Games 2018 mengangkat 3 maskot dengan energi yang berbeda, merepresentasikan energi yang terdapat pada ASIAN Games 2018. Ketiga maskot tersebut adalah Bhin-Bhin, Atung dan Kaka. Bhin-Bhin dengan memakai rompi motif Asmat adalah burung cendrawasih (Paradisaea Apoda) yang merepresentasikan strategi. Atung dengan mengenakan sarung motif tumpal Jakarta adalah seekor Rusa bawean (Hyelaphus Kuhlii) yang merepresentasikan kecepatan. Dan Kaka mengenakan pakaian motif bunga khas Palembang adalah badak bercula satu (Rhinoceros Candaicus) yang merepresentasikan kekuatan.

Ada 45 negara yang berpartisipasi dalam ASIAN Games 2018, diantaranya: Afghanistan, Bahrain, Bangladesh, Bhutan, Brunei, Cambodia, China, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Iraq, Japan, Jordan, Kazakhstan, North Korea, South Korea, Kuwait, Kyrgyztan, Laos, Lebanon, Macau, Malaysia, Maldives, Mongolia, Myanmar, Nepal, Oman, Pakistan, Palestine, Philippines, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, Sri Lanka, Syria, Taiwan, Tajikistan, Thailand, East Timor, Turkmenistan, United Arab Emirates, Uzbekistan, Vietnam dan Yemen.

Cabang olahraga yang dipertandingkan dalam ASIAN Games ada 40 cabang, diantaranya: Anggar, Angkat Besi, Aquatics, Atletik, Badminton, Balap Sepeda, Basket, Berkuda, Berlayar, Bisbol & Sofbol, Bola Tangan, Bola Voli, Bowling, Bridge, Dayung, Golf, Gulat, Hoki, Jet Ski, Judo, Kabaddi, Kano, Karate, Martial Arts, Menembak, Modern Pentathlon, Panahan, Panjat Tebing, Paragliding, Roller Sport, Rugby-7, Senam, Sepak Bola, Sepak Takraw, Squash, Taekwondo, Tenis, Tenis Meja, Tinju, Triathlon.

Para peserta dan penonton akan disambut dengan pertunjukan budaya Indonesia dan diiringi lagu berjudul Bright of The Sun. Sebuah lagu yang berisi semangat dan motivasi untuk tidak mudah menyerah, bersikap dewasa dalam bertanding dan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Akan dibawakan secara kolaboratif oleh musisi Indonesia All Stars.

Selama perhelatan ASIAN Games 2018, Anda bisa memanfaatkan waktu disela-sela pertandingan untuk mengunjungi tempat wisata di Jakarta, Palembang atau kota lain di sekitarnya. Anda juga bisa berwisata di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan datang lebih awal sebelum perhelatan ASIAN Games atau menunda jadwal kepulangan setelah seremoni penutupan.

Untuk berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia, Anda bisa menggunakan bahasa Inggris atau Indonesia. Selain akademisi, mayoritas masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di perkotaan sudah biasa menggunakan bahasa Inggris. Sebagian juga biasa menggunakan bahasa Arab. Di samping itu, untuk memperoleh kemudahan selama tinggal di Indonesia, Anda perlu tersenyum kepada orang yang Anda temui. Anda juga perlu bersabar ketika ada warga local yang menginginkan berswafoto.

Setidaknya ada tiga kata penting dalam bahasa Indonesia yang perlu Anda hafal, yaitu: tolong (please), permisi (excuse me) dan terima kasih (thank you). Sekali lagi jangan lupa tersenyum setiap berinteraksi dengan warga local, ini akan memudahkan maksud dan tujuan Anda. Sederhananya, ada tiga hal yang perlu Anda lakukan, yaitu: senyum, sapa dan salam. Jangan sekali-kali mengungkapkan terima kasih dengan mencium atau memeluk di muka umum, karena ini dianggap tidak sopan bagi mayoritas masyarakat Indonesia.

Akhirnya, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mendukung ASIAN Games 2018 agar berjalan dengan lancar dan membawa kenangan indah bagi siapa saja yang turut ambil bagian mensukseskan acara ini. Selamat datang di Indonesia! ASIAN Games pesta kita, Indonesia rumah bersama.



Jalan panjang berbatu
Terbentang di padang rindu
Bertemu denganmu adalah kebahagiaan
Tertatih di persimpangan Ramadan
Dalam selimut kesedihan

Halal di penghujung hilal
Berhulu hisab berhilir rukyah
Terbentang sepanjang zamrud khatulistiwa
Merangkai ayat membersamai umat
Menyambut gema takbir ajaran Ahmad
Pintu gerbang kesejahteraan rakyat

Datang dan pergi silih berganti
Banyak yang pergi tak kunjung ada yang datang
Harapan yang tak kunjung jadi nyata
Tersisa nisan dalam ingatan
Beralaskan ilmu berselimut amal



Seolah telah menjadi pola yang tersusun rapi setiap tahun, ketika musim mudik tiba jalanan menjadi sangat ramai. Seakan menjadi aksi para perantau untuk berlomba-lomba kembali ke kampung halaman. Tentu tidak ada manipulasi, semua aksi berdasar kesadaran diri bahwa sejauh apapun seorang anak manusia melangkah, keberhasilan ditentukan bagaimana seseorang kembali dan berkontribusi untuk kejayaan kampung halamannya.

Spirit mudik menjadi sebuah ritual social yang sangat dinantikan. Terlepas dari apapun agama dan sukunya, kembali ke kampung halaman menjadi sesuatu yang sangat dirindukan. Menjadi refleksi atas perjalanan hidup yang selama ini dijalani. Menyederhanakan berbagai cerita cita dan cinta dalam sebuah narasi bernama halal bi halal.

Tidak perlu heran dan tergesa ketika rentang waktu halal bi halal, perbincangan tidak jauh seputar perjuangan mewujudkan cita dan kisah kasih membangun rumah tangga. Rendah hati dan terbuka dengan segala manuver materialisme bisa menjadi kunci menjadi pribadi yang ramah dan menyenangkan. Kesadaran paripurna bahwa tidak ada manusia sempurna yang bebas dari salah dan lupa.

Mudik telah menjadi sebuah kebutuhan umat manusia, sebagai puncak kesadaran diri, bukan ajang kontestasi siapa yang lebih tinggi. Telah tercatat dalam lembar sejarah umat manusia, kisah mudik dalam berbagai corak budaya atau ritual agama. Muhammad SAW bersama sahabatnya mudik dalam peristiwa Fathu Makkah, Sidharta Gautama mudik setelah tercerahkan dari kemelekatan dunia dan Maria mudik setelah mendapat kabar gembira akan kelahiran seorang anak. Bahkan peristiwa berdarah yang tidak akan ada habisnya disebabkan karena perebutan kampung halaman. Mudik berdarah ini lebih dikenal dengan zionisme.

Tradisi mudik adalah integrasi dari semangat cinta tanah air dan kesungguhan iman. Tidak berlebihan jika K. H. Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa cinta tanah air sebagian dari iman, karena nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang tidak berseberangan, nasionalisme bagian dari agama dan keduanya saling melengkapi.

Di samping itu, mudik merupakan wujud bakti dan norma adat budaya Nusantara. Teori sejarah menyatakan bahwa tidak ada masa sekarang tanpa adanya masa lalu, dan tidak ada masa lalu tanpa adanya masa sekarang. Wujud bakti kepada orang tua dan kampung halaman perlu dirawat dan dilestarikan sampai kapan pun. Beraneka ragam cara bisa dilakukan seperti dengan menziarahi makam orang tua, menyebut namanya dalam tawassul, mengadakan kenduren untuk mengingat jasa-jasanya dan masih banyak lagi.

Tradisi mudik sebagai muara dari lima unsur kebenaran yang dinyatakan oleh Krishna, yaitu pengetahuan, cinta, keadilan, pengabdian dan kesabaran. Seseorang yang mempunyai pengetahuan akan sadar bahwa seberapa pun dan apa pun definisi kesuksesan, semua itu tidak akan ada gunanya jika tidak menghormati orang tua, menziarahi makamnya, menyebut namanya dalam doa dan senantiasa bersedekah untuk kebaikannya.

Cinta sebagai puncak tertinggi pengetahuan manusia. Apapun latar belakang seseorang, selama memberikan manfaat dan cinta kasih kepada sesama, orang tidak akan bertanya apa agama atau sukumu. Wujud cinta kasih tersebut berupa senyuman yang menjadi ciri khas masyarakat Nusantara dengan tutur kata lemah lembut. Prinsipnya, tak perlu menyalahkan orang lain untuk menyebut diri sendiri paling benar dan tak perlu menjelekkan orang lain untuk menyebut diri sendiri yang terbaik. Kesuksesan orang lain bukan berarti kegagalan diri sendiri dan kebaikan orang lain bukan berarti aib diri sendiri.

Keadilan sebagai jalan menuju kebenaran. Adil dalam berpikir akan membentuk keadilan dalam bersikap. Dan kejujuran dalam berpikir akan membentuk kesehatan jasmani dan ketangguhan mental. Hal tersebut akan sangat membantu dalam perjalanan mudik yang membutuhkan perjuangan keras dengan kondisi fisik yang prima. Kematangan emosi dipertaruhkan dalam menghadapi setiap kondisi.

Pengabdian sebagai dedikasi dan ukuran kekuatan seseorang. Tanpa pengabdian, kebenaran hanyalah kata tanpa bukti. Dan tanpa bukti, mudik hanyalah perjalanan tanpa arti. Maka sebenarnya mudik adalah bagian dari proses menghamba. Dari manusia kepada dzat Yang Maha Agung.

Kesabaran sebagai cara sederhana memanusiakan manusia. Sebagai ukuran nilai dari tingkah laku manusia di tengah kecepatan arus globalisasi. Bukan rahasia umum jika kesabaran berbanding terbalik dengan kecepatan teknologi. Bahkan sebuah adagium menyatakan bahwa semakin sabar seseorang mengejar sesuatu, maka akan semakin mendekat. Dan sebaliknya, semakin tergesa seseorang mengejar sesuatu, akan semakin menjauh. Oleh karenanya, jangan sampai niat baik mudik dilakukan dengan cara menyakiti orang lain dalam perjalanan.

Akhirnya, tidak ada hitam tanpa potensi putih dan tidak ada putih tanpa potensi hitam. Hitam putih kehidupan sejatinya perjalanan mudik menuju kampung halaman akhirat. Mari mewarnai perjalanan mudik dengan hal-hal bermanfaat, saling menolong dan senantiasa mawas diri dari setiap godaan yang melalaikan. Selamat Mudik!



Seakan telah menjadi kesepakatan umum, bahwa dalam menjalani proses kehidupan di dunia ini memerlukan ilmu amaliah dan amal ilmiah yang seimbang dalam rangka medekatkan diri kepada nur Ilahiah. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Al-Ghazali bahwa sebenarnya manusia benar-benar dalam keadaan rugi kecuali mereka yang berilmu, mereka yang berilmu benar-benar rugi kecuali mereka yang beramal dan mereka yang beramal benar-benar rugi kecuali mereka yang ikhlas.

Keikhlasan yang akan membuat seseorang tenang, damai dan tentram dalam menjalani kehidupan. Namun, ketika ilmu tidak membuat seseorang semakin tenang, pasti ada yang salah. Maka, resep sederhana dalam memproses keikhlasan adalah sadar bahwa apa yang telah terjadi adalah yang terbaik, dan apa yang belum terjadi harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan.

Di samping itu, perlu disadari bahwa orang tidak peduli seberapa banyak ilmu yang kita miliki dan seberapa tinggi prestasi yang kita dapat. Yang orang-orang rasakan adalah seberapa manfaat kehadiran kita di tengah-tengah mereka. Kesadaran ini sangat dibutuhkan ketika hidup di tengah masyarakat yang multikultural, sebagai counter dari fanatisme buta yang mengatasnamakan suku, agama atau kelompok tertentu.

Ada tiga istilah yang biasa digunakan untuk menyebut para pengembara ilmu pengetahuan di Nusantara. Walaupun sama objeknya, namun istilah tersebut tidak ada padanan katanya dalam bahasa lain. Tiga istilah tersebut adalah santri, mahasiswa dan mahasantri.

Santri sebutan bagi seseorang yang secara khusus mendalami agama Islam. Disebut khusus karena mereka tinggal di suatu tempat tertentu yang biasanya jauh dari rumah. Tempat tinggal para santri dikenal dengan pesantren yang dibimbing oleh kiai.

Di pesantren, proses pembelajaran lebih mengedapankan akhlak. Kebersamaan dan kesederhanaan menjadi pola pendidikan yang dibiasakan sebagai bekal hidup ditengah masyarakat. Konsep barokah sebagai ciri khas pendidikan pesantren. Oleh karenanya, tidak akan pernah kita temukan perdebatan antara kiai dan santri, apalagi demonstrasi. Sistem pendidikan sepenuhnya ditentukan oleh kiai. Slogannya, semakin lama mondok semakin barokah.

Mahasiswa sebutan khusus bagi seseorang yang mempelajari satu bidang ilmu tertentu di perguruan tinggi. Pola pendidikan yang dikembangkan dengan prinsip egaliter. Penelitian dan pengabdian masyarakat sebagai muara pendidikan. Angka-angka sebagai penentu keberhasilan pembelajaran. Semakin cepat lulus dianggap sebagai suatu keberhasilan.

 Dalam proses pendidikan, mahasiswa harus membayar sejumlah uang setiap semester yang biasanya dengan jumlah tidak sedikit. Perdebatan atau demonstrasi menjadi hal biasa antara mahasiswa dan dosen. Dosen dalam hal ini sebagai pengajar sekaligus pemegang kebijakan sistem pendidikan.

Mahasantri sebagai sebutan bagi seseorang yang mendalami agama Islam di tempat tertentu sambil mengikuti proses perkuliahan di perguruan tinggi. Proses pendidikannya mengintegrasikan antara pesantren dan perguruan tinggi. Berharap barokah dengan kemampuan riset yang diakui dunia internasional.

Penilaian
Secara umum, penilaian  dalam proses pendidikan dibagi menjadi tiga: kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun, mengandalkan penilaian tanpa mampu mendefinisikan diri adalah sesuatu yang sia-sia. Seseorang akan terombang-ambing dengan kesibukan aktivitas orang lain. Maka, yang terpenting dalam perjalanan proses pendidikan adalah mendefinisakan diri. Menemukan keutamaan dalam diri dan menggunakannya dalam membangun pola kebermanfaatan.

Dalam pendidikan formal, ukuran keberhasilan peserta didik menggunakan angka-angka atau sederhananya disebut ranking. Efek negatif dari pemberian rangking adalah ukuran keberhasilan atau kegagalan tergantung orang lain. Peserta didik yang mendapat rangking rendah akan merasa bodoh dan rangking teratas akan merasa pintar.

Penilaian seperti ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila yang mengajarkan bagaimana hidup dalam kebersamaan. Tinggi tanpa merendahkan, menang tanpa mengalahkan dan maju tanpa menyingkirkan. Jika penilaian yang tidak bernafaskan Pancasila ini dibiasakan, yang terjadi adalah seseorang akan menyalahkan orang lain untuk membenarkan diri sendiri, seseorang akan berusaha mengalahkan orang lain untuk menganggap diri sebagai pemenang, seseorang akan merasa senang ketika orang lain susah dan merasa susah ketika orang lain senang.

Ukuran dari fenomena yang terjadi adalah diri sendiri, bukan orang lain. Seseorang tidak bisa dikatakan bodoh ketika orang lain mendapatkan prestasi. Seseorang tidak bisa dikatakan gagal ketika orang lain berhasil. Inilah nilai-nilai pendidikan nusantara yang ramah dan berkeadaban. Menjadikan seseorang menjadi manusia sejati. Hidup dalam kebersamaan dan keanekaragaman dengan identitas sejati.



Sebuah forum diskusi sederhana, menghadirkan orang-orang sederhana yang luar biasa, diselenggarakan di aula PWNU Jawa Timur (2/6), beruntung bisa menyerap energy positif dalam diskusi ini. Tuan rumah dari forum ini adalah siapa saja yang sadar akan keberagaman kebangsaan, sehingga berupaya merawat keberagaman tersebut dalam pola beragama yang ramah.   


Cak Kir atau cangkruk sambil mikir merupakan sebuah forum diskusi yang dikenal dengan nama Cangkir Sembilan. Para professional yang hadir pada malam ini diantaranya Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrawi, Pendeta Simon Filantropa, Wakil Bupati Trenggalek Mas Arifin, Kemahasiswaan UNAIR Dr. Subhan Hadi dan Prof. Akh. Muzakki selaku sekretaris PWNU Jatim.


Menpora Imam Nahrawi mengawali perbincangan dengan menceritakan masa lalunya sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Ampel Surabaya yang dulu masih bernama IAIN. Beliau menceritakan tentang prosesnya dalam proses belajar, menjadi guru TPQ, takmir masjid dan jenjang karirnya di Surabaya.



Beliau menceritakan bagaimana aktivitas kultural sebagai pondasi merawat keberagaman dalam bingkai keberagamaan di negeri ini. Target dari kelompok-kelompok intoleran tentu apa dan siapa saja yang masih merawat kebudayaan sebagai pemersatu bangsa. Ikhlas dalam merawat kebudayaan sebagai kekuatan kultural, membudayakan gotong royong dan menggotong-royongkan kebudayaan.

Di samping itu, Imam Nahrawi menekankan pentingnya olahraga dalam setiap kesempatan. Beliau menyarankan agar mendahului setiap muktamar, musyker, konferensi, dengan olahraga agar energy negative habis di lapangan. Selain dari pada itu, Menpora juga menekankan aktivitis untuk kembali ke masjid dan menjadikan rumah ibadah sebagai pusat kegiatan social kemasyarakatan. Ini sebagai lanjutan penjelasan beliau setelah menjadi pemateri utama dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Masjid Nasional Al-Akbar menjelang buka puasa dengan tema Peran Remaja Muslim dalam Menangkal Paham Radikalisme untuk Menjaga Kedaulatan NKRI.


Penjelasan dilanjutkan oleh Prof. Akh. Muzakki, M. Ag, Grad Dip. SEA, M. Phil, Ph. D. Beliau memetakan pola aksi terorisme yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun. Satu kata unik yang beliau sampaikan adalah jihad demografi. Pelaku mencetak loyalis dengan memanfaatkan ayat kitab suci untuk kepentingan radikal, yaitu dengan cara menikah berkali-kali dan memperbanyak keturunan.

Cara lain yang digunakan pelaku dalam mencetak loyalis adalah dengan merekrut pemuda. Pemuda tidak punya masa lalu, namun memiliki masa depan. Sehingga pemuda lebih mudah tertipu dengan bualan surga yang biasa menjadi andalan. Selain itu, mereka yang tidak mempunyai dasar pondasi keagamaan yang kuat akan sangat mudah dibujuk, dengan karakter belajar dari kiri ke kanan.

Untuk mereka yang sudah belajar agama sejak kecil dalam bimbingan kiai, pelaku akan menjauhkan masyarakat dari kiai beserta ajaran-ajarannya. Pendidikan formal yang begitu plural, akan sangat mudah merayu generasi muda yang sebelumnya tak mempunyai pemahaman agama yang kuat. Nihilisasi pemahaman sebelumnya, dengan dibawa ke sebuah tempat yang seakan-akan Baitul Arqam. Proses inilah awal dari segala bentuk aksi terorisme. 

Dilanjutkan dengan Pendeta Simon Filantropa, beliau menjelaskan bahwa apa yang terjadi akhir-akhir ini akibat kita terlalu nyaman dan merasa aman sehingga terlenakan. Di samping itu, Jawa Timur juga belum memiliki peneliti-peniliti yang focus dalam bidang ini seperti apa yang dimiliki provinsi di barat.

Pendeta mengajak jamaah untuk melawan lupa dari segala bentuk aksi terorisme. Mengutip teori dari Derrida bahwa manusia hidup di dunia kata-kata, tidak ada apa-apa di luar dunia kata-kata. Oleh karena itu, marilah kita memproduksi kata-kata yang baik untuk memperbaiki hidup di dunia kata-kata yang indah.

Dr. Hadi Subhan selaku bagian kemahasiswaan UNAIR menambahkan terkait pemetaan penanggulangan radikalisme di kampusnya. Mengawali pembicaraan dengan joke yang cukup jenaka, beliau menganalogikan dosen yang terserang virus radikalisme ini dengan pengedar narkoba sehingga perlu ditindak. Sedangkan mahasiswa yang terindikasi virus radikalisme, cukup diberi pembinaan dan bimbingan. Selain rehabilitasi, pengaktifan kegiatan mahasiswa juga membantu mengurangi interaksi antara pelaku dan sasaran mahasiswa. Beliau menutup pembicaraan dengan slogan NKRI Harga Mati, NU harga diri.
Kemudian perbincangan diakhiri oleh Mas Arifin yang sekarang menjabat sebagai Wakil Bupati Trenggalek. Beliau menggambarkan tentang spirit gerakan radikalisme yang menjadikan pergerakan sebagai spirit dengan cara memirip-miripkan korban dengan suatu peristiwa keagamaan tertentu.


Beliau melakukan autokritik dan berusaha membangkitkan pergerakan pemuda yang selama ini terlenakan. Oleh karena itu jangan heran jika banyak artis yang lebih banyak mempromosikan bibit radikalisme dari pada gerakan social kemasyarakatan. Mas Arifin mengutip Rumus Matematika Perbedaan Yudi Latif, bahwa kita ibarat bilangan pecahan. Pembilang ibarat kebinekaan dan Pancasila sebagai penyebut yang mengikat kita dalam sebuah perjanjian.









PWNU Jawa Timur
Sabtu, 2 Juni 2018



Puasa dan upacara adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Upacara adalah bagian dari puasa dan keduanya saling menguatkan. Agama-agama ibarat menara-menara yang menjulang tinggi dan Pancasila adalah jembatan yang menghubungkannya.


Peringatan Hari Lahir Pancasila ke-73 Provinsi Jawa Timur berlangsung ketika bulan Ramadan (1/6). Praktis semua peserta yang beragam Islam melaksanakan upacara dalam kondisi puasa. Dipimpin oleh Gubernur Jawa Timur, selaku Inspektur upacara dan dikomandani oleh angkatan bersenjata yang bertugas sebagai komandan kapal selam.

Dalam upacara kali ini, lagu-lagu tambahan yang diperdengarkan selain lagu-lagu wajib diantaranya Pancasila Azaz Tunggal, Mars Garuda Pancasila dan Bagimu Negeri. Dibawakan oleh grup paduan suara Jawa Timur Orchestra.


Saya bersama teman-teman Bela Negara mendapat tempat tepat di depan tiang bendera. Di bawah sinar mentari pagi, semua peserta mendengar dengan khidmat arahan dari inspektur upacara yang membacakan sambutan dari Presiden RI. Peringatan hari lahir Pancasila tahun ini mengambil tema, Kita Pancasila: Bersatu, Berbagi dan Berprestasi.





Halaman Gedung Grahadi Jawa Timur
Jumat, 1 Juni 2018



Tentang kado terindah
Bertanggal 16 Ramadan
Menyambut kitab suci sepanjang zaman
Dalam malam Nuzulul Quran

Tentang kado termahal
Bernama tutur kata nasehat
Dari para guru pemimpin umat
Sebagai bekal kehidupan akhirat

Tentang kado terpenting
Bertemu diri yang sejati
Dalam perjalanan suci
Menuju kehadirat Yang Maha Suci

Tentang kado utama
Kesadaran kepada Yang Esa
Memperbaiki diri sebagai hamba
Tanpa berusaha menyaingi sesama

K A D O

by on 05:12
Tentang kado terindah Bertanggal 16 Ramadan Menyambut kitab suci sepanjang zaman Dalam malam Nuzulul Quran Tentang kado t...


Ramadan program in US Consulate General of Surabaya hold a film screening of The Secret Life of Muslims. A documentary that feature a diverse set of American Muslim from a wide range of ethnic and national origins speaking directly to their own respective experiences. The series illuminates the existing complexity and diversity of America’s 3.3 million Muslims, while pointing to a common shared humanity.

Ada tujuh film yang diputar, menggambarkan kehidupan Muslim di Amerika. Di sela-sela pemutaran film, kami berbagi pengalaman terkait kehidupan Muslim di Amerika. Salah satu peserta yang pernah menjalani proses kehidupan di Amerika, Eropa dan negara-negara Barat menceritakan bahwa kunci agar kita menjadi orang menyenangkan dengan tetap taat sebagai Muslim adalah mengambil fiqh yang paling ringan, baik terkait makanan atau pun ritual peribadatan lainnya.

Bu Kristin selaku perwakilan Amerika Serikat menceritakan pengalaman beliau ketika bertugas di Israel. Suasana tidak sebegitu mencekam seperti apa yang digambarkan media massa. Ketika masa penugasannya, beliau selalu membuat program-program yang membaurkan Muslim dan Yahudi.

Beliau juga menambahkan bahwa di Amerika, kebebasan berpendapat betul-betul dijaga, baik terkait isu agama maupun yang lain. Dalam dunia pendidikan, kampus negeri biasanya tidak menyediakan pengajaran khusus terkait agama, sedangkan kampus swasta ada pengajaran agama yang bebas diikuti. DI Amerika, Muslim tetap bisa menjalankan ibadah ketika ujian tengah berlangsung dengan menggantinya setelah ibadah.

Selain daripada itu, salah satu WNI yang bekerja untuk pemerintah Amerika menceritakan kehidupan Muslim di Negeri Paman Sam. Di Amerika, puasa berlangsung kurang lebih 14-15 jam. Selama di Amerika, beliau lebih mengenal dirinya sendiri karena di Amerika situasinya berbeda dengan Indonesia. Kita mengetahui waktu adzan melalui internet dan tidak ada yang peduli apakah seseorang beribadah atau tidak. Ketika hari Jumat, Muslim di Amerika di undang untuk salat Jumat di Pentagon.


Diskusi dan perbincangan terkait kehidupan Muslim di Amerika cukup menarik. Di akhir acara, kami diminta untuk menulis harapan terkait program ini dan rencana tindak lanjut. Kami juga membuat video pendek terkait Pancasila yang akan dirayakan kelahirannya esok hari, 1 Juni 2018.










US Consulate General
Kamis, 31 Mei 2018

SUBSCRIBE & FOLLOW