Dunia
kata sedang libur, menenangkan diri, sebelum gesekan fisik yang “mungkin” akan
terjadi, seperti pemilu raya salah satu kampus di Surabaya Selatan yang selalu
berakhir dengan ketegangan fisik. Namun, pilkada damai yang dikampanyekan KPU kali
ini akan memberikan warna berbeda. Mengimbangi kampanye paslon dalam membangun
seduluran sak Jawa Timur.
Hari
ini kita hidup di luar dunia kata-kata (kampanye), berbeda dengan Jacques
Derrida yang menyatakan bahwa tidak ada dunia di luar dunia kata-kata. Sekarang
kita tidak sedang hidup di dunia kata-kata, setelah kampanye habis-habisan oleh
kedua kubu paslon dalam menggunakakan bahasa sebagai alat pembeda. Seperti apa
yang dikatakan Ferdinand de Saussure bahwa dengan memakai bahasa maka setiap
kelompok yang ada pada masyarakat dapat menjadikan dirinya sebagai kesatuan
yang berbeda dengan kelompok lain.
Jawa
Timur wis wayahe makmur. Itu bukan berarti Jawa Timur sebelumnya tidak makmur. Memang
hari ini merupakan hari tenang kampanye, semboyan, lagu dan segala symbol kampanye
masing-masing paslon mulai dibersihkan dari ruang public. Namun, dua lagu yang
menggunakan bahasa daerah itu apakah akan hilang dari ingatan? Saya rasa tidak,
dua lagu tersebut masih enak didengar dan berharap akan terus dinyanyikan
setelah pemilu berlangsung, Terlepas dari siapa pun yang terpilih, penciptaan
lagu-lagu berbahasa daerah harus tetap digalakkan untuk melestarikan bahasa
daerah.
Jika
Antonio Gramsci menyatakan tulisan, kerumunan dan media massa sebagai alat control
kesadaran yang digunakan kelompok penguasa, maka yang paling efektif zaman now adalah
penggunaan lagu dalam rangka memperluas hegemoni membangun wacana tertentu. Penggunaan
bahasa kampanye dengan diiringi sebuah musik akan sangat efektif dibandingkan dengan
bahasa tanpa music. Saya rasa, para musisi akan sering terlibat dalam proses
demokrasi ke depannya.
Para
musisi akan berlomba menciptakan lagu yang unik, atraktif dan tidak mudah
dilupakan. Seperti lagu waka-waka eh-eh Shakira dalam Piala Dunia 2010 di
Afrika yang tetap melekat dalam ingatan, tidak tergantikan dengan lagu Piala
Dunia 2014 di Brazil atau pun lagu Piala Dunia 2018 di Rusia.
Maksud
saya, siapapun yang terpilih nantinya, sudah ada lagu hiburan bagi paslon dan pendukungnya yang
tidak terpilih. Bright of The Sun yang digunakan lagu resmi Asian Games
2018 di Indonesia akan menghibur seluruh masyarakat Indonesia khususnya Jawa
Timur. “Jadikan kekalahan sebagai kemenangan yang tertunda, memberikan yang
terbaik”. Banyak jalan untuk memberikan yang terbaik bagi nusa, bangsa dan agama.
Yang
terpenting dari semua itu, Bangbang Wetan tetaplah lagu persatuan masyarakat
Jawa Timur. Menceritakan kisah kehidupan masyarakat Jawa Timur di pagi hari.
Keindahan alam dan keramahan masyarakatnya sebagai anugerah yang tak terhingga.
Suara burung, gesekan timba sumur dan gebyar-gebyur mandi di pagi hari sebagai symbol
kebahagian dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
0 Comments