Peserta memasuki ruangan sesuai kelompoknya
masing-masing. Di dalam ruangan, mereka diarahkan untuk duduk oleh panitia dari
LPDP. Setelah semua kelompok masuk, peserta bernyanyi diiringi lagu Sheila on 7
berjudul Sahabat Sejati dan Kupetik Bintang Suasana sangat cair. Semua peserta
PK bernyanyi bersama. Setelah itu, peserta menyambut kedatangan dua orang MC
bernama Mas Mukhlis dan Mas Jupri.
Mas Mukhlis menyapa semua peserta per kelompok
melalui ketua kelompoknya dengan menyebutkan nama lengkap, tujuan, dan jargon
kelompok, diselingi guyonan lewat pertanyaan tak kenal maka tak sayang. Dia
bertanya kepada salah satu peserta PK bernama Hanna, “Apakah kamu setuju dengan
kalimat tak kenal maka tak sayang?” Hanna menjawab, “ya,” Lalu MC menjawab, “Kenapa aku belum kenal
kamu, tapi sudah sayang?” MC memberi bunga kepada Hanna untuk menjaganya sampai
akhir PK.
Setelah itu, MC memberikan jargon selama
kegiatan PK berlangsung. Jargon-jargon tersebut dipakai di setiap selingan
acara. MC juga memanggil dua orang peserta untuk maju
ke depan mempraktekkan jargon-jargon tersebut: Rizki dan Fathan. Adapun
jargon-jargon yang disebutkan MC sebagai berikut:
l
“Selamat Pagi”
dijawab “Pagi,”
l
“Semangat Pagi”
dijawab “Pagi, pagi, pagi”
l
“LPDP” dijawab
“Jaya”
l
“Pemuda” dijawab
“Integritas”
l
“Indonesia” dijawab
“Aku Pasti Mengabdi”
l
“Sit Down Please”
dijawab “aah, ahh, ahh”
MC memperkenalkan kepada para peserta tentang
nilai-nilai dasar LPDP, yaitu: Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan
dan Kesempurnaan. Setiap hari peserta akan menampilkan satu nilai dasar LPDP
dalam bentuk gerakan. Untuk hari pertama, peserta menampilkan gerakan nilai
“integritas”, dimana MC akan berseru “Pemimpin Masa Depan”, maka para peserta
akan berdiri dan menghentakkan kaki kanannya kemudian bersorak “Integritas”
sambil meletakkan kepalan tangan kanan di dada sebelah kiri.
Acara
dilanjutkan bersama PIC (Person in Charge) PK, Pak Shabahul Arafi. Beliau
bertugas menjadi penghubung antara peserta PK dengan pihak LPDP. Sebelum beliau
memasuki ruangan seluruh peserta sudah khidmat dalam posisi berdiri untuk
menyambut kedatangannya, bahkan ketika music diputar gemuruh tepuk tangan
semarak terdengar. Gemuruh bak menandai datangnya tamu agung yang
ditunggu-tunggu kedatangannya. Pak Rafi, demikianlah kami menyapanya, datang
dengan langkah tegap, santun dan bersahaja. Mengawali perkenalan, beliau menyapa
sehingga membuat suasana menjadi cair.
“PK kali ini adalah PK yang berbeda dari PK
lainnya. PK santri merupakan PK yang pertama digelar tanpa ada campuran dari
afirmasi yang lain, sebab PK ini murni seluruh santri dari penjuru Nusantara.
LPDP santri yang diumumkan di pertengahan bulan Oktober 2018 ini menjaring 117
santri dan pada pelaksanaannya mengikut sertakan 114 santri.” Tutur Pak Rafi.
“LPDP
adalah titik awal untuk menjadi besar. Jika ingin menciptakan perubahan maka
seseorang harus mengambil peran dengan menjadi pemimpin. Sesulit apapun
perjuangan yang akan dihadapi, tidak boleh menyerah dan harus tetap optimis.
Sekecil apapun itu, perjuangan kita tidak boleh berhenti karena kita tidak tahu
di titik mana kita akan menginspirasi orang lain.” Lanjutnya.
Pada awalnya beliau memberikan gambaran
terkait pelaksanaan PK selama 5 hari dan menjelaskan beberapa peraturan yang
mengikat pada seluruh peserta. Video dari beberapa angkatan PK terdahulu kembali
diputar. Yang menjadi perhatian dari penjelasan beliau adalah sekecil apapun
pelanggaran terhadap peraturan PK yang dilanggar, maka konsukuensinya adalah diundang
PK selanjutnya alias penandatanganan kontrak beasiswa akan ditunda pada PK
selanjutnya.
Beliau berpesan tiga hal, diantaranya: Pertama,
menjadi peserta seutuhnya dalam arti tidak boleh membawa ketokohan, titel atau
lainnya selama mengikuti PK ini. Kedua, menjadi orang yang masih
membutuhkan banyak hal terkait informasi, nasihat serta pengetahuan dari para
narasumber. Ketiga, focus dalam mengikuti semua sesi yang disiapkan oleh
PIC.
Selain itu, beliau mengategorikan peserta
menjadi tiga tipe dalam mengikuti PK. Pertama, hanya menggugurkan
kewajiban, dalam arti mengikuti seluruh kegiatan dengan rasa terpaksa. Kedua,
mengikuti kegiatan tidak sepenuh hati, sehingga mengikutinya dengan
malas-malasan. Ketiga, dengan rasa bersyukur, senang, ikhlas dan tulus
dalam mengikuti seluruh kegiatannya. Nah, yang ketiga ini lah yang diharapkan. Jika
diiikuti dengan bahagia, maka semua yang dijalani akan terasa mudah dan ringan.
Keberhasilan tidak
diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya
keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana
pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah
kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak
akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)
0 Comments