Memetik Bintang Cantrikabhinaya di Langit Acacia (Part 1)

Peserta memasuki ruangan sesuai kelompoknya masing-masing. Di dalam ruangan, mereka diarahkan untuk duduk oleh panitia dari LPDP. Setelah semua kelompok masuk, peserta bernyanyi diiringi lagu Sheila on 7 berjudul Sahabat Sejati dan Kupetik Bintang Suasana sangat cair. Semua peserta PK bernyanyi bersama. Setelah itu, peserta menyambut kedatangan dua orang MC bernama Mas Mukhlis dan Mas Jupri.

Mas Mukhlis menyapa semua peserta per kelompok melalui ketua kelompoknya dengan menyebutkan nama lengkap, tujuan, dan jargon kelompok, diselingi guyonan lewat pertanyaan tak kenal maka tak sayang. Dia bertanya kepada salah satu peserta PK bernama Hanna, “Apakah kamu setuju dengan kalimat tak kenal maka tak sayang?” Hanna menjawab, “ya,” Lalu MC menjawab, “Kenapa aku belum kenal kamu, tapi sudah sayang?” MC memberi bunga kepada Hanna untuk menjaganya sampai akhir PK.

Setelah itu, MC memberikan jargon selama kegiatan PK berlangsung. Jargon-jargon tersebut dipakai di setiap selingan acara. MC juga memanggil dua orang peserta untuk maju ke depan mempraktekkan jargon-jargon tersebut: Rizki dan Fathan. Adapun jargon-jargon yang disebutkan MC sebagai berikut:
l  “Selamat Pagi” dijawab “Pagi,”
l  “Semangat Pagi” dijawab “Pagi, pagi, pagi”
l  “LPDP” dijawab “Jaya”
l  “Pemuda” dijawab “Integritas”
l  “Indonesia” dijawab “Aku Pasti Mengabdi”
l  Sit Down Please” dijawab “aah, ahh, ahh”

MC memperkenalkan kepada para peserta tentang nilai-nilai dasar LPDP, yaitu: Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan. Setiap hari peserta akan menampilkan satu nilai dasar LPDP dalam bentuk gerakan. Untuk hari pertama, peserta menampilkan gerakan nilai “integritas”, dimana MC akan berseru “Pemimpin Masa Depan”, maka para peserta akan berdiri dan menghentakkan kaki kanannya kemudian bersorak “Integritas” sambil meletakkan kepalan tangan kanan di dada sebelah kiri.

Acara dilanjutkan bersama PIC (Person in Charge) PK, Pak Shabahul Arafi. Beliau bertugas menjadi penghubung antara peserta PK dengan pihak LPDP. Sebelum beliau memasuki ruangan seluruh peserta sudah khidmat dalam posisi berdiri untuk menyambut kedatangannya, bahkan ketika music diputar gemuruh tepuk tangan semarak terdengar. Gemuruh bak menandai datangnya tamu agung yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Pak Rafi, demikianlah kami menyapanya, datang dengan langkah tegap, santun dan bersahaja. Mengawali perkenalan, beliau menyapa sehingga membuat suasana menjadi cair.

“PK kali ini adalah PK yang berbeda dari PK lainnya. PK santri merupakan PK yang pertama digelar tanpa ada campuran dari afirmasi yang lain, sebab PK ini murni seluruh santri dari penjuru Nusantara. LPDP santri yang diumumkan di pertengahan bulan Oktober 2018 ini menjaring 117 santri dan pada pelaksanaannya mengikut sertakan 114 santri.” Tutur Pak Rafi.

“LPDP adalah titik awal untuk menjadi besar. Jika ingin menciptakan perubahan maka seseorang harus mengambil peran dengan menjadi pemimpin. Sesulit apapun perjuangan yang akan dihadapi, tidak boleh menyerah dan harus tetap optimis. Sekecil apapun itu, perjuangan kita tidak boleh berhenti karena kita tidak tahu di titik mana kita akan menginspirasi orang lain.” Lanjutnya.

Pada awalnya beliau memberikan gambaran terkait pelaksanaan PK selama 5 hari dan menjelaskan beberapa peraturan yang mengikat pada seluruh peserta. Video dari beberapa angkatan PK terdahulu kembali diputar. Yang menjadi perhatian dari penjelasan beliau adalah sekecil apapun pelanggaran terhadap peraturan PK yang dilanggar, maka konsukuensinya adalah diundang PK selanjutnya alias penandatanganan kontrak beasiswa akan ditunda pada PK selanjutnya.

Beliau berpesan tiga hal, diantaranya: Pertama, menjadi peserta seutuhnya dalam arti tidak boleh membawa ketokohan, titel atau lainnya selama mengikuti PK ini. Kedua, menjadi orang yang masih membutuhkan banyak hal terkait informasi, nasihat serta pengetahuan dari para narasumber. Ketiga, focus dalam mengikuti semua sesi yang disiapkan oleh PIC.

Selain itu, beliau mengategorikan peserta menjadi tiga tipe dalam mengikuti PK. Pertama, hanya menggugurkan kewajiban, dalam arti mengikuti seluruh kegiatan dengan rasa terpaksa. Kedua, mengikuti kegiatan tidak sepenuh hati, sehingga mengikutinya dengan malas-malasan. Ketiga, dengan rasa bersyukur, senang, ikhlas dan tulus dalam mengikuti seluruh kegiatannya. Nah, yang ketiga ini lah yang diharapkan. Jika diiikuti dengan bahagia, maka semua yang dijalani akan terasa mudah dan ringan.

Keberhasilan tidak diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.

(Manuskrip Accra)

Post a Comment

0 Comments