Lathaiful Wudhu di Era Post-Truth

There is nothing that wastes the body like worry, and one who has any faith in God should be ashamed to worry about anything whatsoever.
(Gandhi)

Tidak ada yang lebih menghabiskan waktu daripada kekhawatiran, dan orang-orang yang mengaku percaya pada Tuhan patut malu apabila mereka khawatir mengenai sesuatu hal. Kekhawatiran tersebut bisa berwujud apa saja, dan bersumber dari mana saja. Umumnya, semua itu terjadi karena hati bersandar kepada selain-Nya. Dan seringkali lupa bahwa tugas pertama manusia bukanlah bersyahadat, salat, zakat, puasa atau haji, melainkan iqra! Iqra bermakna ibarah, untuk orang awam. Bermakna isyarah untuk orang khawas. Bermakna lathaif untuk para wali. Dan bermakna haqaiq, bagi para Nabi. Oleh karenanya, teosofi hadir dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dengan meluruskan akal, melembutkan hati dan mensucikan rohani.

Hati sebagai tolak ukur dan otak mengonversinya menjadi perintah dalam tindakan-tindakan. Ada empat gelombang energy otak berdasarkan urutan kesadarannya, beta, alpha, theta dan delta. Beta, gelombang otak dalam kondisi aktif, bekerja, bermain atau berbicara. Alpha, gelombang otak dalam keadaan relaksasi, merenung dan relative lebih tenang. Theta, gelombang otak dalam kondisi meditasi, bermimpi atau batas kesadaran akhir. Ilham dan wahyu hadir di suasana theta. Dan Delta, gelombang otak dalam kondisi terlelap, sebagai penyembuhan alamiah. Kondisi tersebut berubah secara dinamis dan perlu dimaksimalkan. Agama berperan mengatur perubahan gelombang tersebut dengan shock therapy. Tanpa sadar, hal-hal sederhana yang dilakukan setiap hari merupakan shock therapy, cara Tuhan mengatur gelombang otak manusia, seperti berwudhu, menjawab adzan, fokus pada kiblat, dsb.

Seorang non-muslim pakar neurologi menulis desertasi tentang wudhu. Dalam desertasi tersebut menyebutkan bahwa pusat kesadaran manusia ada tiga, yaitu wajah, tangan dan kaki. Oleh karenanya, jika ketiga wilayah tersebut dibasuh dengan air sejuk, akan mengembalikan konsentrasi. Maka sebenarnya, aktivitas wudhu baik dilakukan oleh semua umat manusia, tidak hanya Islam. Desertasi tersebut ditulis berdasarkan QS. Al-Maidah ayat 6, berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Niat wudhu secara tidak langsung merubah air biasa menjadi berenergi. Imam Syafii melarang mengeringkan sisa air wudhu, tidak berbicara tentang dunia antara wudhu dan salat, karena mengurangi energy air wudhu dan kekhusyukan. Wudhu diharapkan mampu membersihkan fisik dan rohani, sehingga membentuk pribadi paripurna.


Sabtu, 31 Agustus 2019

Post a Comment

0 Comments