Mendengar kata “reog”, kita segera merujuk pada seni pertunjukan yang
berasal dari Ponorogo yang terdiri dari tari dan musik gamelan dalam satu
rangkaian cerita. Seorang pemain reog memanggul topeng singa yang disebut
dengan ‘singobarong’, yang beratnya mencapai 50-60kg.
Kesenian Reog sering ditampilkan dalam berbagai kesempatan, baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Atraksi ini biasanya ditampilkan dalam
penyambutan tamu atau acara budaya yang lain. Bahkan penampilan Reog ini sudah
dijadikan sebagai suatu festival pada hari ulang tahun Kota Ponorogo, diikuti
oleh Reog yang berasal dari grup-grup Reog di wilayah Jawa Timur maupun di luar
Jawa timur. Festival ini dilaksanakan pada tanggal 1 suro, di dahului dengan
‘larung sesaji’ di telaga ngebel,
letaknya di sebelah timur Kecamatan Ngebel, dimulai pukul 10 sampai dengan
pukul 11 siang dan berlangsung selama seminggu.
Alkisah di
Kerajaan Kadiri yang dipimpin oleh Prabu Songgobuwono, mempunyai seorang putri
yang cantik dan halus budinya bernama Dewi Songgolangit. Kecantikan dan
kehalusan budinya menarik banyak para pangeran untuk meminangnya, namun putri
Kadiri tersebut belum berniat untuk menikah. Ayah dan ibunya sangat menginginkan
putrinya untuk segera menikah dan mendapatkan cucu darinya. Setiap saat mereka
menasehati Dewi Songgolangit. Pada akhirnya Dewi Songgolangit bersedia untuk
menikah, namun dengan mengajukan tiga syarat. Syarat pertama adalah pangeran
yang meminangnya harus menampilkan tontonan yang belum pernah ada di Kerajaan
Kadiri, syarat kedua pangeran tersebut juga harus membawa pasukan berkuda
dengan jumlah 140 prajurit yang berwajah tampan dan menaiki kuda yang
seragam. Syarat terakhir calon suaminya
harus membawa binatang berkepala dua. Sangatlah terkejut orangtuanya mendengar
syarat tersebut, yang menurut mereka hampir tidak mungkin untuk dipenuhi.
Akhirnya
ketiga syarat tersebut diumumkan kepada masyarakat, alhasil banyak pangeran
yang mundur karena tidak sanggup memenuhi ketiga syarat tersebut. Hanya dua orang pangeran yang bersedia memenuhi
syarat tersebut, yaitu Prabu Kelono Siwandono dan Pangeran Singobarong.
Keduanya berasal dari Kerajaan Bantarangin dan mempunyai hubungan keponakan dan
paman, namun keduanya terlibat perselisihan perebutan tahta Kerajaan
Bantarangin. Setelah Raja Singolodro mangkat, tahta kerajaan jatuh kepada
putranya Pangeran Kelono Siwandono.
Pangeran Singobarong tidak dapat menerima hal
ini, karena sebagai adik dari Prabu Singolodro, dia merasa lebih berhak atas
tahta Kerajaan Bantarangin. Rakyat sendiri lebih memilih Pangeran Kelono
Siwandono karena sifatnya yang halus dan cakap. Sedangkan sifat Pangeran
Singobarong berbanding terbalik dengan Pangeran Kelono Siwandono. Pangeran
Singobarong ugal-ugalan dan kasar sehingga dianggap tidak layak untuk memimpin
Kerajaaan Bantarangin.
Perselisihan yang semula hanya perebutan tahta
menjadi lebih sengit, ketika keduanya memperebutkan Dewi Songgolangit. Adapun
kedua syarat yang pertama sebetulnya sudah dapat dipenuhi oleh Prabu Kelono
Siwandono, tinggal syarat ketiga yaitu binatang berkepala dua yang masih sulit
diwujudkannya. Pertarungan keduanya tidak dapat terelakkan, Pangeran Singobarong adalah manusia yang
sakti, namun karena hasil dari “ngelmu”,
wajah dan kepalanya berubah menyerupai singa. Pertarungan ini berjalan sangat
sengit, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Prabu Kelono Siwandono saat senjata
pusakanya, yaitu pecut samandiman
berhasil mengenai tubuh Pangeran Singobarong. Pangeran Singobarong mengakui
kekalahannya dan bersedia menjadi syarat ketiga untuk meminang Dewi
Songgolangit. Namun yang diminta adalah binatang berkepala dua, untuk memenuhi
syarat ketiga ini, abdi kinasih atau dayang Pangeran Singobarong yang selama
ini setia mendampingi kemanapun Pangeran Singobarong berada diubah wujudnya
menjadi merak yang bertengger di kepala Pangeran Singobarong.
Prabu
Kelono Siwandono masuk ke kerajaan Kadiri dengan menaiki Singobarong dan
diiringi oleh 140 prajurit dengan kuda yang seragam, serta musik gamelan dan
tarian yang meriah. Dewi Songgolangit menerima pinangan Prabu Kelono Siwandono,
hatinyapun sangat senang karena pangeran yang berhasil memenuhi sayembaranya
adalah selain sakti juga tampan, gagah perkasa dan halus budi.
0 Comments