Hari Jadi Lamongan dihitung sejak dilantiknya
Ronggohadi sebagai adipati pertama daerah Lamongan oleh Sunan Giri IV atau
Sunan Prapen pada tanggal 26 Mei 1569. Ronggohadi pada akhirnya dikenal sebagai
Mbah Lamong yang bergelar Surajaya. Kini nama Surajaya diabadikan sebagai nama
stadion di Lamongan, sebagai markas tim sepak bola PERSELA dengan supporter
setianya LA mania dan penjaga gawang legendarisnya Khoirul Huda (1).
Sunan Prapen sendiri merupakan moyang dari
cendekiawan muslim Nusantara, K.H. Ahmad Dahlan dari jalur ibu. Gerakan
pembaharuan pendidikan sebagai langkah awal dalam menyebarkan cahaya
Muhammadiyah dengan tafsir Al-Ma’unnya. Bukan tanpa tantangan, K. H. Ahmad
Dahlan berdakwah dengan biola, pakaian dan fasilitas pendidikan ala penjajah
dicerca oleh masyarakat muslim sekitar karena dianggap menyerupai orang kafir. Musholla
tempatnya mengajar dan keahliannya dalam ilmu falak mendapatkan respon keras
oleh para ulama’, terutama dalam hal arah kiblat. Mungkin karena K. H. Ahmad
Dahlan waktu itu masih tergolong muda. Undhur maa qaala wa laa tandhur man
qaala.
Kini Muhammadiyah tidak hanya cemerlang di
bidang pengelolaan pendidikan, tetapi juga dalam bidang kesehatan. Ini tak
lepas dari peran K. H. Ahmad Dahlan yang pernah bergabung dalam Budi Utomo,
gerakan yang berusaha mengorganisir cendekiawan di Nusantara dan focus di
bidang kesehatan. Budi Utomo diinisiasi oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan
digerakkan oleh mahasiswa STOVIA (Sekolah Kesehatan Era Penjajahan), diantaranya
Sutomo, Tjipto Mangunkusomo dan Gunawan Mangunkusomo.
Selain itu, Suwardi Suryaningrat alias Ki
Hajar Dewantara juga pernah menjadi mahasiswa STOVIA, namun karena tidak bisa
menyeimbangkan antara kuliah dan berorganisasi di Budi Utomo, Suwardi
sakit-sakitan dan nilai kuliahnya menurun. Akhirnya, beasiswanya dicabut dan
tidak lulus dari STOVIA. Selama masa sakitnya, Suwardi diurus oleh kakak
pertamanya. Jarak dan keterbatasan ayahnya dalam penglihatan membuat kakak
pertama Suwardi Suryaningrat menjadi ayah kedua baginya. Suwardi Suryaningrat, sosok yang dikenal
sebagai Bapak Pendidikan.
Tidak dipungkiri jika pengelolaan pendidikan dan kesehatan
menjadi yang terdepan bagi Muhammadiyah. Salah satu tokoh yang pernah menjabat
sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dua periode yaitu Prof. Dr. K.
H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA atau lebih akrab dengan Din Syamsuddin.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Majlis Ulama Indonesia. Berbagai
prestasi kepemimpinan dan akademisnya ini menurut saya berkat barokah dari doa
K. H. Hasyim Asy’ari yang sangat fenomenal di kalangan para santri, yaitu: “Siapa saja yang mau mengurusi NU, saya anggap santriku. Siapa
yang jadi santriku, maka aku doakan khusnul khatimah beserta keluarganya.” Prof Din Syamsuddin sendiri di masa mudanya pernah berjasa
dan mengurusi NU, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Ikatan
Pelajar NU (IPNU) Kab. Sumbawa.
K. H. Hasim Asy’ari merupakan seorang yang ahli hadis, keturunan
dari Joko Tingkir dari jalur ibu. Cinta tanah air sebagian dari iman adalah
ijtihad beliau, untuk membentengi masyarakat Nusantara dari gempuran pengaruh
asing. Saripati cinta tanah air tersebut berwujud revolusi jihad yang
diperingati sebagai Hari Santri 22 Oktober. Revolusi Jihad merupakan jawaban
dari K. H. Hasyim Asy’ari atas permintaan Presiden Sukarno, menjawab ultimatum
sekutu di Surabaya dalam pertempuran 10 November. Kini dikenang sebagai Hari
Pahlawan, memperingati gerakan santri Laskar Hizbullah dalam melawan sekutu. Rawe-rawe
rantas, malang-malang putung. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup
terjajah. Lebih baik terus belajar dalam memperbaiki ketaksempurnaan diri,
daripada hidup meniru orang lain secara sempurna.
Integrasi agama dan negara inilah yang
disampaikan K. H. Syaifuddin Zuhri dari Malang dalam ceramahnya memperingati
Hari Jadi Lamongan yang diselenggarakan dalam konsep doa bersama bupati dan
masyarakat Lamongan (15/7). Bupati Lamongan, H. Fadeli, MM, dalam sambutannya
menjelaskan tentang program atau gerakan 1821. Bahwa warga Lamongan khususnya
anak-anak pada jam 18.00 – 21.00 dihimbau untuk tidak menyalakan gadget dan televisi
pada jam tersebut. Beliau juga menambahkan akan segera melaunching program “Desaku
Pintar.”
Lamongan sebagai daerah wali mempunyai
beraneka ragam budaya daerah. Sunan Drajat sebagai putera kandung Sunan Ampel
dan adik dari Sunan Bonang, berdakwah menggunakan kesenian, menggubah sejumlah
tembang tengahan macapat pangkur, memainkan wayang dan seperangkat
gamelan yang disebut Singo Mengkok. Serta tujuh falsafah sebagai pepali yang
dijadikan pijakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Lamongan juga dipenuhi perempuan cantik
jelita. Tradisi egaliter menjadi warisan turun temurun yang menjadi cerita
tutur sebagian masyarakat Lamongan. Perempuan yang mendatangi laki-laki lebih dahulu dengan
maksud “tertentu” dianggap sebagai bangsawan. Mereka dianggap melestarikan tradisi
dan ikut prihatin terhadap meninggalnya dua putera kembar Adipati Lamongan
akibat gagalnya pernikahan dan pembatalan janji. Singkat cerita, kisah tersebut
diabadikan dengan gentong dan kipas kembar di halaman Masjid Agung Lamongan.
Dan nama calan pengantin putera kembar Adipati Lamongan, puteri kembar Andansari
dan Andanwangi diabadikan sebagai nama jalan.
Selamat Hari Jadi Lamongan ke-449…!!!
0 Comments