Tak ada
kesalahan-kesalahan, tak ada kebetulan-kebetuan. Seluruh kejadian adalah rahmat
yang diberikan agar kita belajar darinya. Apa pun yang terjadi, semuanya adalah
karunia. Manusia yang paling beruntung adalah mereka yang bisa mengambil hikmah
di setiap kejadian. Hikmah yang tercecer di mana-mana dan sangat penting untuk
diambil dan dijadikan pelajaran hidup. Tidak terkotak-kotak oleh batasan
negara, bahasa, sosial, budaya, ekonomi, bahkan agama.
Manusia
bagaikan seseorang yang berlayar meninggalkan pulau miliknya yang penuh
limpahan harta, merantau menuju padang gersang dan mengais-ngais hikmah yang
berterbangan. Salah satu hikmah yang saya tidak bosan-bosan untuk membacanya
adalah nasehat dari seseorang yang entah dari siapa, otak ini tak mampu
mengingat namanya.
“Nak, sebuah
ide dalam sebuah buku mempunyai potensi untuk mentransformasi dirimu ke sebuah
pencapaian yang tak terkira. Masalahnya, kamu tidak tahu di buku mana ide itu
tersembunyi dan menunggu untuk ditemukan. Prioritaskan rezekimu untuk memenuhi
kebutuhan leher ke atas, dengan harapan akalmu selalu menang dalam pertempuran
paling dahsyat yang terjadi kapan saja dan di mana saja”.
Begitu
penting pengembaraan dari setiap anak manusia untuk benar-benar merenungi makna
hidup yang dalam dunia modern ini seakan-akan tertutup dengan gemerlap kemewahan,
keanekaragaman kemudahan dan derasnya arus informasi. Seperti halnya
pengembaraan dalam buku, berkumpul bersama orang-orang shalih adalah anjuran
agama agar senantiasa semangat dalam beribadah kepada-Nya. Banyak hal yang bisa
kita ambil pelajaran untuk kehidupan. Oleh karena itu, tidak jarang saya
berpindah dari komunitas satu ke komunitas lain dengan harapan menemukan banyak
hikmah yang tercecer.
Salah satu
komunitas yang mengusung dan menyebut dirinya Maiyah mempunyai cara tersendiri
dalam mengantarkan siapa saja dalam memperoleh hikmah. Dengan konsep minadhdhulumaati
ilannuur dengan meminimalisir perbedaan tanpa menghilangkan keyakinan atau
identitas diri, komunitas ini semakin hari semakin dicintai. Terlihat dari
animo masyarakat yang luar biasa di setiap agendanya. Bahkan hujan pun
benar-benar sebagai rahmat, setiap tetesan adalah harapan untuk menjadi lebih
baik.
Dalam
pengembaraan mengais hikmah yang tercecer, sangat penting untuk diketahui bahwa
untuk mencapai kualitas hidup yang tertinggi harus melewati beberapa jalan.
Margoutomo sebagai jalan pertama yang harus dilalui. Dalam hidup, seseorang
harus mengetahui keutamaan yang ada dalam dirinya. Tahu banyak atas sedikit hal
tanpa menafikan tahu sedikit tentang banyak hal. Dalam artian bahwa ada satu
hal dalam hidup ini yang menjadi identitas diri, tetapi hal itu juga tidak
membuat lupa diri terhadap segalanya.
Kemudian
jalan kedua, Malioboro. Seseorang menjadi waliyullah dengan keahlian dalam
bidang masing-masing. Identitas yang dimilikinya benar-benar ditekuni dan
digunakan untuk mengisi ruang-ruang kosong dalam mendekatkan diri kepada-Nya,
karena sesungguhnya Allah menyukai ketika salah seorang dari kalian mengerjakan
pekerjaan sampai menguasainya.
Jalan ketiga
yaitu Margomulyo. Kemulyaan diri yang akan didapat ketika sudah sampai ke jalan
ketiga. Orang-orang sekitar merasakan manfaat terhadap apa yang dikuasainya.
Dan jalan keempat adalah tujuan paling utama yaitu purakan, jalan kema’rifatan.
0 Comments