Garis Pantai



Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-2 di dunia setelah Kanada. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika mengunjungi setiap pantai di negeri ini, khususnya yang berada di Pulau Dewata, Bali. Pulau yang tersohor ke seluruh penjuru dunia ini memberikan destinasi wisata berbasis pantai yang tidak diragukan lagi keindahannya. Bahkan bisa dibilang Bali menjadi pintu masuk pengetahuan kebudayaan Indonesia. Seseorang yang belum mengenal Indonesia biasanya telah mengenal Bali dengan wisatanya. Pemerintah sudah selayaknya memberikan perhatian lebih kepada Bali dan merawat destinasi wisatanya untuk mengenalkan Indonesia ke seluruh dunia.

Perjalanan kami dimulai dari Tanah Lot. Sebuah wisata yang menurut kepercayaan orang-orang Bali bahwa dulu ada seorang dewi yang bernama Dewi Ratih. Dia menginginkan kesuburan yang ada di Pulau Jawa, sehingga Dewi Ratih membawa gumpalan tanah itu. Namun, dalam perjalanan sebagian tanah tersebut jatuh tepat di Pulau Bali. Tanah tersebut berinteraksi dengan air sehingga lama-kelamaan membatu yang sekarang disebut Tanah Lot.

Pemandangan Tanah Lot yang sungguh indah dengan kombinasi laut dan tatanan bunga yang diatur sedemikian rupa membuat setiap mata tak henti-hentinya takjub. Ketakjuban itu membuat setiap tempat tidak mungkin untuk dilewatkan. Kami pun mengambil gambar bersama-sama, sebagai penguat ingatan kami telah mengunjungi Pulau Dewata, khususnya Tanah Lot. Sebagian sahabat juga ada yang berkesempatan berfoto dengan sesepuh desa yang sedang bersembahyang.

Di ujung pantai yang terletak di dalam goa, ada seekor ular yang dipercaya masyarakat setempat sebagai ular suci. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan ular ini dinamakan demikian. Yang jelas ular ini berada di lubang pasir yang tampaknya sengaja dibuat. Bentuk tubuhnya seperti ular-ular kebanyakan. Namun, warna kulit yang baru pertama kali ini saya lihat dimiliki oleh ular. Warna kulit ular ini belang hitam putih, seperti zebra.

Kemudian kami menuju rumah makan yang masih berada di kompleks Tanah Lot. Saya membeli ikat kepala khas Bali dan mengambil gambar di sebuah patung. Saya rasa sebuah kebudayaan tidak merubah keyakinan saya terhadap Islam. Malah semakin mantap keyakinan itu setelah melihat hal-hal yang tidak masuk akal. Patung yang dibuat oleh manusia menjadi sesembahan. Mana khaliq mana makhluk, coba deh pikirkan….!!!! Gak rasional banget.

Perjalanan kami dilanjutkan menuju Pantai Kuta, destinasi wisata yang sangat terkenal seantero dunia. Kami menaiki angkutan umum untuk mengantarkan kami dari parkiran bus hingga Pantai Kuta. Menyaksikan panorama keindahan Pantai Kuta membuat kata-kata tertahan dalam benak. Kami hanya takjub akan ciptaan Illahi. Kata-kata bukan menjadi ukuran keindahan kali ini. Sambil melangkahkan kaki, kami menyusuri keindahan pantai. Banyak wisatawan asing dan domestic sedang menikmati hangatnya sang surya. Selain itu, kami juga harus mewawancarai wisatawan asing dengan tujuan memperlancar bahasa Inggris. Tidak lupa kami berpose dengan turis-turis tersebut. Asyiknya menikmati panorama pantai hingga melalaikan waktu yang menyebabkan beberaapa orang termasuk saya tertinggal di pantai, sedangkan yang lain telah menunggu di dalam bus.

Kemudian kami menuju Tanjung Benoa, tempat penangkaran penyu. Pulau yang khusus digunakan untuk perlindungan penyu yang selama ini menjadi buruan manusia. Kami melewati jalan tol yang diklaim terbesar ke-2 setelah Jepang. Dan sesekali kami menyaksikan pesawat yang sangat dekat dengan daratan. Sampai di tempat parkir, menuju tempat penangkaran penyu kami menaiki perahu mesin. Sementara itu di tepi pantai kami melihat wisatawan asing yang sedang memainkan permainan air. Permainan ini apabila dilakukan dengan benar dapat membuatnya terbang, seperti Iron Man. Keseimbangan yang harus dijaga ketika memainkannya.

Setelah itu kami mengunjungi Garuda Wisnu Kencana. Sebuah tempat pertunjukan kebudayaan Bali. Terdapat patung Wisnu yang sedang mengendarai garuda yang tingginya ketika jadi nanti diklaim mengalahkan patuk Liberty. Menuju tempat ini kami melawati perkotaan yang menyuguhkan berbagai patung dan ukiran yang luar biasa. Ada juga bangunan yang didesain klasik. Sesampai di sini kami menyaksikan pertunjukan tari yang berada tepat di depan patung Wisnu. Di penghujung kunjungan, kami memasuki ruang teater. Sebuah pertunjukan tari Kecak menghibur kami semua dan pengunjung yang lain.

Kemudian dilanjutkan perjalanan menuju tempat penginapan. Tak satu kata pun terdengar, mungkin semuanya kelelahan dan tertidur. Sampai di tempat penginapan, kami menyantap hidangan makan malam. Sambil mendengarkan pembagian kamar dan penunjukan ketua kamar sebagai pemegang kunci. Kami memasuki kamar masing-masing setelah puas menyantap makanan. Membersihkan diri, beribadah dan kemudian beristirahat. Menunggu hari esok yang lebih baik.







Studi Tour Bali
Sabtu, 10 Januari 2015

Post a Comment

0 Comments