Perjalanan Seputar Muktamar NU ke-33


Setiap informasi yang datang tak kusia-siakan begitu saja. Informasi kali ini adalah musyawarah kaum muda NU yang masuk dalam rangkaian muktamar NU yang ke-33. Jarak yang terlampau dekat membuat saya tertarik untuk mengikutinya. Muktamar NU yang ke-33 ini berada di Jombang, Jawa Timur, tempat kelahiran spirit organisasi ini.
Keberangkatan menuju lokasi acara ditemani oleh salah seorang sahabat, Abdullah Syarqawi. Kami berangkat sore hari setelah salat Jum’at. Perjalanan kami menuai banyak tantangan, kemacetan hingga tak mengetahui medan. Tujuan kami pertama kali adalah stadion, tempat berlangsungnya salawatan oleh Habib Syekh. Sebelum sampai ke lokasi, kami mampir di rumah salah seorang sahabat, Leni, teman ketika SD yang sekarang menempuh studi di Universitas Brawijaya.
Kondisi stadion ketika sampai di sana begitu ramai. Penuh sesak dengan syekher mania dan pengunjung yang sekedar menikmati keramaian. Kami merangsek ke depan panggung di tengah-tengah kerumunan masa yang membludak. Salawat yang dilantunkan membuat ghirah keislaman semakin kuat. Aksi para syekher mania pun membuat takjub.
Hari ini juga kebetulan bersamaan dengan agenda Maiyah, Padhang mBulan. Pertama kalinya mengikuti agenda ini di Jombang. Lokasinya berada di pedalaman, harus melewati hamparan persawahan dan ladang tebu. Sinar rembulan yang tertutup awan dan bintang-bintang yang masih bersembunyi membuat perjalanan semakin menakutkan. Tidak adanya penerangan dan buta akan lokasi membuat kami was-was, semoga selamat sampai tujuan.
Beberapa menit kemudian, kami sampai di lokasi. Suasananya begitu sejuk dan rindang karena berada di antara pepohonan. Tetapi dari segi materi dan karakter penonton, forum Bangbang Wetan di Surabaya lebih ekspresif. Hingga berganti hari, kami mengikuti acara dengan khidmat.
Esok hari, kami bergerak menuju Pondok Pesantren Tebu Ireng. Ketidaktahuan tempat membuat kami harus bertanya beberapa kali kepada penduduk setempat. Sama seperti makam tokoh-tokoh agama maupun nasional, makam Gus Dur semakin ramai pada acara muktamar kali ini. Bacaan salawat dan tahlil senantiasa terdengar di area sekitar makam. Banyak pedagang menuju makam untuk sekedar membeli oleh-oleh. Di sekitar area makam juga terpampang biografi tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama’.
Selepas istirahat dan salat dhuhur di masjid pondok pesantren tebuireng, kami merapat ke alun-alun Jombang. Tempat dilaksanakannya pembukaan muktamar oleh Presiden Jokowi. Menjelang maghrib suasana alun-alun pun penuh sesak. Tepat setelah salat maghrib kami mencari tempat yang nyaman. Alhasil, kita mndapatkan kursi di sebelah panggung utama, entah masuk tv apa enggak he he he he he. Beberapa penampilan membuat penonton berdecak kagum sebelum akhirnya Presiden Jokowi membuka agenda muktamar dan Gus Ipul melaporkan mewakili panitia penyelenggara.
Usai acara pembukaan, kami beristiahat di masjid agung Jombang. Dikarenakan begitu ramainya pengunjung, kami memutuskan untuk mencari masjid atau musholla yang lebih sepi. Kami pun bergerak, tetapi setelah beberapa menit kami tidak menemukan masjid dan hanya berputar-putar di tempat yang sama. Inilah kelemahan jalan satu arah, membuat pengunjung yang baru pertama kali datang menjadi kebingungan. Akhirnya kami pun mendapatkan musholla untuk istirahat malam ini.
Pagi hari, kami segera berbenah diri dan bersiap mengikuti musyawarah kaum muda NU di Universitas Wahab Hasbullah. Ketidaktahuan tempat membuat kami harus bertanya beberapa kali pada penduduk setempat. Di tambah dengan jalan satu arah yang membuat kami kembali berputar-putar. Setelah beberapa menit, akhirnya kami menemukan lokasi dan kami menjadi peserta paling awal.
Satu per satu peserta mulai berdatangan. Dari banyak peserta, sebagian dari mereka sudah saya kenal sebelumnya. Panitia memulai acara dengan hiburan salawat banjari. Acara ini dibuka oleh bapak Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Syaifuddin dan diakhiri oleh mauidhah hasanah oleh K. H. Maimun Zubair. Setelah acara pembukaan usai, peserta dibagi menjadi beberapa kelas sesuai tema yang dipilih. Hingga malam hari kami berdiskusi sesuai tema yang dipilih. Diakhiri dengan hiburan lawak oleh grup lawak Abiyasa dan penjelasan dari bintang tamu Bupati Banyuwangi dan Wonosobo yang menjelaskan strategi politik dan suasana kabupaten masing-masing yang dipimpinnya.
Acara dilanjutkan pagi hari. Namun berbeda dengan pembukaan, peserta terlihat berkurang tetapi menurut saya tetap seru untuk diikuti. Materi baru dan sahabat baru cukup mencerahkan suasana pagi ini. Acara ditutup dengan pembacaan salawat nabi yang dihadiri oleh seorang habib. Setelah itu kami menuju pondok pesantren tebuireng dan alun-alun Jombang untuk sekedar membeli pernak-pernik seputar muktamar NU ke-33.
Puas menikmati keramaian dua lokasi tersebut, kami segera kembali ke Surabaya. Mengingat banyak tugas yang harus diselesaikan. Dalam perjalanan pulang kami sempat kesasar, aneh memang padahal ketika berangkat lancar-lancar saja. Tak butuh banyak waktu, kami menemukan jalan pulang. Sampai di Surabaya, kami menikmati hidangan sate.

Post a Comment

0 Comments