Kumandang azan
terdengar menggema seantero jagat raya. Membangunkan jiwa-jiwa suci kelabu.
Memberikan pilihan untuk bangun merangkai asa atau terlelap dalam jurang
kenistaan. Sang surya melambai-lambai merayu Khalifatullah. Seakan berpesan
agar terus bersinar seiring sinarnya yang semakin redup. Debu-debu berterbangan
menyambut lelah letih pasukan pemberani. Mengais rezeki dan sebagian yang lain
mengukir prestasi di bumi Sang Malik.
Cina atau China
atau Republik Rakyat China sebagai negara yang mulai menguasai ekonomi dunia.
Rasulullah pun berpesan untuk terus menuntut ilmu walau ke Negeri China. Itulah
setidaknya salah satu alasan yang menggerakkan langkah kakiku untuk menuju
Rumah Bahasa Surabaya sore ini (12/8). Hari ini adalah kelas pertama bahasa
Mandarin. Pengajarnya Bapak Dong Xin Rong atau Sutoyo. Saya pernah mengikuti
kelasnya sebelum ini, tetapi cuma bertahan dua kali karena ada keperluan lain.
Seperti biasa sebelum belajar bahasa, Pak Sutoyo pada awal pertemuan selalu
memberikan pengantar atau setidaknya bercerita tentang Negeri China. Saya pun
tidak asing dengan penjelasannya.
Telah kita ketahui
bersama bahwa jumlah penduduk China menempati peringkat pertama di dunia.
Sebesar 1,3 milyar jiwa berada di China dari total 7 milyar jiwa di permukaan
bumi, belum termasuk penduduk China yang tersebar luar di luar China. Betapa
besar jumlah penduduk dan bisa dibayangkan bagaimana kompetisi di negeri
tersebut sangat sengit. Tidak bisa dipungkiri apabila banyak inovasi-inovasi
bermunculan dari Negeri Tirai Bambu ini.
Di Indonesia
penyebutan China dikenal dengan Tiongkok. Bunyi Tiongkok ini berasal dari
istilah Zhong Guo yang artinya negara tengah. Mengapa demikian, karena orang-orang
China pada dahulu beranggapan bahwa negaranya berada di tengah-tengah. Sebelah
utara berbatasan dengan Mongolia, Timur berbatasan dengan Samudra Pasifik,
Barat berbatasan dengan Pegunungan Himalaya dan Selatan berbatasan dengan
daerah-daerah yang harus membayar upeti ke China. Dibangunnya tembok China dari
dinasti ke dinasti bertujuan untuk membatasi atau lebih tepatnya melindungi
penduduk China dari kekejaman bangsa Mongol. Penduduk China akan lebih mudah
mempertahankan diri atau mengalahkan bangsa Mongol dari atas tembok China.
Sementara itu dari
sumber yang lain menjelaskan bahwa Zhong Guo berarti I don’t know .
Kenapa demikian karena ketika orang-orang asing berkunjung ke China dan
bertanya keberadaan suatu tempat pasti jawabannya Zhong Guo yang artinya saya
tidak tahu. Dari sini bisa diketahui bahwa orang China tidak mau bertanggung
jawab terhadap perkataan atau perbuatannya. Tercermin dari bagaimana kualitas
barang-barang yang datang dari China he he he he he.
Sementara itu
apabila dikaitkan dengan sejarah bangsa Indonesia, nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari China tepatnya dari propinsi Yunan, propinsi paling
selatan China. Alasannya menurut Pak Sutoyo, karena China mempunyai peradaban
selama 5000 tahun sedangkan Indonesia baru 2000 tahun. China terdiri dari 56
suku yang berbeda, tapi 95% dipenuhi oleh suku Han Zi. Itulah asal mula tulisan
di Jepang dinamakan Kanji. Sedangkan 5% sisanya adalah suku-suku kecil yang
dikenal dengan Zhong Hua atau Tionghoa.
Dari berbagai
keanekaragaman suku, tentu mempunyai aksentuasi bahasa yang berbeda-beda.
Tetapi walaupun berbeda, mereka dipersatukan oleh tulisan. Dalam artian bahwa
satu tulisan memiliki aksentuasi yang berbeda tergantung wilayah tinggal suku
tersebut. Bahkan konon katanya di Jepang dan Taiwan pun masih memiliki kesamaan
tulisan walaupun bahasanya berbeda.
Ringan tapi
berbobot, begitulah karakter pengajaran Pak Sutoyo. Diselingi dengan canda tawa
antara satu dengan yang lain membuat kelas ini sangat menarik untuk diikuti.
Mega merah sebagai akhir pertemuan hari ini. Klaksok-klakson kendaraan saling
bersahut-sahutan menandakan hari sudah mulai senja. Kerlap-kerlip sorot cahaya
pun mulai terlihat dan kemeriahan bulan Agustus semakin menambah keindahan
senja di kota Pahlawan. Kemacetan tentu menjadi hal biasa, sorot merah dari
belakang kendaraan bermotor pertanda harus berhati-hati. Daun-daun berguguran
entah dari mana datangnya. Kemungkinan dari pohon-pohon tepi jalan yang
memberikan kesejukan pada setiap pengendara. Di perempatan jalan terlihat
tukang bunga menarik gerobaknya dengan tergopoh-gopoh, memanfaatkan kesempatan
merah di jalan ini.
0 Comments