“Kak, ini bermakna apa?” Tanya seorang anak dengan logat Melayu ketika
mendengar pujian Tombo Ati selepas adzan maghrib.
Aku memperhatikan dua anak yang kedua matanya menunggu jawaban
dariku. Sekilas, wajah kedua anak ini tak ada bedanya dengan anak Indonesia,
tapi ternyata di lehernya berkalung identitas dengan bendera Malaysia.
Warga Malaysia, Singapura, Thailand Selatan dan tentu Warga
Negara Indonesia dari berbagai provinsi berkumpul di Timur Jawa, Surabaya. Pakaian
sama putih dan makan satu talam sebagai wujud persaudaraan. Mengikuti rangkaian
acara dan mauidhoh hasanah dari Habib Umar al-hadi bin Hamid al-Jailani dari
Makkah Mukarramah.
Bukan hanya para habib, kiai dan ustad, para pemimpin perguruan
tinggi juga banyak yang hadir, salah satunya Prof. Dr. M. Nuh, DEA dan Rektor
Universitas Brawijaya.
Dekorasi panggung, pencahayaan dan polo koordinasi pada haul
tahun semakin luar biasa. Para jamaah putri yang hadir pun tampak beberapa yang
bercadar.
Tahun ini saya bertugas sebagai keamanan panggung, bertugas
sebagai barikade untuk menjaga panggung agar tidak overload. Di akhir acara,
pertemuan dengan 2 orang teman semakin mempelengkap suasana. Selain itu, perkenalan
dengan 2 jamaah dari Jawa Tengah “Ngapak” yang baru pertama kali hadir dalam
majlis ini, membuat hidup semakin bermakna.
Ponpes Al-Fitrah,
Kedinding, Surabaya
21-22 April
2018
0 Comments