Datang, dengar, buktikan….!!! Ehipassiko, satu katu bahasa Pali
yang sangat bermakna. Sebuah prinsip yang harus dipegang teguh, agar kita tidak
tertipu dengan bahasa dan budaya manusia yang beraneka ragam. Kita mungkin
tidak seiman, tapi sebangsa dan setanah air. Kalau pun bukan keduanya, kita
sama-sama manusia, masterpiece Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk kesekian kalinya, saya berkesempatan berkunjung ke
Padepokan Vihara Buddhayana. Kali ini bersama Mas Rohman, seorang advokat muda
yang tak diragukan lagi kapasitas keilmuannya. Kami dipandu oleh seorang pemuda
bernama Bayu. Kami menyusuri museum yang didalamnya ada perpustakaan dan
berbagai symbol-simbol Buddha dan literature ilmiah.
Kami juga berkesempatan mengunjungi pengasuhnya. Masuk diruangan
khusus. Di ujung ruangan ada foto yang tidak asing lagi bagi kami. Presiden Gus
Dur bersama orang yang sekarang berada dihadapan kami. Ah, memang terkadang lucu,
kita sering mengingkari dan berprasangka buruk kepada saudara kita yang
berbeda, baik keyakinan, suku, bahasa maupun kebiasaannya. Padahal kita
sama-sama manusia yang berjuang untuk lebih baik setiap harinya.
Siddharta, seorang pemuda bangsawan yang meninggalkan
kebangsawanannya untuk mencari cahaya kebenaran Ilahi. Berpuasa dibawah pohon Bodhi.
Bayu menjelaskan bahwa Siddharta Gautama bukanlah satu-satunya Buddha. Akan
datang Buddha Maitreya ketika manusia mulai lupa diri, terpasung dalam
kemelekatan duniawi. Siapakah Buddha Maitreya? Lelaki yang telah diramalkan
kedatangannya, perkataannya adalah kebenaran, keadilan adalah prinsip hidupnya,
dan senantiasa hidup dalam kesederhanaan.
Vihara
Buddhayana Batu
Senin, 16
April 2018
0 Comments