Jika bukan karena iman terhadap titah Tuhan, manusia seluruh dunia pun
tidak akan mampu mengatur atau bahkan memusnahkan suatu bangsa yang nenek
moyangnya makan makanan surga, ‘manna wa salwa’. Torah (Taurat) kitab sucinya.
Sinagoge tempat ibadahnya. Tefilah cara beribadahnya. Sabat hari ibadahnya. Yeshiva
tempat belajarnya (semacam pesantren). Rabbi sebutan gurunya (semacam kiai). Dan
Moses (Musa) nabinya.
Musa. Nabi yang paling sering disebut dalam Al-Qur’an. Nabi yang membawa
umatnya keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian. Kalimullah. Nabi yang
Allah berdialog dengannya. Jika bukan karenanya mungkin 50 kali sehari semalam.
Moddaaaar.
Hal yang sungguh menakjubkan dari bangsa ini adalah kedisiplinan menjaga
makanannya. Jika Muslim diperintahkan makan makanan yang halal dan toyyib.
Toyyib pasti halal dan halal belum tentu toyyib, khususnya bagi orang-orang
usia senja. Maka bangsa ini diperintahkan makan makanan yang ‘kosher’, makanan
yang halal sekaligus toyyib, sejak lahir.
Mengenai makanan, sungguh hari ini dalam kebimbangan. Menemani bapak
rector UPN Veteran Jawa Timur dalam melatih mahasiswanya baris-berbaris sebagai
pondasi dasar kedisiplinan. Hidangan yang disediakan pun luar biasa istimewa
untuk para undangan. Namun, makanan itu tidak cocok bagi lidah yang biasa makan
tempe goreng, tahu, ikan asin, gerih, peyek dan sego jagung. Efeknya pun . . .
. .
0 Comments