Ibarat mata uang, menulis dan
retorika adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Setali tiga uang
dengan Al-Khidmah dan Bangbang Wetan, Al-Khidmah dengan konsep jam'iyyah
menjadikan persamaan sebagai power dan Bangbang Wetan dengan konsep ma'iyyah
menjadikan perbedaan sebagai identitasnya.
Pergerakan dwi warna, hijau dan
putih, menghiasi jalanan Surabaya siang ini. Cukup menyibukkan para petugas
dalam menjaga ketertiban lalu lintas. Tapi sepertinya mereka lebih fokus mengawal pergerakan si hijau menuju Stadion Tambaksari.
Karena si putih bergerak menuju arah Suramadu dengan tertib, berpusat di Ponpes
Al-Fitrah Surabaya dalam rangkaian acara tahunan, Haul Akbar.
Diawali dengan tawassul, dilanjutkan
dengan Istighsah, kemudian khatmil Qur'an, diteruskan dengan tahlil, dilengkapi
dengan pujian maulidurrosul dan diakhiri dengan mauidhoh hasanah oleh Habib
Umar bin Abdullah Al-Jailany min Makkah Al-Mukarramah bil arabiyyah yang
diterjemahkan oleh Panglima Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaaf dari Tegal.
Beliau menjelaskan betapa
berungtungnya kita diberi kesempatan untuk hadir, berkumpul dalam majlis
Rasulullah. Menenangkan jiwa, membasahi lisan dengan kalimat Laa ilaha
illallah, Tiada Tuhan Selain Allah, berulang-ulang agar kita terbiasa dan mampu
mengucapkan kalimat itu ketika sakaratul maut.
Lebih lanjut beliau menceritakan
beratnya kehidupan rumah tangga yang dikeluhkan Fatimatus Zahra kepada Ayahnya,
Muhammad SAW. Sehingga menyebabkan Fatimah ingin mengambil pembantu. Rasulullah
pun menjawabnya bahwa tidak ada yang lebih baik dari mengucapkan takbir,
tahlil, tahmid dan tasbih, daripada memasukkan pembantu dalam rumah tangga.
Beliau juga menerangkan sejarah
besar Isra' Mi'raj. Betapa pentingnya perintah shalat, terutama yang dilakukan
dengan berjamaah. Penegasan tentang keutamaan shalat jamaah subuh yang sangat
mempengaruhi kehidupan seakan menjadi sentilan, khususnya bagi dunia kampus.
Salah seorang sahabat juga pernah menulis, jangan pernah menemui komunitas ini
di pagi hari, karena merupakan jam tidur setelah semalaman bermain 'kopik'.
Siapakah komunitas ini? tanyakan pada rumput yang bergoyang.
Dinginnya malam berganti dengan
hangatnya obrolan. Pekatnya secangkir kopi pun sebagai pelipur rindu, setelah
lama tak berjumpa karena kesibukan masing-masing. Maka, di tempat ini lah kita
kan selalu bersua. Mencurahkan kisah kehidupan di belahan bumi lain. Saling
menguatkan dalam menjalani kontestasi hidup yang tiada henti.
Waghfir likullidz dzunuub, wastur likullil 'uyuub.
Shalom 'alaik.
0 Comments