Jalan Impian; My Dreams Will Come True


Teringat pesan dari Pramono Anung, Sekretaris Kabinet Kerja Presiden Jokowi dalam acara Mata Najwa On Stage pekan lalu di Stadion Brantas Kota Batu bahwa yang akan memenangkan kompetisi generasi yang akan datang ialah mereka yang berani bermimpi dan fokus terhadap impian itu. Perjalanan pagi ini ibarat sebuah mimpi, keabstrakan impian masing-masing orang perlu diperjuangkan tanpa mengusik impian orang lain. Bergesekan itu pasti, tapi saling sikut dalam mewujudkan mimpi merupakan tindakan yang tidak etis terhadap diri sendiri.
Jalanan lurus berkelok dengan berbagai macam aktivitas kesibukan masyarakat Surabaya menghiasi perjalanan pagi ini (10/10). Setiap cabang jalan menyajikan pilihan arah setiap tujuan. Mereka yang baru pertama kali melalui jalanan Surabaya tentu kebingungan, tetapi bagi mereka yang sudah lama tinggal di Surabaya aneh jika masih berputar-putar untuk sampai ke tempat tujuan. Itulah situasi yang terjadi, Jl. Gub. Suryo yang sudah biasa saya lewati ternyata masih saja membuat saya berputar-putar. Google Maps pun menjadi andalan, tidak memakan waktu yang lama, SMK Rajasa tempat Ust. Mas’ud mengajar akhirnya ditemukan.
Ketika tiket sudah ada pada genggaman, saya bersama sahabat Abidin segera meluncur menuju lokasi, Hotel Grand Kalimas. Ternyata lokasi ini berada di kawasan Ampel. Setelah memarkir sepeda, kami segera masuk ke hotel dan menanyakan ruangan tempat acara berlangsung. Salah satu penjaga mengarahkan kami ke sebuah aula besar, tanpa ragu kami pun mengikuti arahan tersebut. Tetapi ketika memasuki ruangan, kami mulai curiga. Mayoritas tamu keturunan Arab dan acara ini sepertinya cocok disebut acara pernikahan. Ternyata dugaan kami benar, setelah menanyakan pada tamu yang lain, ini bukanlah acara yang menjadi tujuan kami. Dengan segera kami meninggalkan ruangan dan bertanya ke petugas lain. Akhirnya ruangan kami temukan dan menjadi peserta pertama yang datang.
Sambil menunggu undangan yang belum datang, kami menikmati hidangan snack yang telah diberikan. Beberapa menit kemudian, tekanan mental pun dimulai. Semua yang datang adalah perempuan dan sudah berusia lanjut. Tidak hanya itu, pakaian dan pernak-pernik yang digunakan menandakan mereka orang yang berada. Sambil menghabiskan jajan yang masih ada, kami menenangkan diri sejenak.
Founder sekaligus owner, Ms. Erlin kemudian menjelaskan panjang lebar terkait travel ini. Mendengarkan penjelasan beliau, saya hanya bisa berangan-angan memberangkatkan kedua orang tua saya ke tanah suci. Entah kapan angan-angan tersebut menjadi kenyataan. Di akhir acara, panitia membagikan doorprize. Gelombang pertama sahabat Abidin yang maju mendapatkan voucher makan. Kemudian gelombang kedua, giliran saya yang mendapatkan hadiah. Tapi, tau nggak apa hadiahnya? Hijab.
Melanjutkan perjalanan hari ini, saya menghadiri pameran pendidikan Kanada yang diselenggarakan di Hotel Sheraton. Menghadiri acara-acara seperti ini setidaknya membuat selangkah lebih dekat untuk mewujudkan mimpi melanjutkan pendidikan. Tidak ada kebaikan di dunia ini melainkan menerima pendidikan di seluruh hidup. Suasana hotel yang mewah, tenang dan nyaman, membuat setiap pengunjung fokus terhadap penjelasan narasumber. Banyak kampus-kampus yang datang dari Kanada. Sebagian mereka menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris. Sambil menyelam, minum air. Sambil mencari informasi, saya belajar bahasa Inggris.
Dilanjutkan perjalanan malam hari, saya mengunjungi Pameran Seni Lukis Indonesia 2015 yang diadakan di JX International. Dekatnya lokasi dari kediaman membuat saya memutuskan untuk berjalan kaki. Bersama sahabat Ibad menyusuri gang kecil yang menjadi akses utama ketika dulu masih baru. Memasuki gedung megah dengan tampilan lukisan di beberapa stan, membuat saya takjub. Betapa indahnya lukisan karya putra bangsa. Yang menjadi ciri khas dari berbagai jenis aliran dan teknik melukis, alam Indonesia sebagai objek utama. Detail dan teliti. Menggambarkan kekayaan alam Nusantara.
Tingkat kekaguman berbanding lurus dengan kefokusan. Semakin besar kekaguman terhadap hasil sebuah lukisan, semakin besar pula goncangan kefokusan yang selama ini ditekuni. Berkali-kali rasa kagum itu muncul dan sebanyak itu pulalah saya berkata dalam hati, “Fokus, fokus, fokus, ini bukan bidang saya.” Walaupun ada potensi diri dalam dunia lukis, tapi hal yang saya tekuni bukanlah itu. Dalam masa pertumbuhan, kemampuan dalam melakukan, menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu sangat penting. Tapi dalam masa perkembangan, yang lebih penting adalah rutinitas dan ketekunan. Setiap manusia pasti bisa melakukan segala hal, tapi manusia adalah makhluk terbatas yang tenaga dan pikirannya tidak akan mampu menguasai segala hal. Fokus terhadap satu hal tanpa menafikan hal yang lain dan tidak memaksakan diri menguasai suatu hal hanya untuk popularitas.

Post a Comment

0 Comments