Untuk mempertahankan bahasa
bangsa-bangsa negara persemakmuran Indonesia, kiranya ketika berbicara dengan
orang tua menggunakan bahasa daerah setempat. Tentu dengan menggunakan bahasa
tingkat tinggi (halus). Namun, untuk mempelajarinya perlu kesabaran tingkat
dewa, karena yang biasa kita dengar adalah bahasa tingkat rendah (kasar).
Perjalanan di negara bangsa-bangsa
seperti Indonesia memang sangat menarik dan tak bosan-bosannya dilakukan.
Perjalanan kali ini saya lakukan bersama sahabat Humam ke kota Bangkalan. Kota
dengan perwatakan penduduknya yang terkenal kasar ini mempunyai daya tarik
spiritual tersendiri, selain wisata kuliner Bebek Sinjai yang mulai mendunia.
Benar memang apa yang dikatakan orang-orang tentang stan Bebek Sinjai, cukup
ramai pengunjung yang datang.
Ini pertama kalinya saya berkunjung
ke kota Bangkalan. Dan untuk awal yang baik, tak kusia-siakan kesempatan
berkunjung ke pesarean Syaikhona Kholil, seorang ulama’ besar
yang konon katanya adalah guru ulama’ besar di Pulau Jawa. Lokasi makam
berada di samping masjid. Situasinya ketika itu cukup ramai, hanya beberapa
tempat kosong yang terlihat di dalam masjid. Ukuran masjidnya sendiri tidak
cukup luas, tetapi ornamennya yang detail dan indah memberikan kenangan
tersendiri bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Malam ini kami bermalam di rumah
dosen sekaligus teman sharing Cak Zaini Tamim, dosen muda yang banyak
disukai para mahasiswi. Kami bercerita panjang lebar hingga tak terasa sudah
larut malam. Selama kami di rumah beliau, tak henti-hentinya suguhan makanan dihidangkan.
Beberapa sudah biasa di lidah, tetapi ada juga yang masih terasa aneh.
Sejuknya embun pagi mengiri kami
menuju pendopo I kabupaten Bangkalan, tempat berlangsungnya Haul Akbar
Kabupaten Bangkalan. Majlis berjalan dengan lancar sesuai yang telah
diagendakan, tetapi tiba-tiba di tengah berjalannya acara ada sebagian jamaah
yang berbuat anarkis dan merusak ornamen melati.
Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, padahal majlis belum selesai malah
berebut ornamen melati.
Perjalanan kembali menuju Surabaya
sempat kesulitan. Banyaknya cabang jalan dengan sedikit penunjuk arah membuat
beberapa jamaah kebingungan. Tapi bagi kami, tidak membutuhkan waktu lama
menemukan jalan pulang. Sesampai di Surabaya kami rehat sejenak dan segera
menuju Hotel Empire, tempat berlangsungnya pameran ekonomi syariah. Saya
bertemu sahabat-sahabat yang kebetulan travelnya mengikuti acara ini. Sesekali
saya berlagak seperti pelanggan yang akan berangkat umroh.
0 Comments