Kehidupan ibarat
merangkai puzzle yang masih tercecer. Peristiwa demi peristiwa dalam hidup ini
merupakan potongan puzzle yang harus disusun. Pada awalnya memang terasa sulit,
tetapi kesulitan-kesulitan itu akan terobati ketika rangkaian puzzle tersebut menjadi
lukisan yang sangat indah. Hanya membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan tentu saja
kerja keras. Yang terpenting adalah bagaimana agar bisa terus lari
sekencang-kencangnya dengan sesekali perlu menoleh ke belakang hanya agar tidak
tersandung batu yang sama.
Perjalanan siang (6/9)
ini menuju kantor Jawa Pos yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal saya
ditemani sengatan cahaya matahari yang cukup terik. Sepanjang perjalanan saya
hanya fokus pada gedung Grahapena yang menjulang ke angkasa, mengingat waktu
yang kurang beberapa menit lagi. Tak perlu waktu lama, akhirnya sampai di
tempat tujuan. Sengatan sinar matahari berganti dengan sejuknya AC. Sebelum
masuk ruangan, peserta mengisi daftar hadir terlebih dahulu dan mengambil snack
yang telah disediakan panitia. Sembari menunggu acara dimulai, saya terbawa ke
masa kecil.
Masih membekas
dalam ingatan ketika masih duduk di kelas 5 SD, saya bersama teman-teman
berjualan koran Jawa Pos. Dari rumah ke rumah kita menawarkan Jawa Pos berharap
ada yang membelinya. Ketika di sekolah, kita pun mempunyai cerita yang cukup
menarik. Terlebih lagi uang jajan yang bertambah dari hasil jerih payah kita
sendiri. Pernah suatu hari kita mencoba peruntungan di terminal Bungurasih.
Lebih banyak yang terjual memang, tetapi tantangan yang cukup besar menghadang
di setiap pagi. Mulai dari dikejar-kejar preman, persaingan antarpedagang, dan
tak jarang ada sopir yang membeli dengan harga di bawah standar. Ketika
mengingat masa lalu, tak jarang saya merasa heran dan bertanya pada diri
sendiri, benarkah saya mengalami peristiwa-peristiwa itu?
Peserta yang duduk di samping saya
membangunkan saya dari lamunan masa lalu. Pembawa acara memerintahkan seluruh
peserta untuk berkenalan antarpeserta. Seorang perempuan tak berkerudung yang
duduk di samping kiri menjadi teman pertama saya. Jennifer, itulah namanya.
Mahasiswi Teknik Kimia ITS. Sebelah kanan saya juga mahasiswa ITS, Ghofur
namanya. Sedangkan peserta di depan dan belakang entah siapa namanya, lupa, he
he he he he.
Satu per satu pemateri
menyampaikan seputar menulis dan pemasaran. Hal yang cukup menarik bagi saya.
Program ini ternyata memiliki banyak keunggulan, sesuai dengan namanya, Program
Mahasiswa Mandiri Jawa Pos. Peserta akan mendapat honor Rp 25.000,-/pelanggan,
tabungan per bulan Rp 5.000,-/pelanggan, pengalaman kerja freelance di
Jawa Pos, waktu kerja bebas, mempunyai link mahasiswa lebih dari 30 Perguruan
Tinggi di Surabaya, mendapat bimbingan writerpreneur gratis tiap bulan dan
mendapat kesempatan magang di Jawa Pos sebagai event organizer. Program
Mahasiswa Mandiri Jawa Pos ini terdiri dari tiga kelas, reguler, writerpreneur,
dan event organizer. Peserta dimasukkan kelas sesuai prestasinya di lapangan.
Yang terpenting adalah setiap peserta memiliki modal utama kemauan yang kuat
dan keberanian.
Pelatihan hari ini
memberikan energi positif bagi saya.
Bertemu orang-orang baru dengan ilmu yang tentu saja semakin menambah
kemampuan saya dalam menyusun potongan puzzle kehidupan. Tepat pukul 16.00 WIB,
akhirnya acara selesai dan semua peserta kembali ke tempatnya masing-masing.
Saya bertemu sahabat Dedi yang dulu pernah sepondok bahkan sekamar. Dari segi
kemauan, dia mempunyai motivasi yang tinggi untuk terus berkarya. Apa pun yang
terjadi hari ini, semua itu tidak akan terjadi jika kita tidak mencobanya.
2 Comments
mau tanya dong, itu honornya 25k/pelanggan disuruh jualan koran gitu? atau gimana? thanks
ReplyDeleteyups, betul
Delete