Hening dalam
kenyataan. Tidak ada lagi keramaian, tidak terdengar lagi bentakan, sunyi dalam
pergumulan. Kehidupan kembali pada batasan-batasan hidup untuk dipatuhi. Bukan
keserakahan, bukan keterpaksaan, dalam menghilangkan kemunafikan. Segala kata
terucap menjadi nyata dalam absurditasnya. Jelas terpampang membentuk kehidupan
sosial yang sebenarnya. Kini dan nanti adalah lembaran baru. Membuka cakrawala
pengetahuan demi masa depan yang lebih baik. Kembali pada jalan yang lurus.
Berkumpul dalam
hidangan rahmat-Nya. Beberapa pemuda bergerak menyongsongnya (29/8). Bangun
dari kemalasan, bangkit dari keterpurukan, bersatu dalam ikatan komitmen untuk
memperbaiki diri. Ayat berganti surat, dan lembaran mushaf pun terselesaikan.
Berharap selalu dalam lindungan-Nya.
Berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain. Setelah bergelut dengan segala sesuatu yang berbau
Al-Qur’an, saya bergerak menuju kompleks wisata religi Sunan Ampel. Toko Imam,
tempat grosir kitab-kitab klasik adalah tujuannya. Jalanan menuju tempat ini
tidak asing bagi saya, namun yang mengagumkan adalah kesibukan aktivitas
pedagang yang memadati jalan, tak pernah saya saksikan sebelumnya. Maklum saja,
biasanya saya mengunjungi tempat ini ketika malam hari.
Sementara itu,
membeli kitab untuk santri baru cukup melelahkan. Bagaimana tidak, sepeda tua
yang telah saya beli tak mampu mengangkat beban berat tumpukan buku-buku. Saya
pun mengendarainya dengan pelan dan penuh kehati-hatian. Praktis perjalanan
yang biasanya di tempuh sekitar 15 menit, menjadi 45 menit.
Selepas itu, ketika
malam mulai menyelimuti Nusantara. Kaki ini kembali bergerak menuju halaman
TVRI Jawa Timur, tempat berlangsungnya Bangbang Wetan. Acara yang biasa
diadakan di Balai Pemuda setiap bulan, untuk sementara dipindah dikarenakan
tempat yang digunakan acara lain. Perjalanan saya kali ini ditemani oleh
sahabat Fattah. Menjadi hal baru baginya, terlihat kantuk tak tertahankan
tampak di wajahnya. Diskusi pada malam hari ini berlangsung seru dengan tema
Medan Sunyi; Palagan Kasunyatan. Menggambarkan situasi kenegaraan dewasa ini.
Sesekali alunan musik berbagai daerah didendangkan. Membuat suasana malam ini
semakin nyata. Di tutup dengan alunan salawat dan dzikir bersama dipimpin
langsung oleh Cak Nun. Para penonton seakan membawa beribu energi positif dari
tempat ini.
0 Comments