Berkah Munggahan, Menemukan ‘Ribuan Manuskrip Alawiyyin’ Maktabah Kanzul Hikmah


Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadan bulan umatku, demikianlah sabda Nabi. Rajab bulan Allah, sebagai bulan menanam, di bulan ini Allah menciptakan peristiwa terbesar sepanjang sejarah, Isra’ Mi’raj, dan awal pemberian gelar kepada sahabat Nabi tersabar, Abu Bakar ash-Shiddiq. Sya’ban bulan Nabi Muhammad, sebagai bulan menyiram, karena tidak ada bulan selain Ramadan yang dipuasai Nabi secara penuh kecuali Sya’ban. Ramadan sebagai bulat umat Nabi Muhammad, sebagai bulan memanen, karena di bulan inilah kebaikan dilipatgandakan.

Agenda Munggahan menjadi tanda bahwa bulan memanen sebentar lagi akan datang. Ini kali kedua saya mengikuti Munggahan di Jakarta, namun sudah kesekian kalinya mengikuti acara serupa. Munggahan, di daerah saya tumbuh dan berkembang lebih dikenal dengan Megengan. Keduanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai penanda akan masuknya bulan Ramadan. Jika sahabat pembaca mempunyai istilah lain, mohon komentar dengan menyebutkan asal daerahnya yaaa.

Munggahan tahun ini dilaksanakan di Masjid Iskandariyah, di lingkungan Pusat Pelatihan Pegawai ASN Kementerian Desa PDTT. Acara berlangsung khidmat, dan diakhiri dengan ramah tamah penuh hidangan. Selesai acara, saya berniat kembali ke kantor pusat menggunakan moda angkutan umum KRL. Saya tidak bertugas mendampingi Kepala BPSDM Kementerian Desa PDTT karena setelah ini pimpinan langsung bergeser ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Yogyakarta dalam agenda mendampingi Kunjungan Kerja Anggota DPR RI Komisi V di Yogyakarta.

Setelah mobil pimpinan bergeser, saya berdiskusi dengan Kepala Puslat ASN, Dr. Drs. Mulyadin Malik, M.Si dan Sekretaris BPSDM Kementerian Desa PDTT, Muhammad Asnawi Sabil, S.Ag., M.Si., kami memanggilnya Pak Ses. Tak lama, sebuah mobil datang, Pak Ses pun melangkah memasuki mobil, saya pun diajak menuju kantor pusat. Dengan senang hati saya menemani beliau, dan berdiskusi sedikit hal selama perjalanan, mengingat jaraknya tak terlalu jauh. Dalam perjalanan, tak sengaja saya melihat sebuah plank kayu berwarna biru bertuliskan Maktabah Kanzul Hikmah dalam Bahasa Arab, saya pun terperanjat dan berkata, “Ini yang saya cari sejak lama! Maktabah Kanzul Hikmah.”

Maktabah Kanzul Hikmah adalah perpustakaan pertama di Indonesia yang berfokus pada karya-karya Alawiyyin dan jejaringnya. Saat ini perpustakaan tersebut telah mengoleksi dua belas ribu (12.000) kitab, di antaranya banyak yang masih berupa teks tulisan tangan atau manuskrip yang didapat dari perpustakaan pribadi. 

Maktabah Kanzul Hikmah juga mengoleksi berbagai jenis kitab, mulai dari kitab fiqih, kitab maulid, kitab manakib, hingga buku-buku yang berisi pemikiran para ilmuan Islam. Bedanya, perpustakaan ini memiliki koleksi lebih banyak kitab yang dikarang ulama Alawiyyin atau ulama’ keturunan Sayyidina Alwi bin Ubaidillah dari garis Sayyidina Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW yang ada di Indonesia. 

Maktabah Kanzul Hikmah ini diresmikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada tanggal 29 Juni 2019. Menag didampingi Ketua Umum Majelis Hikmah Alawiyah, Habib Ahmad bin Salim bin Novel bin Jindan, serta para habaib lainnya. Turut hadir pakar tafsir Al-Quran, M. Quraish Shihab dan adiknya, Alwi Shihab. 




Post a Comment

0 Comments