Memoar RPL Desa Bojonegoro, Maliogoro-em Matoh!


Maliogoro, ya, anda tidak salah baca dan saya tidak salah tulis. Sejak pertama kali mendengar kata tersebut, yang tergambar dalam pikiran adalah Jalan Malioboro, Yogyakarta. Untuk meyakinkan dan memastikan anda tidak salah baca, bacalah sekali lagi dengan perlahan, saya tulis terpisah: Malio - goro. Setelah anda yakin tidak salah baca, yakinlah bahwa setelah kata matoh yang identik dengan Bojonegoro, Maliogoro sebagai kata kedua dan digadang-gadang menjadi ikon baru kabupaten ini dengan kontroversi penamaannya.

Nama Maliogoro menjadi kontroversi karena dianggap kurang kreatif, apalagi jika masyarakat menganggap Maliogoro sebagai Malioboronya Bojonegoro. Media mengabarkan bahwa julukan Maliogoro bukan resmi dari pemkab setempat, tapi dari kalangan masyarakat sendiri. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Bupati Bojonegoro. Namun, jika kemudian hari nama Maliogoro secara resmi disematkan untuk kawasan Jalan MH. Thamrin, menurut sebagian masyarakat kurat tepat. Nama seharusnya sudah ada saat perencanaan pembangunan dan penataan wilayah. Konsep Malioboro memang bisa direplika, tapi tidak dengan nilai-nilai sejarahnya. Apapun itu jika membuat masyarakat senang dan membawa dampak positif, apa salahnya?

Maliogoro menjadi titik awal peringatan Hari RPL Desa untuk pertama kalinya. Bojonegoro dipilih karena pemerintah daerahnya menyambut baik program RPL Desa yang diinisiasi Kementerian Desa PDTT dalam menyelenggarakan pilot project program RPL Desa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kegiatan Fun Walk yang digelar di Maliogoro atau Thamrin Park Bojonegoro dengan senam bersama dan dilanjutkan jalan sehat dengan rute Jl. MH. Thamrin, Jl. Mastrip, Jl. Imam Bonjol, dan Jl. Mas Tumapel sebagai tempat finish dan pembagian doorprize. Tema peringatan RPL Desa yang pertama ini adalah Kolaborasi RPL Desa, Menuju Kebangkitan Indonesia (Raya). Saya menuliskannya karena terinspirasi kondisi koalisi politik saat itu.

Konsep RPL sebenarnya telah lama ada, khususnya di luar negeri. Selama lebih dari seabad, University of London telah memberikan layanan ujian terbuka untuk penilaian semacam ini. Para siswa belajar secara pribadi atau mengikuti kelas-kelas di lembaga pendidikan, namun hal tersebut jarang dijadikan sebagai persyaratan untuk mengikuti proses penilaian pembelajaran lampau. Hanya berdasarkan pengalaman, seseorang dapat mengikuti ujian dan dinilai kemampuannya. Di dunia internasional, RPL atau Recognition of Prior Learning diartikan sebagai “the process of recording of achievements of individuals arising from any kind of learning in any environment: the process aims to make visible an individual’s knowledge and skills so that they can combine and build on learning achieved and be rewarded for it”.

Pada prakteknya, pendekatan yang paling umum digunakan untuk penilaian hasil pembelajaran lampau adalah pendekatan portofolio. Pendekatan ini memaknai pengalaman memiliki arti yang beragam. Yang terpenting adalah apa yang telah dipelajari dari pengalaman, bukan apa pengalaman tersebut. Pelaksanaan program ini ditandai dengan pembukaan dan kuliah umum RPL Desa di UNY yang dilaksanakan pada 29 Maret 2022, diikuti oleh sebanyak 457 mahasiswa. Sedangkan di Unesa, diikuti oleh 619 mahasiswa dilaksanakan pada 30 Maret 2022. Para mahasiswa tersebut bergabung pada lima prodi penyelenggaran jalur RPL, yaitu Administrasi Negara, Manajemen, Sosiologi, Akuntansi, dan Pendidikan Luar Sekolah.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, bersama jajaran Eselon I serta staf ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi membuka kuliah umum peringatan Hari Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) Desa. Gus Menteri, sapaan akrab Menteri Desa PDTT, menyampaikan apresiasi kepada Pemkab Bojonegoro atas dukungan program SDGs Desa sekaligus sebagai tuan rumah peringatan Hari RPL Desa yang pertama kalinya. Di atas podium, di hadapan ribuan mahasiswa RPL Desa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Gus Menteri sempat berdialog dengan perwakilan dari mereka untuk menceritakan pengalaman pribadi mengikuti RPL Desa yang telah berjalan dua semester ini.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Desa PDTT menyerahkan piagam penghargaan pada Bupati Bojonegoro sebagai bupati pertama yang menyelenggarakan beasiswa RPL Desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Rektor UNY dan Rektor Unesa juga menerima piagam penghargaan dari Menteri Desa PDTT sebagai perguruan tinggi pertama penyelenggara RPL Desa.

Peringatan Hari RPL Desa ditetapkan setiap tanggal 3 Maret. Penetapan 3 Maret sebagai hari RPL Desa berdasarkan pada tanggal tersebut dilakukan assement portofolio calon mahasiswa RPL Desa oleh universitas. Portofolio menjadi kunci untuk bisa mengikuti program RPL Desa. RPL Desa akan memberikan kontribusi yang nyata pada pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. RPL Desa akan memberikan kontribusi yang signifikan pada indeks pembangunan manusia khususnya di Kabupaten Bojonegoro. Juga akan memberikan kontribusi yang positif pada pencapaian tujuan-tujuan dalam SDGs Desa. 



Harapannya kemudian adalah banyak pemerintah daerah mengikuti jejak Kabupaten Bojonegoro dan perguruan tinggi yang menyelenggarakan program RPL Desa. Untuk para mahasiswa RPL Desa supaya benar-benar dapat memanfaatkan kesempatan emas ini sebaik-baiknya. Menjalani setiap proses dan tahap perkuliahan dengan penuh kesungguhan dan keteguhan. Tuntutan antara belajar dan bekerja menjadi sesuatu yang sama-sama harus diprioritaskan. Kesempatan ini adalah sebuah amanah, yang harus dipertanggungjawabkan sebagai pribadi, selaku pegiat desa, dan sebagai pejuang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Setelah acara selesai, keesokan harinya saya mengucapkan terima kasih kepada setiap panitia yang bertugas. Pegawai Dinas PMD yang mengantarkan saya mencari doorprize. Dan secara khusus, kepada Kapolres Bojonegoro, Dandim Bojonegoro, Kadis Perhubungan Bojonegoro dan semua tim keamanan yang bekerja keras dalam merekayasa lalu lintas, serta secara sigap dalam pengawalan, meskipun terjadi perubahan jadwal Menteri Desa PDTT yang awalnya diagendakan mendarat di Bandara Ngloram Blora, berubah ke Bandara Juanda, Surabaya. Kolaborasi RPL Desa, Menuju Kebangkitan Indonesia Raya.

Post a Comment

0 Comments