Say, "I only advise you of one [thing] - that you stand for
Allah, [seeking truth] in pairs and individually, and then give thought."
There is not in your companion any madness. He is only a warner to you before a
severe punishment.
(Saba 46)
Kesadaran
menjadi hal yang sangat urgen bagi kehidupan manusia. Menentukan setiap langkah
dalam kehidupan menuju ke kampung halaman. Namun, jalan yang dipilih setiap
orang berbeda-beda sesuai tingkat kesadaran masing-masing. Menyandarkan segala
sesuatu, bayang-bayang kehidupan, kepada Yang Satu sebagai kecenderungan yang
harus dimiliki oleh setiap orang. Untuk itu agar perjalanan ke kampung halaman
tidak sia-sia, al-fatihah sebagai puncak dari untaian doa senantiasa
dibaca dalam berbagai kesempatan. ‘ala hadzihinniyah wa ‘ala kulli niyyatin
shalihah. Al-Fatihah!
Keseimbangan
akal dan hati menjadi tolak ukur aktivitas manusia. Untuk itu sebelum mengasah
akal sebagai identitas manusia, perlu mengisi dan menyambungkan ruang hati kepada
Nabi Muhammad dengan melantunkan shalawat badar. Merasakan kehadiran ruh
Muhammad dalam proses pembelajaran. Shalawat badar berisi pujian kepada Sang
Nabi, di dalamnya kita temui kata Yasin dan Thaha. Dalam referensi tafsir
dijelaskan bahwa kata tersebut merupakan nama lain dari Nabi Muhammad, oleh
karena itu penting bagi umat Muslim untuk membaca Surah Yasin dan Thaha secara
rutin.
Dalam
sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu ketika Nabi Muhammad menangis haru,
salah seorang sahabat bertanya,”Apa yang membuatmu menangis, Ya Rasullullah!
“Kekasihku.”
Jawab Rasulullah.
“Kami selalu
ada untukmu, Ya Rasulullah.”
“Kalian sahabatku,
tapi bukan kekasihku!”
“Lantas,
siapa yang engkau sebut kekasih itu, ya Rasulullah!”
“Mereka
yang hidup jauh dari tempatku dan dalam kurun waktu yang lama setelahku, namun
senantiasa memujiku dan menyebut-nyebut namaku. Ketahuilah, mereka adalah
kekasihku.”
قُلْ
إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ ۖ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ
ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا ۚ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ
لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak
memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah
(dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan
(tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia
tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang
keras. (QS.Saba: 46)
Tingkatan
Kesadaran
Nabi
memang sudah berakhir, dan tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
Meskipun demikian, kualitas kenabian masih bisa dimiliki oleh setiap orang
dengan meningkatkan kualitas kesadaran dan mengamalkan apa yang telah dicontohkan
Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa
tingkatan kesadaran manusia:
Sadar:
Bangun (to weak up)
Sadar:
Faham (to understand)
Sadar:
Insaf (to realize)
Sadar:
Arif (to conscious)
Sadar: Khusyu’
(focused)
Sadar:
Mabuk (fana)
Sadar:
Sadar dari Mabuk (baqa’)
Al-Mahwu
ba’da al-Sahwu
Al-Sahwu
ba’da Al-Mahwu
Proses
peningkatan kesadaran yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempercepat
proses pembelajaran kehidupan. Dari tidak mampu & tidak sadar
menjadi tidak mampu & sadar, kemudian berubah menjadi mampu &
sadar, setelah itu harapannya mampu & tidak sadar. Oleh karena
itu, 2 hal yang harus diingat adalah kebaikan orang lain dan kesalahan diri,
dan 2 hal yang perlu dilupakan adalah kebaikan diri dan kesalahan orang lain.
Gemuruh taubat para pendosa, lebih merdu dari untaian tasbih ulama’.
(NUO)
Sabtu, 14 September 2019
0 Comments