Tarekat Sayuriyah, Mang Haji Al-Ittifaq dan Pesantren Fermentasi Mikroorganisme Alami (Part 9)

KH. Fuad Afandi* - Pemimpin pondok pesantren ini merupakan seorang kyai yang istimewa karena beliau bisa memadukan antara teori dan praktek, temuannya yang fenomenal di bidang pertanian adalah MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami) yaitu sebuah formula yang dapat mempercepat proses pembusukan pupuk dengan air liur manusia. Temuan beliau lainnya adalah ciknabat, inabat, sinabat dan betapur.

Berikut merupakan temuan dalam bidang pertanian yang merupakan terobosan daru dari Mang Haji Fuad yaitu, Ciknabat adalah formula pestisida nabati yang berbahan dasar sikur atau kencur dan bawang putih. Inabat adalah insektisida yang terbuat dari kacang, cabai, bawang, temulawak dan air. Sinabat adalah sirsak nabati yang berasal dari biji sirsak dan daun artuse. Sementara betapur merupakan campuran betadin dan kapur.

Penemuan Mikroorganisme Fermentasi Alami (MFA)
Temuan MFA berawal ketika sisa-sisa pakan ternak dijadikan pupuk. Namun, kendala saat itu, memakan waktu sekitar 3 bulan hingga pupuknya busuk. Jika waktunya kurang, tanaman bukannya subur, malah mati. Kemudian KH Fuad Affandi teringat akan koleganya, Prof Entang, di Belanda, sewaktu ia menerima tawaran pemerintah untuk belajar bercocok tanam pada 1987 di Universitas Wageningen, Belanda, Fuad menyampaikan keluhan ihwal lamanya pembusukan pupuk itu. Prof. Entang menyampaikan melalui telepon bahwa bila kita makan pagi busuk sore, kalau kita makan sore busuk pagi. Proses tersebut tidak menunggu lama apalagi di dalam perut.

Kebiasaan bakteri, kalau tidak ada makanan yang masuk dalam waktu cukup lama, mereka akan naik untuk memakan sisa makanan yang ada di dalam rongga mulut. Maka ketika naik itulah, tepatnya saat manusia bangun dari tidur malam, bakteri beranjak ke mulut. Kemudian dengan cara berkumur-kumur bakteri ini bisa diambil. Menjelang subuh, sesudah bangun tidur malam sang Kiai menyuruh para santri untuk menampung air bekas kumur-kumur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan pondok.

Untuk menjaga agar bakteri itu tetap hidup, Mang Haji memasukkan molase atau gula putih, dedak, dan pepaya ke dalamnya sebagai makanan bakteri. Setelah beberapa hari, air liur santri berubah menjadi cairan kental berwarna keruh. Untuk memeriksa apakah bakteri itu masih hidup atau mati dengan cara mencium baunya. kalau tercium aroma coklat, berarti bakteri masih hidup. Namun, jika tercium bau bangkai, berarti bakteri itu sudah mati. Setelah itu cairan berisi bakteri yang masih hidup disiramkan ke bahan pupuk yang terdiri dari limbah sayuran dan kotoran ternak. Dari penemuannya ini, proses pembusukan berlangsung hanya dalam waktu 15 hari. Jauh lebih cepat dibandingkan proses sebelumnya, yang memakan waktu hingga 3 bulan.

Pada sesi sambutan Mang Haji bercerita bahwa setelah mengambil alih kepemimpinan pondok pada tahun 1970, Mang Haji membuat banyak gebrakan dan terobosan. Terdapat lima ideologi pesantren yang beliau rubah dari sebelumnya. Pertama, sekolah formal diharamkan pada zaman ayahnya, namun Mang Haji menguatkan penting untuk sekolah tinggi. Kedua, tidak boleh berhubungan (berpolitik) dengan  penguasa, namun Mang Haji menekankan penting untuk menjalin interaksi dengan orang-orang nomor satu di negeri ini. Ketiga, rumah tidak boleh bertembok, sekarang bangunan-bangunan bertembok kokoh berdiri di dalam lingkungan pondok sebagai tempat menuntut ilmu dan asrama para santri. Keempat, tidak boleh ada kamar mandi di dalam rumah, sekarang difasilitasi kamar mandi di setiap ruangan. Kelima, tidak boleh menggunakan peralatan elektronik, namun kini alat-alat digital lengkap terpasang untuk memenuhi kebutuhan pondok.

Mang Haji mampu mengubah mindset larangan-larangan dari tradisi pesantren terdahulu menjadi suatu gagasan yang mampu membangun pesantren sekaligus memberdayakan desa. Pemberdayaan santri di Pondok Pesantren Al Ittifaq adalah melalui agrikultur, sehingga pondok pesantren ini terkenal dengan tarekat Sayuriyah-nya. Sistem pesantren ini terdapat santri salafiyah (yang asli mondok) dan santri hafasyiyah (santri yang sambil sekolah formal). Untuk santri salafiyah, selain mengaji santri juga diberdayakan untuk bekerja di koperasi Al Ittifaq untuk melayani suplai sayuran. Santri tersebut juga ditempatkan sesuai pendidikan terakhir yang ditempuh. Untuk lulusan SD, santri ditempatkan di bagian ladang untuk sortir dan distribusi sayuran. Untuk santri yang lulusan SMP ditempatkan pada bagian desain produk dan kemasan. Sedangkan untuk lulusan SMA ditempatkan di bagian marketing. Pondok pesantren Al Ittifaq mampu mengirim hingga 3 ton sayuran per hari dengan sortir sayuran dilakukan berdasarkan kualitasnya antara lain:

Grade 1 merupakan sayuran yang memiliki kualitas terbaik untuk dijual ke supermarket dan pasar modern
Grade 2 merupakan sayuran dengan kualitas sedang dijual di pasar tradisional
Grade 3 merupakan sayuran olahan dalam bentuk makanan lain yang dapat dijual
Grade 4 merupakan sayuran yang dikonsumsi pribadi
Grade 5 merupakan sayuran untuk pakan ikan dan ternak

Mang Haji berprinsip tidak ada barang dari Allah yang terbuang sia-sia. Menurut Mang Haji, pekerjaan paling berkah adalah bertani. Karena petani tidak hanya menanam padi dan tanaman untuk beliau dan keluarga, namun untuk hajat hidup orang banyak, dan juga ladang sedekah untuk banyak makhluk Allah. Mang Haji juga berbagi terkait poin kesuksesan beliau hingga saat ini, yakni disiplin yang tinggi, kerja keras tanpa batas, etos kerja yang tinggi, dan penghargaan terhadap internalisasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Hal terpenting yang dititipkan oleh Mang Haji dan menjadi pesan bagi seluruh awardee adalah:

Pertama, orang yang berilmu pasti dicari uang, seperti halnya gula yg selalu menarik para semut
Kedua, santri harus punya harkat, derajat dan martabat, yang nantinya akan menghasilkan adab
Ketiga, merubah Kebiasaan butuh waktu 4 tahun
Kelima, kunci sukses adalah sholat di awal waktu dan berjamaah di masjid

Nasehat Kiai Fuad untuk Peserta PK-144 LPDP Santri
Dalam acara Kunjungan Institusional ini, Mang Haji Fuad Afandy menyampaikan beberapa nasehat khusus untuk para peserta. Di antara nasehat yang beliau haturkan adalah:

Pertama, Pendidikan bukan gerbang mencari uang, akan tapi orang yang berilmu pasti akan dicari oleh uang. Orang yang berpendidikan itu mahal harganya. Jika dalam mencari ilmu, ditemukan rintangan dan kesusahan maka itulah tanda bahwa kesuksesan ada di depan mata. Malah jika yang ada hanyalah kemudahan, maka patut ada yang perlu dipertanyakan. Menurut Kiai Fuad, tidak ada kesuksesan yang lahir tanpa rintangan, tantangan dan kesulitan.

Kedua, shalat awal waktu. Ketika adzan dikumandangkan maka segera bergagas untuk ke masjid atau mushollah untuk segara melaksanakan sholat dan kalu bisa sholat berjema’ah.

Ketiga, kenalkan Indonesia kepada masyarakat dunia.

Keempat, harus sungguh-sungguh dalam belajar, karena tidak semua orang beruntung seperti kita. Orang-orang diluar sana banyak yang menginginkan seperti kita mendapatkan beasiswa LPDP ini.

Kelima, kalau sudah selesai belajar dan pulang kembali ke Indonesia, harus mampu menjadi Agen of Change atau agen perubahan di khusunya di sekitar kita. Jangan menjadi seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Karena kita dibiayai negara maka wajib kita kembali ke negeri ini untuk berkontribusi kepada nusa dan bangsa.

Keenam, harus disiplin, punya etos kerja tinggi dan menghargai teknologi jika ingin sukses. Semua maindshet kita harus dirubah, yang dulunya menolak teknologi sekrang kita harus terbuka dengan teknologi itu.

* KH. Fuad Affandi lahir di Bandung 20 Juni 1948. Beliau biasa dipanggil Mang Haji. Beliau merupakan seorang kyai yang berhasil memadukan sistem pesantren berbasis kewirausahaan di bidang pertanian. Pondok pesantren Al Ittifaq ini didirikan oleh kakek KH. Fuad Affandi pada tahun 1934 dengan terinspirasi makna Al Ittifaq yang berarti “kerjasama yang baik”. Kemudian pondok pesantren berganti kepemimpinan di bawah asuhan KH. Masyur yang merupakan ayah dari Mang Haji. Barulah pada tahun 1970, Mang Haji menggantikan ayah beliau untuk memimpin pondok pesantren Al Ittifaq hingga sekarang. Sanad keilmuan beliau sampai pada Mbah KH. Maksum, Lasem karena beliau nyantri disana selama 17 tahun. Selama memimpin pondok pesantren, selain mengajar mengaji pada santri, beliau juga bergerak memajukan usaha pesantren di sektor pertanian sehingga beliau berhasil menemukan metode dalam pertanian yang dinamakan MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami), yaitu metode untuk mempercepat pembusukan pupuk dengan air liur manusia. Walaupun tidak pernah mendapatkan pendidikan formal di sekolah, keinginan beliau untuk memajukan pendidikan di desanya, Mang Haji berhasil mendirikan lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah ‘Aliyah (MA). Bahkan beliau sudah berhasil menjelajah ke Belanda dan Jepang karena keilmuan beliau. Beberapa prestasi dan penghargaan yang diterima beliau antara lain Satya Lencana Wirakarya tahun 1998 dari Presiden BJ. Habibie, Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan tahun 2003 dari Presiden Megawati Soekarnoputri, Satyalencana Pembangunan tahun 2014 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Adhikarya Pangan Nusantara tahun 2014 dari Presiden Joko Widodo.





Keberhasilan tidak diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)

Post a Comment

0 Comments