KH. Fuad Afandi* - Pemimpin pondok
pesantren ini merupakan seorang kyai yang istimewa karena beliau bisa memadukan
antara teori dan praktek, temuannya yang fenomenal di bidang pertanian adalah
MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami) yaitu sebuah formula yang dapat
mempercepat proses pembusukan pupuk dengan air liur manusia. Temuan beliau
lainnya adalah ciknabat, inabat, sinabat dan betapur.
Berikut merupakan temuan dalam bidang
pertanian yang merupakan terobosan daru dari Mang Haji Fuad yaitu, Ciknabat
adalah formula pestisida nabati yang berbahan dasar sikur atau kencur dan
bawang putih. Inabat adalah insektisida yang terbuat dari kacang, cabai,
bawang, temulawak dan air. Sinabat adalah sirsak nabati yang berasal dari biji
sirsak dan daun artuse. Sementara betapur merupakan campuran betadin dan kapur.
Penemuan
Mikroorganisme Fermentasi Alami (MFA)
Temuan MFA berawal ketika sisa-sisa pakan ternak dijadikan pupuk. Namun,
kendala saat itu, memakan waktu sekitar 3 bulan hingga pupuknya busuk. Jika
waktunya kurang, tanaman bukannya subur, malah mati. Kemudian KH Fuad Affandi
teringat akan koleganya, Prof Entang, di Belanda, sewaktu ia menerima tawaran
pemerintah untuk belajar bercocok tanam pada 1987 di Universitas Wageningen,
Belanda, Fuad menyampaikan keluhan ihwal lamanya pembusukan pupuk itu. Prof.
Entang menyampaikan melalui telepon bahwa bila kita makan pagi busuk sore,
kalau kita makan sore busuk pagi. Proses tersebut tidak menunggu lama apalagi
di dalam perut.
Kebiasaan bakteri, kalau tidak ada makanan yang masuk dalam waktu cukup
lama, mereka akan naik untuk memakan sisa makanan yang ada di dalam rongga
mulut. Maka ketika naik itulah, tepatnya saat manusia bangun dari tidur malam,
bakteri beranjak ke mulut. Kemudian dengan cara berkumur-kumur bakteri ini bisa
diambil. Menjelang
subuh, sesudah bangun tidur malam sang Kiai menyuruh para santri untuk
menampung air bekas kumur-kumur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan
pondok.
Untuk menjaga agar bakteri itu tetap hidup, Mang Haji memasukkan molase
atau gula putih, dedak, dan pepaya ke dalamnya sebagai makanan bakteri. Setelah
beberapa hari, air liur santri berubah menjadi cairan kental berwarna keruh.
Untuk memeriksa apakah bakteri itu masih hidup atau mati dengan cara mencium
baunya. kalau tercium aroma coklat, berarti bakteri masih hidup. Namun, jika
tercium bau bangkai, berarti bakteri itu sudah mati. Setelah itu cairan berisi bakteri yang masih hidup
disiramkan ke bahan pupuk yang terdiri dari limbah sayuran dan kotoran ternak.
Dari penemuannya ini, proses pembusukan berlangsung hanya dalam waktu 15 hari.
Jauh lebih cepat dibandingkan proses sebelumnya, yang memakan waktu hingga 3
bulan.
Pada sesi
sambutan Mang Haji bercerita bahwa setelah
mengambil alih kepemimpinan pondok pada tahun 1970, Mang Haji membuat banyak gebrakan dan terobosan.
Terdapat lima ideologi pesantren yang beliau rubah dari sebelumnya. Pertama,
sekolah formal diharamkan pada zaman ayahnya, namun Mang Haji menguatkan
penting untuk sekolah tinggi. Kedua, tidak boleh berhubungan
(berpolitik) dengan penguasa, namun Mang
Haji menekankan penting untuk menjalin interaksi dengan orang-orang nomor satu
di negeri ini. Ketiga, rumah tidak boleh bertembok, sekarang
bangunan-bangunan bertembok kokoh berdiri di dalam lingkungan pondok sebagai tempat menuntut ilmu dan asrama para santri. Keempat, tidak boleh
ada kamar mandi di dalam rumah,
sekarang difasilitasi kamar mandi di setiap ruangan. Kelima, tidak boleh
menggunakan peralatan elektronik, namun kini alat-alat digital lengkap
terpasang untuk memenuhi kebutuhan pondok.
Mang Haji mampu
mengubah mindset larangan-larangan
dari tradisi pesantren terdahulu menjadi suatu gagasan yang mampu
membangun pesantren sekaligus memberdayakan desa. Pemberdayaan santri di Pondok
Pesantren Al Ittifaq adalah
melalui agrikultur, sehingga pondok pesantren ini terkenal dengan tarekat Sayuriyah-nya. Sistem
pesantren ini terdapat santri salafiyah (yang asli mondok) dan santri
hafasyiyah (santri yang sambil sekolah formal). Untuk santri salafiyah, selain
mengaji santri juga diberdayakan untuk bekerja di koperasi Al Ittifaq untuk
melayani suplai sayuran. Santri tersebut juga ditempatkan sesuai pendidikan
terakhir yang ditempuh. Untuk lulusan SD, santri ditempatkan di bagian ladang
untuk sortir dan distribusi sayuran. Untuk santri yang lulusan SMP ditempatkan
pada bagian desain produk dan kemasan. Sedangkan untuk lulusan SMA ditempatkan
di bagian marketing. Pondok pesantren Al Ittifaq mampu mengirim hingga 3 ton sayuran per hari dengan sortir sayuran dilakukan berdasarkan kualitasnya antara lain:
Grade 1 merupakan
sayuran yang memiliki kualitas terbaik untuk dijual ke supermarket dan pasar
modern
Grade 2 merupakan
sayuran dengan kualitas sedang dijual di pasar tradisional
Grade 3 merupakan
sayuran olahan dalam bentuk makanan lain yang dapat dijual
Grade 4 merupakan
sayuran yang dikonsumsi pribadi
Grade 5 merupakan
sayuran untuk pakan ikan dan ternak
Mang Haji berprinsip tidak ada barang dari Allah
yang terbuang sia-sia. Menurut Mang Haji, pekerjaan paling berkah adalah bertani. Karena petani
tidak hanya menanam padi dan tanaman untuk beliau dan keluarga, namun untuk
hajat hidup orang banyak, dan juga ladang sedekah untuk banyak makhluk Allah.
Mang Haji juga berbagi terkait poin kesuksesan beliau hingga saat ini, yakni
disiplin yang tinggi, kerja keras tanpa batas, etos kerja yang tinggi, dan
penghargaan terhadap internalisasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Hal terpenting yang dititipkan oleh Mang Haji dan menjadi
pesan bagi seluruh awardee adalah:
Pertama, orang yang berilmu pasti dicari uang, seperti halnya
gula yg selalu menarik para semut
Kedua, santri harus punya harkat, derajat dan martabat, yang
nantinya akan menghasilkan adab
Ketiga, merubah Kebiasaan butuh waktu 4 tahun
Kelima, kunci sukses adalah sholat di awal waktu dan
berjamaah di masjid
Nasehat Kiai Fuad untuk Peserta PK-144
LPDP Santri
Dalam
acara Kunjungan Institusional ini, Mang Haji Fuad Afandy menyampaikan beberapa
nasehat khusus untuk para peserta. Di antara nasehat yang beliau haturkan
adalah:
Pertama, Pendidikan bukan gerbang mencari uang, akan tapi orang yang berilmu
pasti akan dicari oleh uang. Orang yang berpendidikan itu mahal harganya. Jika
dalam mencari ilmu, ditemukan rintangan dan kesusahan maka itulah tanda bahwa
kesuksesan ada di depan mata. Malah jika yang ada hanyalah kemudahan, maka
patut ada yang perlu dipertanyakan. Menurut Kiai Fuad, tidak ada kesuksesan
yang lahir tanpa rintangan, tantangan dan kesulitan.
Kedua, shalat awal waktu. Ketika adzan dikumandangkan maka segera bergagas
untuk ke masjid atau mushollah untuk segara melaksanakan sholat dan kalu bisa
sholat berjema’ah.
Ketiga, kenalkan Indonesia kepada masyarakat dunia.
Keempat, harus sungguh-sungguh dalam belajar, karena tidak semua orang
beruntung seperti kita. Orang-orang diluar sana banyak yang menginginkan
seperti kita mendapatkan beasiswa LPDP ini.
Kelima, kalau sudah selesai belajar dan pulang kembali ke Indonesia, harus
mampu menjadi Agen of Change atau agen perubahan di khusunya di sekitar
kita. Jangan menjadi seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Karena kita
dibiayai negara maka wajib kita kembali ke negeri ini untuk berkontribusi
kepada nusa dan bangsa.
Keenam, harus disiplin, punya etos kerja tinggi dan menghargai teknologi
jika ingin sukses. Semua maindshet kita harus dirubah, yang dulunya menolak
teknologi sekrang kita harus terbuka dengan teknologi itu.
* KH. Fuad Affandi lahir di Bandung 20 Juni 1948. Beliau biasa dipanggil
Mang Haji. Beliau merupakan seorang kyai yang berhasil memadukan sistem
pesantren berbasis kewirausahaan di bidang pertanian. Pondok pesantren Al
Ittifaq ini didirikan oleh kakek KH. Fuad Affandi pada tahun 1934 dengan
terinspirasi makna Al Ittifaq yang berarti “kerjasama yang baik”. Kemudian
pondok pesantren berganti kepemimpinan di bawah asuhan KH. Masyur yang
merupakan ayah dari Mang Haji. Barulah pada tahun 1970, Mang Haji menggantikan
ayah beliau untuk memimpin pondok pesantren Al Ittifaq hingga sekarang. Sanad
keilmuan beliau sampai pada Mbah KH. Maksum, Lasem karena beliau nyantri disana
selama 17 tahun. Selama memimpin pondok pesantren, selain mengajar mengaji pada
santri, beliau juga bergerak memajukan usaha pesantren di sektor pertanian
sehingga beliau berhasil menemukan metode dalam pertanian yang dinamakan MFA
(Mikroorganisme Fermentasi Alami), yaitu metode untuk mempercepat pembusukan
pupuk dengan air liur manusia. Walaupun tidak pernah mendapatkan pendidikan
formal di sekolah, keinginan beliau untuk memajukan pendidikan di desanya, Mang
Haji berhasil mendirikan lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal (RA),
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah ‘Aliyah (MA).
Bahkan beliau sudah berhasil menjelajah ke Belanda dan Jepang karena keilmuan
beliau. Beberapa prestasi dan penghargaan yang diterima beliau antara lain
Satya Lencana Wirakarya tahun 1998 dari Presiden BJ. Habibie, Kalpataru untuk
kategori Penyelamat Lingkungan tahun 2003 dari Presiden Megawati Soekarnoputri,
Satyalencana Pembangunan tahun 2014 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan
Adhikarya Pangan Nusantara tahun 2014 dari Presiden Joko Widodo.
Keberhasilan tidak
diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya
keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana
pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah
kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak
akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)
0 Comments