Pendahuluan
Tradisi ulama dalam bidang keilmuan,
secara umum ada dua yang menjadi kebiasaan. Pertama, menyiapkan orang yang
paham ilmu agama dan melakukan perbaikan, baik dengan dakwah maupun
perang/perjuangan (i’dad al mutafaqqihin wa al mushlihin da’watan wa qitaalan).
Kedua, menjaga dan memperbaiki umat, baik aspek agama maupun kemasyarakatan
(himayat al ummah wa ishlahiha diiniyyatan wa ijtima’iyyatan).
Pasca reformasi, berbagai macam aliran
dan ideologi baik yang tumbuh dari spirit Barat maupun Islam muncul ke permukaan,
baik aliran yang embrionya telah lama ada dalam tubuh masyarakat Islam
Indonesia, maupun ideologi-ideologi baru yang di import dari luar dengan pola
gerakan transnasional dan radikal. Indonesia menjadi ajang pertarungan berbagai
macam ideologi yang kebanyakan bertentangan dengan spirit Islam maupun
keindonesiaan. Ideologi fundamentalis bercorak radikal, dengan bersuara lantang
seringkali mengklaim bahwa kelompoknya berada di garis yang paling benar dan
paling sesuai dengan ajaran Rasulullah saw. Kelompok di luar dirinya dianggap
sesat, ahli bid’ah, musyrik, dan anti memperjuangkan syariat.
Nahdlatul Ulama yang sedari awal berdiri
mengikuti ajaran Ahlussunnnah Wal Jamaah yang mengusung filosofi tawassut
(moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran) serta ta’adul (tegak lurus)
dalam beragama, ikut menjadi sasaran serangan kelompok-kelompok baru yang
cenderung ekstrim tersebut. Mereka menuduh Nahdlatul Ulama mengajarkan ajaran
Islam yang tidak murni, memasukkan nilai-nilai di luar Islam dalam beberapa
ritual keagamaan. Gerakan-gerakanradikal yang bercorak transnasional ini
semakin lama semakin kuat dan terus melebarkan sayapnya di segala penjuru
Indonesia. Varian dari kelompok-kelompok ini begitu banyak, meski memiliki
perspektif berbeda termasuk dalam detail pemahaman keagamaan, namun tujuan
gerakan yang dibangun cenderung sama, yakni formalisasi syariat Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
kelompok-kelompok garis keras ini menggunakan segala cara, bahkan tidak jarang
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Menuduh sesat dan kafir kelompok
lain yang tidak sefaham. Bahkan kekerasan atas nama agama adalah hal yang biasa
dalam pandangan mereka. Fenomena teror bom, perampokan bank seringkali
melibatkan kader-kader mereka dengan pembenaran yang didasarkan pada penafsiran
al-Qur’an maupun al-Hadis sesuai dengan kehendak mereka.
Dan akhir-akhir ini muncul IS (Islamic
State) yang dahulunya populer dengan ISIS yang sangat ekstrim, serta berupaya
merekrut anggota baru dari Indonesia. Dan masih banyak aliran dan ideologi lain
yang mengusung ideologi Transnasional dan anti NKRI, serta aliran sesat yang
juga banyak bermunculan. Dari fenomena tumbuh suburnya berbagai aliran Islam
radikal bercorak transnasional tersebut, disamping berdampak tereduksinya nilai-nilai
ajaran Islam, dalam konteks Indonesia juga berpotensi memecah belah kehidupan
berbangsa dan bernegara yang selama ini relatif aman dan damai di bawah payung
NKRI. Nahdlatul Ulama yang telah ikut berjuang memberikan kontribusi besar
dalam mendirikan Negara Indonesia serta selalu terlibat aktif mempertahankan
kedaulatan Negara Indonesia, merasa ikut bertanggung jawab atas munculnya
kelompok-kelompok baru yang mengusung ideologi yang cenderung berpotensi
merusak tatanan Islam dan bangsa Indonesia tersebut.
Nahdlatul Ulama sebagai ormas keagamaan
yang selalu memperjuangkan Islam toleran ala Ahlussunnah Wal Jamaah menyadari
jika ideologi Aswaja tidak dikokohkan dalam jiwa masyarakat Islam khsususnya di
Indonesia, dampaknya adalah Islam tidak lagi rahmatan lil alamin, namun
rahmatan lil hizbiyyin (kelompok). Nahdlatul Ulama juga menyadari hingga saat
ini sebagai satu-satunya ormas yang berada di garda depan pembela Pancasila dan
NKRI, jika tidak ikut mengawal umat Islam Indonesia, niscaya bangsa ini akan tercabi-cabik
karena pertikaian antar golongan. Potensi disintegrasi bangsa akan
meluluhlantahkan bangsa Indonesia yang telah dibangun oleh masyarakat Indonesia
yang banyak dimotori oleh para ulama yang mayoritas berfaham Ahlussunnah Wal
Jamaah.
Wawasan kebangsaan Ahlussunnah Wal
Jama’ah selaras juga dengan pandangan NU yang pada 1983 dalam Munas Alim Ulama
NU di Situbondo oleh para ulama dinyatakan secara gamblang bahwa Pancasila dan
NKRI adalah final. Tokoh NU kharismatik almarhum KH As’ad Syamsul Arifin jauh
sebelum Muktamar NU di Situbondo telah dengan keras dan lantang menyatakan
bahwa ia akan melawan pihak-pihak yang merongrong keutuhan NKRI.
Maka berdasar dari fenomena tersebut,
PWNU Jawa Timur melalui Aswaja NU Center PWNU Jatim sebagai sayap perjuangan
Nahdlatul Ulama khususnya dalam penguatan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah,
mempunyai beberapa programkerja yang telah direncanakan baik dalam waktu yang
berkala mapun ensidentil sesuai dengan kebutauhan masyarakat. Penyelenggaraan
program Aswaja secara berkala ini juga diharapkan mampu menemukanformula yang
dikemudian hari bisa ditindak lanjuti oleh pihak terkait, mendeteksi
perkembanganpaham-paham non Aswaja, dan terumuskannya kegiatan yang menjadi
follow up pada masa berikutnya sebagai upaya menjaga meneguhkan nilai-nilai
Islam Ahlussunnah Wal Jamaah serta
menjaga keutuhan umat Islam dan bangsa.
Akhiron, dengan berbekal kemampuan yang
dimiliki oleh dewan pakar daerah Jawa Timur
terbentuklah ASWAJA NU Center PWNU Jawa Timur dengan berbagai program
yang telah diselenggrakan ini bisa menjadi acuan dalam mewujudkan gerakan
ASWAJA NU Center Nasional di bawah naungan PBNU.
Legalitas
Aswaja NU
Center Jatim dibentuk oleh PWNU Jawa Timur yang diresmikan pada 31 Januari 2011
oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama: Drs H. As'ad Said Ali.
Dan Alhamdulillah sekarang ini telah terbentuk ASWAJA NU Center di Mayoritas
cabang NU di Jawa Timur untuk melaksanakan program kerja serempak untuk
membentengi diri dari aliran-aliran lain yang terus berkembang pula. Selain itu
juga memeberikan pemahaman kepada masyarakat tentang amaliyah-amaliyah yang ada
dalam NU Sendiri, misalnya dari mulai tradisi kelahiran sampai kematian, serta
hal-hal yang berkaitan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Sejarah
Kelahiran
Aswaja NU Center Jatim, sebagai markaz
Ahlussunnah wal Jamaah di tingkat Jawa Timur tidak lahir secara kebetulan.
Berawaldari kajian Islam yang memfokuskan materi pada bidang keaswajaan yang
dikenal dengan nama Kajian Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah atau disingkat KISWAH. Kajian ini diprakarsai oleh para
tokoh PWNU Jatim, mulai dari Rais Syuriah hingga Katib Syuriah, dan dibahas
pada saat rapat harian di PWNU Jatim.
Pada awalnya KISWAH dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun
2010 dengan pemateri dari Dewan Syuriah PWNU Jatim. Setelah bulan Ramadhan
berakhir Dewan syuriah sangat menyayangkanjika KISWAH juga ikut berakhir.
Selain itu karena dianggap sangat penting di dalam menanggulangi derasnya arus
faham lain, maka KISWAH harus dilanjutkan. Lalu KISWAH dilaksanakan setiap
sebulan sekali oleh Lajnah, lembaga dan Banom yang telah dijadwal.
Setelah berjalan selama kurang lebih satu
tahun, dan telah berhasil mengadakan TOT
(Training of Trainer) Aswaja, dan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
komprehensif, maka dibentuklah suatu perangkat khusus untuk menangani secara
serius program-program keaswajaan sebagai kelanjutan KISWAH. Sehingga sesuai
amanat Konferwil PWNU Jatim, dan diprakarsai oleh para tokoh PWNU Jawa timur,
diantaranya Rais Suriyah dan Wakilnya, KatibSuriyah dan Wakilnya, yang
selanjutnya dirapatkan PWNU JawaTimur dan menjadi keputusan hasil rapat harian
PWNU Jawa Timur.
Pada tanggal 31 Januari 2011 bertepatan dengan peringatan Harlah NU ke 85
di PWNU Jawa Timur dilaksanakan launching perangkat pelaksana program kajian
Islam keaswajaan bernama ASWAJA NU CENTER JATIM.
Visi
Terwujudnnya
Wawasan Keislaman Aswaja sesuai keberagamaan
Rasulullah Saw bersama para sahabat.
Misi
Mengaktualisasi
pemahaman umat tentang keislaman Aswaja NU.
Meningkatkan pemahaman, penghayatan,
pengamalan (menginternalisasi) Islam Aswaja NU sebagai perilaku umat dalam
kehidupan sehari hari.
Tujuan
Membentuk
masyarakat Aswaja NU yang dapat membentengi diri dari faham lain dan dapat meyakinkan
orang lain atas kebenaran faham Aswaja NU.
Program
Kegiatan
Secara
umum, Program kegiatan aswaja NU center PWNU Jawa Timur, ada dua. Pertama
Bersifat Rutin dan kedua Insidentil. Bersifat rutin misalnya mengisi Hujjah
Aswaja di TV 9 Rutin Setiap Senin malam selasa jam 19.00-20.00, KISWAH setiap
Sabtu Sore jam 14.30-16.30 di Mushola PWNU, Share materi ngaji Aswaja Setiap
hari kecuali Jumat dan Ahad, menerbitkan buletin sebulan Sekali, menjalankan
mobil aswaja ke masjid-masjid setiap jumat dengan memasarkan buku dan kitab
rujukan aswaja, serta dauroh. Adapun
yang insidentil, biasanya bersifat partisipasi menjadi narasumber, dan
partisipasi lainya. Dari beberapa gambaran diatas, berikut kami laporkan
berdasar devisi:
Devisi
USWAH (Usaha Sosialisasi Ahlussunnah wal Jamaah)
Devisi
BISWAH (Bimbingan dan Solusi Ahlussunnah Waljamaah)
Devisi
DAKWAH (Daurah Kader Ahlussunnah Waljamaah)
Devisi
KISWAH (Kajian Islam Ahlussunnah Waljamaah)
Devisi
MAKWAH (Maktabah Ahlussunnah Waljamaah)
0 Comments