Pembentukan Human Resources Berintegritas dan Berdaya Saing Global (Part 6)

Amany Lubis* - Kesempatan kali ini Prof Amany berbagi tentang Pembentukan Human Resources Berintegras dan Berdaya Saing Global. Ada beberapa tantangan globalisasi, yakni: Neo- kolinialisme dan revolusi, kejahatan transnasional, regionalisme dan militerisme, intervensi luar negeri, kesadaran kolektif, HAM dan kemerdekaan, terorisme dan radikalisme.

Prof Amany mengawali penjelasannya dengan menceritakan pengalaman pribadinya. Mengajarkan kepada peserta dengan cara yang unik dan berbeda yaitu dengan cara tidak mempunyai rasa lelah dan melawan rasa malas. Beliau menceritakan bagaimana kehidupan masa kecilnya, remajanya, hingga sekarang beliau meraih semua karirnya. Beliau mengatakan bahwa pada usia 14 tahun sudah berangkat menuntut ilmu ke Mesir. Awalnya, beliau belum paham dengan Bahasa Arab karena belum pernah mempelajarinya. Berusaha dengan keras, mulai dari menggaris bawahi setiap kata-kata mudah yang beliau tahu hingga mencari kata-kata sulit didalam kamus.

Setiap kali belajar bahasa, selalu menyediakan minimal 5 kamus. Itu dulu saat awal belajar. Sekarang, ketika mengerjakan tugas atau sedang belajar, tak kurang dari 15 kamus wajib tersedia. Beliau sudah terbiasa tidak tidur, bahkan dalam waktu 48 jam sampai 50 jam. Hal itu beliau terapkan juga kepada anak-anak untuk hidup mandiri sejak mulai bayi. Hal itu bertujuan agar anak terbiasa belajar dan tidak bergantung pada orang lain. Beliau menekankan bahwa keberhasilan dilakukan dengan sedikit tidur dan ketahanan dalam belajar yang tinggi akan menghasilkan hasil yang optimal dan sukses. Etos kerja yang tinggi bisa menjadikan individu yang unggul dalam semua bidang. Belajar semua hal termasuk ilmu bahasa yang menjadi alat utama dalam berkomunikasi merupakan hal yang harus dimiliki seseorang yang menyatakan sebagai orang yang berintegritas.

Jangan pasrah dengan rasa malas, semangat yang tinggi dan tidak pernah kendor. Belajar tanpa batas. Patuhi disiplin ilmu yang digeluti. Belajar banyal hal dan menjadi kreatif. Equilibrium kehidupan bangsa = unity in diversity. Government – political parties – religion communities – citizen initiatives (civil society) – organization of professionals – youth- market

Dalam penjelasannya, hal pertama yang harus diperhatikan untuk bisa berdaya saing global yakni menjaga equilibrium kehidupan bangsa. Menjaga equilibrium bangsa, dengan usaha masyarakat di dalamnya. Salah satunya menjaga unity in diversity. Banyak lini yang harus berperan di dalamnya, yakni pemerintah, partai politik, komunitas agama, civil society, organisasi dan para pemudanya. Semua lini haruslah bersinergi agar keberlangsungan kehidupan bangsa tetap terjaga dengan baik. Profesor yang merupakan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini menambahkan segala bentuk usaha bisa kita lakukan, tapi menjaga kehidupan dari bencana hanya Tuhan yang bisa.

Hal kedua dalam pembentukan human capital yang berintegritas dan berdaya saing global yakni "Prinsip Berintegritas". Integritas sendiri berarti komitmen dalam mencapai suatu tujuan. Beliau menekankan agar para pemuda memiliki jiwa pemimpin serta harus berkeyakinan mencapai kesuksesan. Pada taraf nasional, haruslah para pemudanya memiliki prinsip yang kuat dan wawasan yang luas. Beliau memaparkan, tidak hanya Belanda atau Jepang yang ingin menguasai Indonesia, akan tetapi semua negara ingin mengusai Indonesia. Indonesia negara kaya akan hasil bumi, sejarah, budaya, suku serta letak startegis yang dimiliki Indonesia sangat menggiurkan bagi negaranya lain. Ibu keturunan Mesir ini menekankan kepada para peserta PK-144 untuk mempunyai wawasan luas tentang Nusantara. Beliau sendiri senang meletakkan peta di sudut-sudut rumah dan kantornya. Hal ini agar beliau semakin faham dan bisa memberi contoh bagi pemuda lain. Ibu yang memiliki 3 putra ini telah berkeliling ke lima benua, dan kurang lebih telah mengunjungi 30 negara.

Hal ketiga dalam pembetukan human capital yang berintegritas dan berdaya saing global yakni memiliki strategi dalam menguatkan integritas dan kepemimpinan. Prof Amany menegaskan para pemuda untuk memiliki integritas dan meningkatkan kapasitasnya. Kapasitas yang dimaksud, yakni mengisi diri dengan wawasan dan peningkatan ketrampilan. Sedangkan dalam hal kepemimpinan haruslah mengenal struktur yang ada dalam masyarakat, yakni masyarakat awam, petani, industriawan, ulama dan cendikiawan. Jika didalamnya dapat membaur, maka akan muncul generasi emas yang berintegritas dan berdaya saing global.

Meraih cita-cita tinggi dengan cara melakukan sesuatu harus excellent dimanapun berada bahkan di daerah yang di tetapkan sebagai ring of fire harus mampu survive dan menyelesaikan masalah dengan kreatif dan efisiensi tinggi. Prof Amany juga mengenalkan struktur masyarakat. Beliau menekankan lagi bahwa dimanapun berada harus bisa beradaptasi dan menjadi yang paling berpotensi sebagai penerang bagi sekitar. Lingkungan yang berpengaruh dalam menumbuhkan integritas diri diantaranya adalah wilayah industri yang berupa karakter manusianya itu sendiri. Selain itu ada dukungan dari masyarakat awam, ulama dan cendekia, serta pemerintah dan pegawainya. Kesimpulannya, untuk membangun masyarakat yang berintegritas, harus dimulai dari diri sendiri. Diri sendiri harus membangun kapasitas diri yang berupa akhlak, iman, dan ilmu. Selain itu, diri juga harus mempunyai target untuk meraih segala sesuatu dengan sukses dan memiliki prinsip yang kuat serta mempunyai wawasan yang terbuka

*Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. (lahir di Kairo, 22 Desember 1963; umur 55 tahun) adalah Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019-2023. Ia dilantik secara resmi oleh Menteri Agama pada hari Senin, 7 Januari 2019. Amany Burhanuddin Umar Lubis menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Al-Azhar Kairo pada Jurusan Sastra Inggris dan tamat memperoleh Licence (Lc) tahun 1988. Setelah itu ia memperoleh beasiswa Shot Course on Women Studies di McGill University Kanada (1997). Pada tahun 2002, ia memperoleh gelar doktor bidang Sejarah Kebudayaan Islam pada Program Studi Pengkajian Islam dari Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Karier akademiknya dimulai sebagai dosen pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1994. Kemudian ia menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta (2003-2009). Selain mengajar di UIN Jakarta, sejak 2009 hingga sekarang Amany juga tercatat sebagai pengajar di Sekolah Kajian Stratejik dan Global pada Program Studi Kajian Kawasan Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia serta sejak 2013 hingga sekarang mengajar di Program Pascasarjana Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan. Jabatan lain yang pernah disandangnya adalah sebagai Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana Bidang Pengembangan Kelembagaan UIN Jakarta. Selain sebagai akademisi, wanita yang sudah mengelilingi 30 negara di lima benua ini juga tercatat memiliki banyak pengalaman di organisasi, baik nasional maupun internasional. Antara lain Ketua Umum Majelis Ilmuwan Muslimah Indonesia (2014-2018), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat Bidang Perempuan (2015-2020), dan Anggota Board of Trustees Forum for Promoting Peace in Muslim Societies, Abu Dhabi (2016-2020).


Keberhasilan tidak diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)

Post a Comment

0 Comments