Amany Lubis* - Kesempatan kali ini Prof Amany berbagi tentang
Pembentukan Human Resources Berintegras dan Berdaya Saing Global. Ada beberapa
tantangan globalisasi, yakni: Neo- kolinialisme dan revolusi, kejahatan
transnasional, regionalisme dan militerisme, intervensi luar negeri, kesadaran
kolektif, HAM dan kemerdekaan, terorisme dan radikalisme.
Prof
Amany mengawali penjelasannya dengan menceritakan pengalaman pribadinya. Mengajarkan
kepada peserta dengan cara yang unik dan berbeda yaitu dengan cara tidak
mempunyai rasa lelah dan melawan rasa malas. Beliau menceritakan bagaimana kehidupan masa kecilnya, remajanya,
hingga sekarang beliau meraih semua karirnya. Beliau mengatakan bahwa pada usia
14 tahun sudah berangkat menuntut ilmu ke Mesir. Awalnya, beliau belum paham
dengan Bahasa Arab karena belum pernah mempelajarinya. Berusaha dengan keras, mulai
dari menggaris bawahi setiap kata-kata mudah yang beliau tahu hingga mencari
kata-kata sulit didalam kamus.
Setiap
kali belajar bahasa, selalu menyediakan minimal 5 kamus. Itu dulu saat awal
belajar. Sekarang, ketika mengerjakan tugas atau sedang belajar, tak kurang
dari 15 kamus wajib tersedia. Beliau sudah terbiasa tidak tidur, bahkan dalam
waktu 48 jam sampai 50 jam. Hal itu beliau terapkan juga kepada anak-anak untuk
hidup mandiri sejak mulai bayi. Hal itu bertujuan agar anak terbiasa belajar
dan tidak bergantung pada orang lain. Beliau menekankan bahwa keberhasilan
dilakukan dengan sedikit tidur dan
ketahanan dalam belajar yang tinggi akan menghasilkan hasil yang optimal dan
sukses. Etos kerja yang tinggi bisa menjadikan individu yang unggul dalam semua
bidang. Belajar semua hal termasuk ilmu bahasa yang menjadi alat utama dalam
berkomunikasi merupakan hal yang harus dimiliki seseorang yang menyatakan
sebagai orang yang berintegritas.
Jangan pasrah dengan
rasa malas, semangat yang tinggi dan tidak pernah kendor. Belajar tanpa batas.
Patuhi disiplin ilmu yang digeluti. Belajar banyal hal dan menjadi kreatif. Equilibrium
kehidupan bangsa = unity in diversity. Government – political
parties – religion communities – citizen initiatives (civil society) –
organization of professionals – youth- market
Dalam
penjelasannya, hal pertama yang harus diperhatikan untuk bisa berdaya saing
global yakni menjaga equilibrium kehidupan bangsa. Menjaga equilibrium
bangsa, dengan usaha masyarakat di dalamnya. Salah satunya menjaga unity
in diversity. Banyak lini yang harus berperan di dalamnya, yakni
pemerintah, partai politik, komunitas agama, civil society, organisasi dan para
pemudanya. Semua lini haruslah bersinergi agar keberlangsungan kehidupan bangsa
tetap terjaga dengan baik. Profesor yang merupakan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah ini menambahkan segala bentuk usaha bisa kita lakukan, tapi
menjaga kehidupan dari bencana hanya Tuhan yang bisa.
Hal kedua
dalam pembentukan human capital yang berintegritas dan berdaya saing
global yakni "Prinsip Berintegritas". Integritas sendiri berarti
komitmen dalam mencapai suatu tujuan. Beliau menekankan agar para pemuda
memiliki jiwa pemimpin serta harus berkeyakinan mencapai kesuksesan. Pada taraf
nasional, haruslah para pemudanya memiliki prinsip yang kuat dan wawasan yang
luas. Beliau memaparkan, tidak hanya Belanda atau Jepang yang ingin menguasai
Indonesia, akan tetapi semua negara ingin mengusai Indonesia. Indonesia negara
kaya akan hasil bumi, sejarah, budaya, suku serta letak startegis yang dimiliki
Indonesia sangat menggiurkan bagi negaranya lain. Ibu keturunan Mesir ini
menekankan kepada para peserta PK-144 untuk mempunyai wawasan luas tentang
Nusantara. Beliau sendiri senang meletakkan peta di sudut-sudut rumah dan
kantornya. Hal ini agar beliau semakin faham dan bisa memberi contoh bagi
pemuda lain. Ibu yang memiliki 3 putra ini telah berkeliling ke lima benua, dan
kurang lebih telah mengunjungi 30 negara.
Hal
ketiga dalam pembetukan human capital yang berintegritas dan berdaya saing
global yakni memiliki strategi dalam menguatkan integritas dan kepemimpinan.
Prof Amany menegaskan para pemuda untuk memiliki integritas dan meningkatkan
kapasitasnya. Kapasitas yang dimaksud, yakni mengisi diri dengan wawasan dan
peningkatan ketrampilan. Sedangkan dalam hal kepemimpinan haruslah mengenal
struktur yang ada dalam masyarakat, yakni masyarakat awam, petani,
industriawan, ulama dan cendikiawan. Jika didalamnya dapat membaur, maka akan
muncul generasi emas yang berintegritas dan berdaya saing global.
Meraih cita-cita tinggi dengan cara melakukan sesuatu harus excellent
dimanapun berada bahkan di daerah yang di tetapkan sebagai ring of fire
harus mampu survive dan menyelesaikan masalah dengan kreatif dan
efisiensi tinggi. Prof
Amany juga mengenalkan struktur masyarakat. Beliau menekankan lagi bahwa dimanapun berada
harus bisa beradaptasi dan menjadi yang paling berpotensi sebagai penerang bagi
sekitar. Lingkungan yang berpengaruh dalam
menumbuhkan integritas diri diantaranya adalah wilayah industri yang berupa karakter manusianya itu sendiri. Selain itu ada dukungan
dari masyarakat awam, ulama dan cendekia, serta pemerintah dan
pegawainya. Kesimpulannya,
untuk membangun masyarakat yang berintegritas, harus dimulai dari diri sendiri. Diri
sendiri harus membangun kapasitas diri yang berupa akhlak, iman, dan
ilmu. Selain itu, diri juga harus mempunyai
target untuk meraih segala sesuatu dengan sukses dan memiliki prinsip yang kuat serta mempunyai wawasan yang terbuka
*Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Umar Lubis, M.A. (lahir di Kairo, 22 Desember 1963; umur 55 tahun)
adalah Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2019-2023. Ia dilantik secara resmi oleh Menteri Agama pada hari Senin, 7
Januari 2019. Amany Burhanuddin Umar Lubis menyelesaikan pendidikan S1-nya di
Universitas Al-Azhar Kairo pada Jurusan Sastra Inggris dan tamat memperoleh
Licence (Lc) tahun 1988. Setelah itu ia memperoleh beasiswa Shot Course on
Women Studies di McGill University Kanada (1997). Pada tahun 2002, ia
memperoleh gelar doktor bidang Sejarah Kebudayaan Islam pada Program Studi
Pengkajian Islam dari Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Karier akademiknya
dimulai sebagai dosen pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1994. Kemudian ia
menjabat sebagai Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Dirasat
Islamiyah UIN Jakarta (2003-2009). Selain mengajar di UIN Jakarta, sejak 2009
hingga sekarang Amany juga tercatat sebagai pengajar di Sekolah Kajian
Stratejik dan Global pada Program Studi Kajian Kawasan Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia serta sejak 2013 hingga sekarang mengajar di Program
Pascasarjana Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan. Jabatan lain yang
pernah disandangnya adalah sebagai Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana Bidang
Pengembangan Kelembagaan UIN Jakarta. Selain sebagai akademisi, wanita yang
sudah mengelilingi 30 negara di lima benua ini juga tercatat memiliki banyak
pengalaman di organisasi, baik nasional maupun internasional. Antara lain Ketua
Umum Majelis Ilmuwan Muslimah Indonesia (2014-2018), Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pusat Bidang Perempuan (2015-2020), dan Anggota Board of Trustees
Forum for Promoting Peace in Muslim Societies, Abu Dhabi (2016-2020).
Keberhasilan tidak
diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya
keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana
pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah
kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak akan
bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)
0 Comments