Seminar Internasional Bertajuk Ijazahan Kitab, NU Jatim Terima Sanad Istighatsah

Seminar Internasional bertajuk ijazahan kitab-kitab karya Dr. Syaikh Abdul Fattah Shalih Muhammad Qudaisy Al-Yafi’I berlangsung di aula Salsabila gedung PWNU Jawa Timur (7/4). Sekitar 200 peserta perwakilan dari setiap pengurus cabang di Jawa Timur dan masyarakat umum menyimak penjelasan dari ulama Yaman tersebut. Ada 23 kitab karangan beliau bermanhaj Ahlussunah Wal Jamaah yang menjadi pembahasan dalam seminar. Dua diantaranya yang menjadi fokus pembahasan adalah kitab tentang istighatsah dan tabarukan kepada ulama shalih. Download Kitab.

Acara dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Quran oleh Ust. Thobib selaku muadzin Masjid Al-Akbar Surabaya. Kemudian sambutan oleh Dr. Afifuddin Dimyathi, Lc, MA mewakili Aswaja NU Center Jatim dilanjutkan dengan Prof. Shonhaji Soleh selaku perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Uama Jawa Timur. Beliau menyampaikan pentingnya manhaj Ahlussunah Wal Jamaah dan pentingnya adab bagi seorang penuntut ilmu.
Dr. Latief Malik mengawali acara dengan membacakan silsilah keilmuan Dr. Syaikh Abdul Fattah. Indonesia bukan tempat yang asing lagi bagi beliau, karena beberapa kali melakukan kunjungan ilmiah ke pesantren-pesantren di Nusantara. 

“Syukur alhamdulillah untuk kesekian kalinya kami bisa berkunjung ke Indonesia, negeri dengan penduduk yang sangat sopan. Ini sebagai salah satu ciri ahlullah,” Syaikh mengawali penjelasannya.

Ahlussunah Wal Jamaah sebagai manhaj moderat dalam menjalankan syariat Islam sangat dibutuhkan dewasa ini. Perkembangan dunia yang mendorong umat ekstrim kiri liberalisme dan ekstrim kanan radikalisme, sedikit banyak mempengaruhi pola pikir umat. Aswaja sebagai jalan tengah antara mujassimah dan muaqqidah.

Beliau mengritisi terkait bentuk pemerintahan umat Islam dan ideology khilafah yang berkembang belakangan ini di dunia. Bahwa sebenarnya Nabi Muhammad tidak mengharuskan model pemerintahan tertentu. Sejak awal, umat Islam selalu mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan terutama perihal kenegaraan. Beliau juga memberikan nasehat agar tidak mudah mengafirkan dan berperilaku baik kepada setiap orang meskipun non-muslim.
Dalam kitabnya, beliau menulis tentang anjuran istighatsah dan diperbolehkannya tabarukan kepada ulama shalih. Ini sebagai bentuk kesadaran bahwa manusia tak punya kekuatan apapun dan penghormatan kepada guru. Upaya pelarangan amaliah tersebut baru terjadi ketika munculnya Ibnu Taimiyah. Hanya sedikit orang yang mengikutinya, karena tidak mengetahui secara lengkap riwayat Ibnu Taimiyah. 


Di penghujung acara, beliau mengijazahkan kitab-kitabnya dan hadirin menerimanya untuk disampaikan kepada umat. Setelah prosesi pengijazahan selesai, acara dilanjutkan dengan konsolidasi pengurus Aswaja NU Center se-Jatim dalam upaya membentengi umat dari pemahaman takfiri dan ekstrim. Sebagai upaya preventif menghalau terorisme yang belakangan ini bersembunyi di belakang symbol-simbol agama.

Post a Comment

0 Comments