Keagungan
Islam dan keindahan Nusantara menyatu dalam senyum penduduk Negeri Pancasila.
Dari gunung ke laut wajah tersenyum di mana saja sebagai identitas kultural
dalam bersikap, bertindak dan bertutur. Senyuman sebagai bahasa universal untuk
mempertahankan tradisi-tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih
baik. Adaptif dengan setiap kemajuan tanpa kehilangan jati diri dalam
‘menjadi’.
Bahasa
dan budaya yang menjadi batasan umat manusia, tidak lagi menjadi halangan untuk
bersahabat. Nilai kebajikan yang terkandung dalam budaya lain dan tersimpan
dalam bahasa tertentu akan menyatu dalam keindahan budaya nusantara. Penyalahgunaan
logika sebagai pangkal perdebatan seringkali menyebabkan permusuhan tak
berdasar. Maka sebenarnya, puncak kecerdasan masyarakat gemah ripah loh
jinawe adalah keindahan berbudaya. Indah tanpa menjelekkan, menang tanpa
mengalahkan dan beragama tanpa mengafirkan.
Nilai-nilai
tersebut menjadi karakter, ciri khas atau tipologi masyarakat Nusantara.
Dikembangkan dalam pendidikan khusus yang dikenal dengan nama Pesantren, tempat
dimana para santri dididik agar tidak kagetan dalam menghadapi kehidupan
bermasyarakat. Senantiasa merawat akal sehat dengan mengedepankan akhlak, menebarkan
kedamaian dan memberikan ketenangan kepada umat.
Santri
sebagai symbol keindahan dalam memperjuangkan harapan umat. Tidak hanya
keindahan tentang apa, melainkan juga kesantunan dalam menyapa. Maka, pesantren
menjadi tempat berkumpulnya akal sehat dalam mempelajari keindahan sastra. Sastra
berwujud firman Tuhan dan sabda Rasul, serta karya ulama’ dalam bentuk
rangkaian nadham.
Klaim
Hari Santri
Setiap
keindahan akan diperebutkan oleh banyak pihak. Cara sederhana untuk mengetahui
kebenaran tersebut adalah dengan melacak sejarah adanya hari santri. Juga dapat
dideteksi dengan kebiasaan yang telah menjadi identitas. Ada beberapa kata yang
setara dengan kata santri, yaitu langgar, tahlilan, tawassul
dan ziarah kubur. Setara yang dimaksud di sini adalah identitas sebuah kata dengan
kesamaan peristiwa. Sehingga ketika seseorang atau sebuah kelompok mengklaim
sebagai pengusul adanya hari santri, namun tidak melakukan objek kata yang
setara dengannya, maka dapat disimpulkan sebagai kebohongan.
Menurut
Gus Dur, santri berasal dari bahasa Pali shastri, orang yang mempelajari
sastra. Pali sebagai bahasa pertama kitab Tripitaka. Istilah yang identic
dengan agama Buddha, namun digunakan dalam agama lain. Ini menunjukkan bahwa
perbedaan bahasa tidak membuat seseorang auto-kafir atau bermasalah dengan
keislamannya.
Langgar
sebagai salah satu sebutan tempat
beribadah umat Islam yang tidak jauh dari rumah. Berasal dari kata sanggar yang
bermakna tempat pemujaan di pekarangan rumah. Walisongo mempunyai andil besar
dalam merubah suatu tempat berdasarkan nilai-nilai Islam tanpa pemaksaan atau
pertumpahan darah. Istilah yang identic dengan agama lain, namun digunakan
dalam dakwah Islam.
Tahlilan
merupakan amaliah Islam di Nusantara
yang dibungkus dengan kebudayaan setempat. Masyarakat Nusantara pada zaman
dahulu senantiasa mengingat jasa leluhur dengan mendatangi punden berundak
dengan mempersembahkan sesajen. Walisongo mengadopsinya dan merubahnya menjadi
budaya silaturrahim dan sedekah. Tawassul menjadi salah satu unsur dalam
tahlilan agar senantiasa mengingat jasa para guru dan orang tua. Sedangkan
ziarah kubur menjadi upaya untuk memahami bahwa ‘Jangan sekali-kali melupakan
sejarah!’
Raden
Santri
Rencana
penggusuran makam Rasulullah dan klaim hari santri adalah pola piker dengan
latar belakang yang sama. Gerakan santri yang menolak rencana penggusuran
tersebut dikenal dengan Komite Hijaz, sebagai cikal bakal Nahdlatul Ulama’. Santri
tidak akan melupakan jasa para guru dan orang tuanya, karena melupakan salah
satu atau keduanya akan menjadi sebab hilangnya keberkahan dalam hidup. Tahlilan,
tawassul dan ziarah kubur sebagai salah satu cara mengingat jasa-jasa
mereka yang telah berpulang, inilah identitas santri.
Seorang
santri bernama Sayyid Ali Murtadlo menggunakan kata santri sebagai identitas.
Orang-orang menyebutnya Raden Santri, kakak dari Sunan Ampel. Anak dari Syekh
Ibrahim Asmaraqondi dan sepupu Maulana Malik Ibrahim. Maka sebenarnya, Sayyid
Ali Murtadlo adalah Sunan Gresik yang masuk dalam Walisongo.
Santri,
tak mengandalkan seragam agar dihormati atau berkata agar diikuti, apalagi
minta untuk dilayani. Kebanggannya bukan pada diri, melainkan aktivitas
sehari-hari. Senjatanya istiqomah mengaji mengasah jati diri, berharap ilmu
yang manfaati barokah dari para kiai. Melestarikan ajaran para wali sebagai
pewaris baginda Nabi. Itulah impian sejati, bukan untuk menyombongkan diri
terhadap titipan Ilahi, karena itu perilaku syaitoni. Musuh abadi manusia di
muka bumi.
Selamat
Hari Lahir Organisasi Para Santri, Nahdlatul Ulama’!
0 Comments