Kita hidup di dunia kata-kata,
Tidak ada dunia di luar dunia kata-kata.
(Jacques Derrida)
Peristiwa sosial, politik, sastra dan sebagainya tidak
pernah lepas dari unsur bahasa sebagai medianya, sebab bahasa merupakan sarana
seseorang mengungkapkan ide, berpikir, menulis, berbicara dan mengapresiasi
karya. Di sisi lain, pembicaraan tentang interpretasi terhadap teks untuk
dicari maknanya terkait erat dengan hermeneutika. Hermeneutika teks dalam
konteks diri manusia dengan relasi sosialnya dan dalam relasi berbahasa dan
berelasi sistem tanda itulah dirumuskan ‘siapa aku/diri ini dan siapa diri
yang lain itu?’
Dalam bahasa Yunani adalah hermeneutikos,
berasal dari kata hermeneuo yang artinya menafsir. Kata ini diambil dari kata
Hermes, yaitu nama dewa Yunani yang tugasnya mebawa berita-berita kepada
manusia. Dalam bahasa Ibrani adalah pathar, yang artinya menafsir. Kata
ini paling umum digunakan dalam menafsirkan mimpi berwujud simbol yang artinya
tidak jelas. Dalam bahasa Arab ada istilah tafsir, takwil, tarjim dan
tadabbur. Tafsir bermakna penjelasan , takwil bermakna alih makna yang bisa
diterima akal, tarjim bermakna alih bahasa dan tadabbur bermakna merenungkan.
Ilmu yang mempelajari teori-teori, prinsip-prinsip
atau aturan-aturan dan metode-metode penafsiran. (L. Berkhof). Seni yang
menguji kemampuan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip penafsiran. Ilmu yang
mempelajari keseluruhan proses penafsiran, terutama dalam dimensi spiritual
bagi kepentingan pertumbuhan rohani penafsir. Eksegesis: penerapan prinsip. Eksposisi:
penguraian hasil eksegesis. Tujuan mempelajari hermeneutic diantaranya: Sebagai
pengetahuan, sebagai alat, untuk pertumbuhan rohani, sebagai tindakan preventif
dan untuk tujuan eksposisi.
Aliran-aliran dalam penafsiran atau penyelidikan
naskah terus berkembang seiring perkembangan zaman. Metode penafsiran dari
kelompok-kelompok tertentu mengikuti aliran-aliran tertentu. Diantara
aliran-aliran yang timbul dan berkembang tersebut akhirnya dapat
digolong-golongkan sebagai berikut:
1.
Metode Alegoris
2.
Metode Mistis
3.
Metode Perenungan
4.
Metode Rasional
5.
Metode Literal
Sedangkan tokoh-tokoh hermeneutic diantaranya:
´
Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher
(1768 - 1834) Jerman
Romantisis. Ia yang
memperluas pemahaman hermeneutika dari sekedar kajian teologi menjadi
metode memahami dalam pengertian filsafat. Dalam upaya memahami wacana ada
unsur penafsir, teks, maksud pengarang, konteks historis dan konteks kultural.
´
Wilhelm Dilthey (1833 - 1911) Jerman
Metodis. Proses pemahaman bermula dari
pengalaman, kemudian mengekspresikannya. Pengalaman hidup manusia merupakan
sebuah neksus struktural yang mempertahankan sebagai sebuah kehadiran masa
kini.
´
Edmund Husserl (1889 - 1938) Ceko
Fenomenologis. Proses pemahaman yang benar harus mampu
membebaskan diri dari prasangka, dengan membiarkan teks berbicara sendiri. Oleh
sebab itu, menafsirkan sebuah teks berarti secara metodologis mengisolasikan
teks dari semua hal yang tidak ada hubungannya , termasuk bias-bias subjek
penafsir dan membiarkannya mengomunikasikan maknanya sendiri pada subjek
´
Martin Heidegger (1889 - 1976) Jerman
Dialektis. Pemahaman sebagai sesuatu yang muncul dan sudah ada mendahului
kognisi. Oleh sebab itu, pembacaan atau penafsiran selalu merupakan pembacaan
ulang atau penafsiran ulang.
´
Hans-George Gadamer (1900 - 2002) Jerman
Dialogis. Pemahaman yang benar adalah pemahaman
yang mengarah pada tingkat ontologis, bukan metodologis. Artinya, kebenaran
dapat dicapai bukan melalui metode, tetapi melalui dialektika dengan mengajukan
banyak pertanyaan. Dengan demikian, bahasa menjadi medium sangat penting bagi
terjadinya dialog.
´
Jurgen Habermas (1929) Jerman
Kritis. Pemahaman didahului oleh kepentingan.
Yang menentukan horison pemahaman adalah kepentingan sosial yang melibatkan
kepentingan kekuasaan interpreter. Setiap bentuk penafsiran dipastikan ada bias
dan unsur kepentingan politik, ekonomi, sosial, suku dan gender.
´
Paul Ricoeur (1913) Perancis
Simbolis. Ada perbedaan interpretasi antara teks
tertulis dan percakapan. Makna tidak hanya dimbil menurut pandangan hidup
pengarang, tetapi juga menurut pengertian pandangan hidup dari pembacanya.
´
Jacques Derrida (1930) Aljazair
Dekonstruksionis. Setiap upaya menemukan makna selalu
menyelipkan tuntutan bagi upaya membangun relasi sederhana antara petanda dan
penanda. Makna teks selalu mengalami perubahan tergantung konteks dan
pembacanya.
Sejarah perkembangan hermeneutic berikut ini:
Ilmu Hermeneutik adalah ilmu yang cukup baru, dikenal
sekitar tahun 1567 M. Namun demikian prinsip-prinsip Hermeneutika sebenarnya
sudah dikenal sejak zaman diaspora, yaitu masa pembuangan bangsa Israel. Oleh
karena itu untuk mempelajari sejarah hermeneutik harus kembali paling tidak
lima abad sebelum Isa Al-Masih lahir:
A.
Hermeneutik Yahudi
B.
Hermeneutik Apostolik
C.
Hermeneutik Bapak-Bapak Gereja
D.
Hermeneutik Abad Pertengahan
E.
Hermeneutik Reformasi
F.
Hermeneutik Pasca-reformasi
G.
Hermeneutik Modern
0 Comments