Tidak semua
yang baik adalah benar, dan hanya sedikit kebenaran yang berakhir kebaikan.
Sebuah pilihan harus didasari dengan analisis yang matang, sehingga dugaan yang
muncul sebisa mungkin mendekati kebenaran. Terkadang banyak orang yang terlalu
cepat dalam membuat keputusan. Indera sering kali tertutupi oleh tabir yang
dibuat oleh diri sendiri. Kebenaran sebagai cahaya Illahi sering kali
dimanipulasi untuk mencapai hasrat, keinginan, kepentingan, dan kepuasan diri.
Hasrat,
harapan, keinginan, adalah kekuatan penggerak dari seluruh manusia. Setiap
langkah menentukan pijakan sebagai batas pembeda. Banyak orang menjalani hidup
dan mereka begitu menginginkan banyak hal. Begitulah realitas yang terjadi,
keinginan membuat setiap jiwa menembus berbagai hal untuk mengejar apa yang
diinginkannya. Pergulatan keinginan dan goresan kepentingan yang lahir dari
setiap jiwa menorehkan peristiwa menarik dalam hidup. Namun, apakah setiap
manusia mengetahui kemana arah dan langkah kakinya?
Beragam
cerita beribu kisah sebagai pengantar dalam menyikapi reinkarnasi peristiwa
yang terjadi, menentukan perjalanan hidup manusia. Dari berjuta narasi
perjalanan hidup manusia hanya ada dua arah yang akan dilalui setiap manusia,
kesulitan dan kemudahan. Banyak manusia yang menginginkan jalan terbaik dalam
hidupnya. Namun, mayoritas manusia hanya hidup dalam dunia ide. Keinginan
selamanya menjadi angan-angan ketika tidak ada daya upaya dalam
mengaktualisasikan setiap potensi yang ada dalam diri. Sungguh kita tidak
berdosa untuk bermimpi besar, namun kita menjadi bersalah ketika bangun
kemudian tidur lagi untuk melanjutkan mimpi-mimpi itu.
Mengatasi
kegalauan dan ketidakpastian tujuan hidup yang membingungkan, setiap manusia
harus melangkah dengan pasti agar memperoleh kemerdekaan hidup yang hakiki. Ada
dua langkah yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Langkah pertama menuju
langit, yaitu perjalanan ketauhidan yang dialami oleh setiap manusia. Dan
langkah kedua kembali menuju bumi, yaitu perjalanan jati diri. Percaya pada
diri sendiri dan percaya bahwa Tuhan berada dalam diri serta percaya bahwa
tidak ada satu pun yang mampu menghalangi kehendak Tuhan.
Namun, sampai
batas mana setiap manusia mampu melakukan perjalanan tersebut? Ketika langkah
pertama tidak mampu dilalui manusia, maka yang terjadi adalah krisis identitas.
Who am I? Setiap manusia akan mempertanyakan jati dirinya. Ketika
pertanyaan tersebut semakin luntur dan dilupakan, maka sudah dipastikan bahwa
manusia tersebut semakin jauh dari sumber kehidupan. Dia tidak tahu apa,
mengapa, dan untuk apa dia hidup. Sehingga karakter dan tingkah lakunya membawa
kerusakan dan mengkhawatirkan. Na’udzubillah min dzaalik.
Krisis
identitas itulah yang menjadikan dunia ini terus bergejolak. Berbagai peristiwa
yang terjadi dilatarbelakangi dari ketidakmampuan manusia dalam melakukan
langkah pertama. Itulah yang menjadi target utama pihak-pihak yang berencana
menguasai dunia. Menghancurkan generasi-generasi muda dengan berbagai doktrin.
Tidak heran jika banyak generasi muda ketika masuk dalam dunia kampus, berubah
sikap dan tingkah lakunya. Ada juga pemuda yang merelakan dirinya untuk
diledakkan.
Lantas,
apakah kampus sebagai tempat yang begitu mengerikan? Tentu tidak. Kampus
sebagai tempat menempa diri, mengukir prestasi, dan melukiskan kehidupan di
lembar sejarah manusia. Namun ketika segala sesuatu harus dikritisi oleh pemuda
dengan status mahasiswa, maka yang terjadi adalah penggulingan adat. Tidak
semua hal bisa dirasionalkan atau dipertahankan seperti zaman dahulu. Setiap
ruang ada tempatnya, setiap masa ada waktunya dan setiap zaman ada tokohnya.
Kita harus mempertahankan budaya-budaya lama yang baik dan mengambil
budaya-budaya baru yang lebih baik.
Maka untuk
menyeimbangkan dan menstabilkan diri, seseorang perlu berdzikir, berpikir dan
beramal sholeh, bukan hanya sekali melainkan berkali-kali hingga menjadi sebuah
kebiasaan. Seperti halnya permainan poker dalam setiap pertemuan dalam
persimpangan pergerakan. Kombinasi dari ketiga unsur tersebut menghasilkan
sebuah titik-temu yang mengantarkan ketenangan setiap jiwa dalam setiap
geraknya. Tentu dzikir, piker dan amal sholeh dalam rangka melestarikan budaya
lama yang baik yaitu sedikit makan, sedikit tidur dan mandi sebelum subuh.
0 Comments