Dalam rangka menyambut Nyepi
Tahun Baru Saka 1940 pada Sabtu (17/3), komunitas Hindu di Surabaya
menyelenggarakan serangkaian kegiatan dengan misi Melalui Catur Brata Penyepian
Kita Tingkatkan Solidaritas Umat Sebagai Perekat Keberagaman Dalam Menjaga
Keutuhan NKRI.
Rangkaian kegiatan tersebut dimulai
dengan Tawur Agung di Tugu Pahlawan pada Jumat (16/3). Menurut Ketua Parisadha
Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Surabaya, I Wayan Suraba, Mecaru atau Tawur Agung
bermakna permohonan kepada Tuhan Hyang Widi agar keseimbangan alam senantiasa
terjaga.
Usai Tawur Agung di Tugu Pahlawan,
dilanjutkan dengan pawai Ogoh-Ogoh dari Pura Segara Kenjeran. Ada 12 Ogoh-Ogoh
yang diarak mulai Pura Segara Kenjaran hingga Jembatan Surabaya. Makna dari
pawai Ogoh-Ogoh adalah sebuah refleksi pada diri manusia dimana ego, nafsu,
angkara murka, dengki, iri hati, itu ada di dalam diri yang dilambangkan dengan
wujud Ogoh-Ogoh. Manfaatnya sebagai pembelajaran bahwa sangat penting bagi
manusia untuk mengendalikan diri dari ego dan nafsu itu yang tercermin dalam
karakter mengerikan Ogoh-Ogoh.
Uniknya dalam acara ini, Ogoh-Ogoh
dikawal oleh Reog dan Barongsai. Selain itu, peserta pawai juga tidak hanya
dari umat Hindu saja, tapi juga oleh para pemuda muslim yang tinggal di
Kompleks TNI Angkatan Laut Kenjeran. Pawai dimulai dengan pertunjukan Tari
Rejang Renteng dan diakhiri dengan drama kolosal Mandara Giri oleh seribu umat
Hindu di Jembatan Surabaya. Kemudian diakhiri dengan peleburan atau pembakaran
Ogoh-Ogoh.
0 Comments