Lir Ilir (Sunan Kalijaga)



Perjalanan hidup terkadang tak selalu seperti apa yang kita inginkan, bahkan jauh dari apa yang kita harapkan. Sadarlah! Segera bangkit dari keterpurukan, tetap melangkah menghadapi segalanya dengan hati tenang. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, agar senantiasa siap menghadap Ilahi .

The journey of life sometimes is not always what we want, even far from what we expect. Be aware! Immediately rise from adversity, keep moving forward facing everything calmly. Every cloud has a silver lining. Fix the faults we have made in the past to get the true happiness to be ready coming back to the almighty God.

Lir-ilir, lir-ilir
Sadarlah, sadarlah

Tandure wus sumilir
Tanaman sudah bersemi

Tak ijo royo-royo
Demikian menghijau

Tak sengguh temanten anyar
Bagaikan pengantin baru

Cah angon, cah angon
Anak gembala, anak gembala

Penekno blimbing kuwi
Panjatlah (pohon) blimbing itu

Lunyu-lunyu penekno
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat

Kanggo mbasuh dodotiro
Untuk membasuh pakaianmu

Dodotiro, dodotiro
Pakaianmu, pakaianmu

Kumitir bedah ing pinggir
Terkoyak-koyak di bagian samping

Dondomono, jlumatono
Jahitlah, benangilah

Kanggo sebo mengko sore
Untuk menghadap nanti sore

Mumpung padhang rembulane
Kesempatan bulan bersinar terang

Mumpung jembar kalangane
Kesempatan banyak waktu luang

Yo surako surak iyo
Bersoraklah dengan sorakan iya

Maksud dari tembang lir ilir ini adalah sebuah ajakan bahwa kita sebagai umat manusia diminta sadar, bangun dari keterpurukan atau kemalasan untuk lebih mempertebal iman, dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Ada dua pilihan, tetap tidur dan tersungkur membiarkan tanaman iman mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar sehingga mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

. Meminta si anak gembala untuk memetik buah blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu, menggambarkan rukun Islam dan Pancasila sebagai landasan hidup. Disebut anak gembala karena Allah telah memberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu hati. Bisakah seseorang menggembalakan hati dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuat? Untuk memetik buah belimbing yang bergerigi lima itu anak gembala harus memanjat pohon belimbing. Meskipun licin dan susah, harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dengan sekuat tenaga. Apapun halangan dan resikonya, harus tetap berusaha menjalankan rukun Islam dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa gunanya? Untuk mencuci pakaian, memperbaiki dan mempertebal iman dan taqwa.

Pakaian pasti terkoyak dan berlubang sana-sini, untuk itu agar selalu memperbaiki dan membenahinya agar selalu siap memenuhi panggilan kehadirat Allah kapan saja. Oleh karena itu, kita diharapkan melakukan hal-hal di atas ketika masih sehat dan masih mempunyai banyak waktu luang, dilambangkan dengan terangnya bulan. Akhirnya, jika ada yang mengingatkan, maka jawablah iya dengan bersemangat.

Post a Comment

0 Comments