Perjalanan hidup terkadang
tak selalu seperti apa yang kita inginkan, bahkan jauh dari apa yang kita
harapkan. Sadarlah! Segera bangkit dari keterpurukan, tetap melangkah
menghadapi segalanya dengan hati tenang. Semua yang terjadi pasti ada
hikmahnya. Memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu untuk mendapatkan
kebahagiaan yang hakiki, agar senantiasa siap menghadap Ilahi .
The journey of life sometimes
is not always what we want, even far from what we expect. Be aware! Immediately
rise from adversity, keep moving forward facing everything calmly. Every cloud
has a silver lining. Fix the faults we have made in the past to get the true
happiness to be ready coming back to the almighty God.
Lir-ilir,
lir-ilir
Sadarlah,
sadarlah
Tandure
wus sumilir
Tanaman
sudah bersemi
Tak ijo
royo-royo
Demikian
menghijau
Tak
sengguh temanten anyar
Bagaikan
pengantin baru
Cah
angon, cah angon
Anak
gembala, anak gembala
Penekno
blimbing kuwi
Panjatlah
(pohon) blimbing itu
Lunyu-lunyu
penekno
Biar
licin dan susah tetaplah kau panjat
Kanggo
mbasuh dodotiro
Untuk
membasuh pakaianmu
Dodotiro,
dodotiro
Pakaianmu,
pakaianmu
Kumitir
bedah ing pinggir
Terkoyak-koyak
di bagian samping
Dondomono,
jlumatono
Jahitlah,
benangilah
Kanggo
sebo mengko sore
Untuk
menghadap nanti sore
Mumpung
padhang rembulane
Kesempatan
bulan bersinar terang
Mumpung
jembar kalangane
Kesempatan
banyak waktu luang
Yo surako
surak iyo
Bersoraklah
dengan sorakan iya
Maksud
dari tembang lir ilir ini adalah sebuah ajakan bahwa kita sebagai umat manusia
diminta sadar, bangun dari keterpurukan atau kemalasan untuk lebih mempertebal
iman, dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau.
Ada dua pilihan, tetap tidur dan tersungkur membiarkan tanaman iman mati atau
bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar sehingga
mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
. Meminta
si anak gembala untuk memetik buah blimbing yang diibaratkan perintah salat
lima waktu, menggambarkan rukun Islam dan Pancasila sebagai landasan hidup.
Disebut anak gembala karena Allah telah memberikan sesuatu untuk digembalakan
yaitu hati. Bisakah seseorang menggembalakan hati dari dorongan hawa nafsu yang
demikian kuat? Untuk memetik buah belimbing yang bergerigi lima itu anak
gembala harus memanjat pohon belimbing. Meskipun licin dan susah, harus tetap
memanjat pohon belimbing tersebut dengan sekuat tenaga. Apapun halangan dan
resikonya, harus tetap berusaha menjalankan rukun Islam dan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Lalu apa gunanya? Untuk mencuci pakaian, memperbaiki dan
mempertebal iman dan taqwa.
Pakaian pasti
terkoyak dan berlubang sana-sini, untuk itu agar selalu memperbaiki dan
membenahinya agar selalu siap memenuhi panggilan kehadirat Allah kapan saja. Oleh
karena itu, kita diharapkan melakukan hal-hal di atas ketika masih sehat dan
masih mempunyai banyak waktu luang, dilambangkan dengan terangnya bulan.
Akhirnya, jika ada yang mengingatkan, maka jawablah iya dengan bersemangat.
0 Comments