Tidak ada keraguan pada Pancasila. Pancasila bukan ciptaan seorang tokoh, melainkan saripati adat istiadat masyarakat Nusantara yang adiluhung. Sebuah konsensus yang tidak untuk dipaksakan, tetapi telah dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka sebenarnya menjadi Pancasila adalah upaya menemukan jati diri. Kesejatian inilah yang menciptakan sebuah kebijaksanaan dalam perilaku dan kedamaian dalam pikiran. Warna-warni budaya Nusantara dengan senyuman di setiap bibir masyarakatnya, menunjukkan keteguhan hati bahwa perbedaan tidak untuk disamakan, tetapi perlu disatukan.
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai kesepakatan pertama dan utama.
Pertama sebagai consensus negara dan utama bahwa muara dari kehidupan adalah
zat yang tak bisa diibaratkan dengan segala sesuatu, tan kena kinaya ngapa. Tidak
berlebihan jika dinyatakan bahwa puncak kecerdasan masyarakat gemah ripah
loh jinawe adalah keindahan berbudaya dan puncak dari kebudayaan adalah
kepasrahan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pancasila dan agama adalah sesuatu yang berbeda dan tidak bisa
disamakan. Dua hal yang berbeda dengan fungsi masing-masing. Dua esensi yang
saling bertautan dengan tujuan memanusiakan manusia. Pedoman bagi manusia untuk
hidup dan berkehidupan. Ibarat bangunan, agama adalah menara. Simbol hubungan
vertical manusia dengan Tuhannya. Menara-menara itu bernama Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, Konghucu dan Penghayat. Menara yang menuju kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sedangkan Pancasila adalah jembatan yang menghubungkan antarmenara.
Sebagai hubungan horizontal manusia dengan manusia. Bahwa untuk naik menuju
Tuhan, manusia membutuhkan bantuan sesame manusia.
Kemanusiaan yang beradab. Keindahan berbudaya tidak akan
terwujud tanpa adanya kreativitas manusia. Kreativitas tersebut akan muncul
ketika manusia merasa aman dan nyaman. Untuk menciptakan keamanan dan
kenyamanan tersebut, maka nilai-nilai kemanusiaan perlu dijunjung tinggi. Adil
terhadap sesame akan mewujudkan sebuah peradaban yang adiluhung.
Peradaban agung itu bernama Indonesia. Sebuah Negara yang
terbentuk atas perasaan senasib seperjuangan. Terdiri dari bangsa-bangsa yang
mengikat diri dalam sebuah perjanjian Bhinneka Tunggal Ika. Beda itu
pasti, damai itu pilihan. Keragaman sebagai kodrat yang telah diberikan oleh
Tuhan dan tak harus disamakan. Namun, perbedaan-perbedaan itu perlu dirangkai
dan disatukan menjadi sebuah kesatuan yang indah dan menawan. Ibarat sebuah
bilangan pecahan, terdiri dari pembilang dan penyebut. Pembilang sebagai symbol
dan identitas kesukuan. Sedangkan penyebut yang menyatukan bilangan sehingga bisa
dioperasikan, itulah Persatuan Indonesia.
Proses dalam menyatukan masyarakat dengan cara musyawarah untuk
menghasilkan mufakat. Mufakat tersebut berasal dari hati nurani setiap
individu. Individu-individu berkumpul dan mengirimkan wakilnya untuk menyuarakan
pendapat dari kelompoknya. Siklus tersebut terus berputar hingga menghasilkan
kesepakatan bersama. Kesepakatan tersebut dijalankan dengan senyuman dan
kebersamaan. Diawasi oleh para pelayan masyarakat dengan arif dan bijaksana .
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Kebaikan dan kehendak bersama mewujudkan suatu keadilan social
bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan-keadilan tersebut terwujud dengan
terjaganya hak hidup setiup individu, hak kehormatan, hak milik dan hak-hak
kemanusian lain. Sadar bahwa setiap manusial berasal dari sumber yang sama.
Kesadaran yang mengantarkan kita mewujudkan masyarakat paripurna. Inilah
Indonesia, situs dengan kemajukan terkompleks di dunia.
0 Comments