Menjadi Pemain atau Supporter?


Dalam granatisme telah saya jelaskan bahwa tidak ada manusia yang mampu menguasai berbagai keahlian sekaligus. Manusia adalah makhluk monopoligos, dia harus menguasai satu hal dan mampu mengintegrasikan kemampuannya dengan kemampuan orang lain. Seseorang akan menciptakan sesuatu hanya jika menyukainya dan akan menciptakan sesuatu yang luar biasa hanya  jika mencintainya.

Pengetahuan yang ada dalam diri manusia adalah pancaran cahaya dari Yang Mahatahu. Kita tidak mampu menyerap semua cahaya itu dan berkewajiban memantulkan sinar itu untuk menyinari kegelapan. Maka, tidak ada orang pintar di dunia ini, yang ada hanyalah orang yang belum menemukan jalannya. Belum menemukan ke arah mana seharusnya memantulkan cahaya.

Yang perlu dibenahi dalam pendidikan adalah mentalitas mencari. Banyak orang yang menganggap pendidikan formal sebagai jalan utama dalam memperoleh pengetahuan. Tetapi tidak demikian, itu hanyalah cabang jalan yang mengarah pada jalan utama. Apakah jalan utama itu? Ia adalah kemauan. Semangat untuk terus mencari. Mencari dan terus mencari. Tanpa henti menyingkirkan setiap aral yang menghadang. Tidak tergiur dengan prestasi yang diperoleh orang lain, dalam arti selalu mudah berubah pikirah. Tanyakan pada diri kita sendiri, di mana bidang yang memang menjadi pembeda abadi kita di muka bumi ini.

Menjadi pemain dalam satu hal dan menjadi supporter pada semua hal. Kita tidak boleh antipati atau menafikan segala bentuk ilmu pengetahuan, tetapi kita harus memilih hal yang memang benar-benar kita adalah bagian dari hal itu. Di posisi manakah diri kita? Hanya Tuhan dan diri kita sendiri yang tahu, bukan orang lain. Cara mudah untuk mendeteksi diri kita adalah menganalisis di bidang apa orang-orang di sekitar memerlukan bantuan kita. Pilihlah satu hal dan kolaborasikan dengan orang lain serta dukunglah setiap pengetahuan walaupun kita tidak menguasainya. Demi kemajuan peradaban umat manusia.





Surabaya, 16 April 2015

Post a Comment

0 Comments