Penciptaan manusia berasal dari
saripati tanah. Dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi makhluk yang disebut
manusia. Konon, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Kesempurnaan
manusia itu dikarenakan adanya dua hal yang selamanya tidak akan bersatu, nafsu
dan akal. Saling serang, saling serbu, dan saling memberikan hegemoni pada
suatu daerah netral, hati. Dengan hati inilah indikator kebenaran.
Manusia akan lebih baik dari
malaikat jika aktivitasnya dikendalikan oleh akal. Secara fisik dapat
digambarkan dengan bagian tubuh atas, mulai leher hingga ujung rambut. Namun,
manusia akan lebih hina dari pada hewan jika mayoritas aktivitasnya
dikendalikan oleh nafsu. Digambarkan dengan tubuh bagian bawah dari leher hingga
ujung kuku, karena tidak ada bedanya dengan bagian tubuh hewan.
Mengenai nafsu disebutkan dalam
syair Burdah bait ke-18, “...nafsu itu
seperti bayi, kalau dibiarkan menyusu sampai tua pun akan terus menyusu….”. Bukan
berarti selamanya nafsu itu berkaitan dengan segala sesuatu yang negatif,
tetapi nafsu itu harus selalu ada dalam diri manusia dengan pengendalian yang
konsisten. Karena dengan nafsu inilah manusia menjadi manusia yang sempura jika
mampu mengendalikannya.
Dalam menjalani hidup di dunia, antara
nafsu dan akal masih bisa bersepakat dalam hal kebutuhan (basic need). Masing-masing membutuhkan hal di luar eksistensi
manusia. Sehingga manusia dalam hidupnya tidak akan pernah terlepas dari basic need. Manusia akan senantiasa
memenuhi kebutuhannya. Baik itu kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.
Setiap individu pasti berbeda, tergantung perbandingan luas wilayah antara
nafsu dan akal.
Manusia adalah sama dari kacamata Tuhan
dalam hubungan sosial. Apakah Islam. Kristen, Hindu, Budha, atau Yahudi sekali
pun. Walau mempunyai akidah yang berbeda, semuanya sama dalam hubungan sosial.
Menginginkan ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Brotherhood
(persaudaraan) mutlak menjadi unsur lintas agama, negara, etnis dan budaya yang
diharapkan mampu menjaga bumi agar senantiasa berputar. Brotherhood menjadikan manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu khalifah fil ardhi.
Manusia hidup hanyalah sekedar
mencari bekal untuk kembali ke rumah. Terlepas dari berbagai tujuan yang setiap
orang mempunyai orientasi yang berbeda-beda. Harta, jabatan, dan pengetahuan
merupakan beberapa hal yang paling dicari oleh manusia. Namun pada hakikatnya
semua itu tidak ada gunanya jika manusia lupa akan hakikat dirinya. Kekayaan
yang menjadi primadona dan indikator kesuksesan masa kini, menjadikan boomerang
yang akan menjerumuskan ke dalam jurang kenistaan. Jabatan yang diagungkan dan
pengetahuan yang dituhankan pun demikian, setali tiga uang.
Manusia tidak bisa melakukan segala
hal. Namun, manusia diberi kesempatan untuk memberikan yang terbaik. Tergantung
bagaimana kita menjalankan versi hidup kita masing-masing. Kita adalah sama
adanya di muka bumi. Menjadi manusia hakiki dengan berbagai orientasi hidup
sekunder. Lantas apa tujuan primer manusia menjalani hidup di dunia? Menjadi
manusia bermartabat, yaitu dengan merubah paradigma lama menjadi paradigma
baru.
Indikator kesuksesan dilihat dari
seberapa besar menggunakan kekayaan untuk membantu sesama, menggunakan
kekuasaan untuk membela yang tertindas, dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang diberikan
Tuhan. Tentu masih banyak jalan untuk menjadi manusia bermartabat. Tergantung
bagaimana kita menjalani versi hidup kita masing-masing. Memberikan yang
terbaik dalam setiap kesempatan.
0 Comments