Kunjungan siswa Madrasah Aliyah Al-Amiriyah Banyuwangi ke kantor
PWNU Jawa Timur siang ini berlangsung meriah. Adik-adik sangat antusias dalam
mengikuti jalannya acara. Kunjungan ini merupakan rangkaian Praktek Kerja
Lapangan yang diselenggarakan madrasah untuk siswa jurusan agama. Setelah dari
sini, rombongan akan melanjutkan studi ke Kompleks Makam Sunan Ampel untuk
lebih mendalami falsafah Moh Limo Kanjeng Sunan Ampel.
Banyuwangi, dikenal sebagai Blambangan di masa lalu, kampung
halaman Joko Samudro (Sunan Giri Kecil). Menurunkan Sayyid Abdullah yang lebih
dikenal dengan Joko Tingkir. Demikian garis keturunan K.H Hasyim Asy’ari hingga
sampai kepada Gus Dur. Sosok sederhana yang fotonya bisa kita temukan di
seluruh rumah ibadah agama apapun.
Joko Samudro, putra Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu, cucu Raja
Blambangan yang merupakan cicit dari Prabu Brawijaya, Raja Majapahit terakhir.
Ditemukan di tengah samudera perairan Gresik oleh seorang nelayan dan diambil
anak oleh Nyai Ageng Pinatih, ibu kandung Syaikh Manganti (Syaikh Manganti adik
tiri Sunan Giri).
Diskusi siang ini membahas tentang peran Kiai dan Santri dalam
merebut dan mengisi kemerdekaan. Bermula dari Ir.Sukarno yang bertanya kepada
K. H. Hasyim Asy’ari terkait hokum melawan penjajah, maka tercetuslah Resolusi
Jihad. Dari sinilah cikal bakal pertempuran 10 Nopember, yang kini diperingati
sebagai Hari Pahlawan. Di kota ini juga sebagai awal mula gerakan santri yang
menentang ide penggusuran makam Rasulullah dan jejak-jejak Islam lainnya.
Singkat cerita, tidak perlu menjelekkan orang untuk menyatakan
karya kita yang terbaik. Sesama muslim adalah saudara. Kalaupun tidak seiman,
kita adalah saudara sebangsa dan setanah air. Kalaupun bukan keduanya, kita
sama-sama manusia, masterpiece Tuhan Yang Maha Esa. Bagaimanapun keadaan orang
tua, orang tua tetaplah orang tua yang wajib dihormati. Lapang dada menyikapi
perbedaan sebagai kunci menghadapi dunia modern yang penuh tipu muslihat.
Aswaja
Center PWNU Jatim
Rabu, 18
April 2018
0 Comments