Merangkai Makna, Meyusun Karya, Menjadi Indonesia (Part 7)

Sri Mulyani* - Program Beasiswa LPDP merupakan salah satu langkah pemerintah untuk menyiapkan kader-kader bangsa yang mempunyai keahlian dan keilmuan yang mumpuni, juga siap untuk mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa. Sri Mulyani berpesan agar awardee terutama yang ke luar negeri untuk kembali ke Indonesia dan Bersama membangun Indonesia. Seperti yang tertera dalam nilai-nilai dasar LPDP yaitu, Integritas, Profesional, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan. Dari nilai-nilai dasar ini, awardee terus digembleng agar nilai-nilai ini benar-benar tertanam di dalam hati para awardee LPDP.

Bukti pengabdian para penerima beasiswa kepada negara harus diberikan dalam bentuk pemikiran, kerja keras, dan prestasi untuk kemajuan masyarakat. Dan yang paling penting berikan hati hanya untuk Indonesia. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa beasiswa Afirmasi Santri itu merupakan amanat langsung dari Presiden RI dan Wakil Presiden agar penyaluran beasiswa Pendidikan lebih merata.

Sebagai penggagas beasiswa LPDP, Sri Mulyani memulai pengarahan dengan menyampaikan betapa penting dan strategisnya peran yang mesti diambil oleh penerima beasisswa LPDP. Beasiswa ini merupakan beasiswa yang bersumber dari uang rakyat. Pajak dari rakyat adalah sumber utama pendanaan beasiswa ini. Negara, melalui pemerintah telah memilih skema kebijakan ini demi menjamin kualitas Indonesia di masa depan. Belanja yang sangat besar untuk alokasi beasiswa ini, diambil sebagai pilihan investasi demi kemajuan bangsa.  Oleh karena itu, setiap awardee harus sadar akan posisi ini. Semua awardee harus memanfaatkan beasiswa ini dengan belajar secara serius, disiplin, dan penuh percaya diri.

Sikap ini merupakan pondasi utama bagi tercapainya tujuan dalam menempuh pendidikan. Tidak sepatutnya, penerima beasiswa ini bersikap malas-malasan. Setiap awardee adalah bagian kecil dari warga Indonseia terbaik yang telah dipilih melalui seleksi yang sangat ketat. Memang, procrastinating (sikap menunda-nunda pekerjaan) adalah kecenderungan umum setiap orang. Namun, sebagai orang terpilih, tidak sepatutnya awardee LPDP melakukannya. Malas adalah karakteristik orang kalah, yang tidak pantas melekat pada penerima beasiswa LPDP.

“Disiplin, adalah hal berikutnya yang harus menjadi watak awardee LPDP. Sikap disiplin akan melatih kita untuk bisa secara baik dalam malakukan managemen waktu. Tidak mungkin kita bisa menyelesaikan hal-hal besar dengan kualitas baik, jika kita tidak melakukan manajemen waktu secara disiplin. Ketika menempuh studi di luar negeri, saya adalah seorang Ibu dari seorang anak yang masih mebutuhkan ASI, dan saya komitmen untuk memenuhinya. Saya juga adalah seroang istri, sekaligus seorang mahasiswa yang harus mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk. Namun komitmen dan berdisiplin pada diri sendiri adalah kunci utama, sehingga saya bisa melaluinya dengan tuntas dan baik.” imbuhnya.

“Sikap confident (percaya diri) adalah sikap ketiga yang harus dimiliki awardee LPDP. Allah menganugerahkan kemampuan yang sama pada setiap manusia. Tidak ada perbedaan kemampuan antara orang-orang di negara maju dengan kita. Yang membedakan, seringkali adalah rasa rendah diri (inferior) yang menghantui kebanyakan kita. Padahal, penerima beasiswa LPDP adalah orang-orang yang sudah terseleksi dengan sangat ketat. Tidak ada alasan kalian merasa rendah diri.” lanjutnya.

Selanjutnya, Sri Mulyani menceritakan pengalamannya, mengalami semacam culture shock ketika pertama kali menjadi mahasiswa. Namun beliau berhasil mengatasi itu semua dengan berpikir terbuka, bergaul dengan semua orang, tidak takut untuk melakukan hal-hal baru, serta terbuka terhadap semua perbedaan. Dengan cara demikian, kita akan mengetahui siapa diri kita sebenarnya, dan juga orang lain. Pemahaman yang demikian akan membantu kita dalam menentukan sikap yang tepat sehingga goal utama kita terwujud dengan baik. Hal ini juga sangat membantu dalam membentuk networking yang sangat dibutuhkan di masa depan.

Jangan pernah bermental biasa, Republik Indonesia telah memilih. Membaur dengan tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia adalah kunci: 1) Jangan menjadi orang yang inferior ketika belajar, 2) percaya diri dalam mempelajari hal-hal baru dalam rangka mengembangkan cara berpikir, 3) bukalah hati dan pikiran untuk bergaul dan mendapat hidayah, 4) pelajaran tidak hanya text book tapi nilai-nilai kehidupan, 5) membangun silaturrahim dan menciptakan jejaring.

Manfaatkan rasa percaya diri Anda untuk belajar suatu hal yang baru dan jangan biarkan rasa takut menghambat hal itu. Pelajari negara tersebut dengan baik, harus bisa mengelola waktu dengan baik serta komitmen terhadap apa yang dicita-citakan. Penerima beasiswa LPDP dan generasi penerus bangsa lainnya harus memiliki kepercayaan diri untuk belajar sesuatu hal yang baru dan jangan biarkan rasa takut menghambat Anda untuk meraih mimpi.  Jika orang lain bisa,  maka kita pun pasti bisa. Beliau juga melarang kita menjadi pribadi yang eksklusif. Rajin dan memiliki target dalam belajar tidak menjadi halangan untuk tetap berbaur dengan masyarakat. Kehadiran di masyarakat menjadikan kita memahami bagaimana kehidupan dan tradisi yang ada di masyarakat tersebut, sehingga kita memiliki hati yang semakin kaya.

Dimanapun awardee nantinya mereka merupakan perwujudan Indonesia, dan harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Berterima kasih kepada orang-orang yang telah banyak berbuat baik dalam hidup kita, terutama orang tua, dalam proses belajar yang tidak pernah berakhir. Sri Mulyani juga berpesan untuk senantiasa memupuk dan memelihara rasa ingin tahu, karena keinginan untuk senantiasa belajar dan merasa tidak puas dengan keadaan saat ini menjadikan kita terus bersemangat untuk belajar.


* Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D (lahir di Bandar Lampung, Lampung pada tanggal 26 Agustus 1962) adalah perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini beliau mulai tanggal  1 Juni 2010 hingga beliau dipanggil kembali oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro. Beliau mulai menjabat lagi sejak 27 Juli 2016. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu. Ketika beliau menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia maka beliau pun meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan saat itu. Sebelum menjadi menteri keuangan, beliau menjabat sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia.  menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Beliau dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura. Beliau juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007.



Keberhasilan tidak diukur dari pengakuan orang lain atas karya kita, namun sesungguhnya keberhasilan adalah buah dari benih yang kita tanam dengan penuh cinta. Dimana pun cinta itu berlabuh, maka kebermanfaatan akan selalu tumbuh. Cinta hanyalah kata tanpa bukti, jika kebersamaan tak memberikan arti. Dan kebersamaan tak akan bermakna tanpa pengabdian dengan penuh cinta.
(Manuskrip Accra)

Post a Comment

0 Comments