Jangan sebut
aku perempuan sejati
jika hanya
berkalang lelaki
Tapi bukan
berarti aku tidak butuh lelaki
untuk aku
cintai
Nyai
Ontosoroh
(Pramoedya
Ananta Toer)
Tahukah Sahabat?
Feminisme kini
lebih dikenal dengan emansipasi wanita. Berawal dari sekelompok wanita Eropa
yang menginginkan kesetaraan dengan wanita dalam berbagai bidang. Peristiwa
tersebut yang menatarbelakngi adanya gerakan feminisme di Barat pada sejarah
awalnya. Dengan berbagai pergulatan yang sangat sulit dan pahit untuk membuahkan
hasil nyata sekitar tahun 1960-an.
Feminisme
mewujud seperti tubuh perempuan, yang tidak berpusat, yang tidak satu
terintegrasi, yang dapat membagi diri tanpa menjadi berkurang, yang dapat
menyatu tanpa kehilangan subyektivitasanya, yang karena berbeda maka saling
melengkapi. Feminisme bukanlah ideologi yang monopolitik, bahwa feminis tidak
berpikiran sama, dan bahwa seperti semua modus berpikir yang dihargai oleh
waktu, pemikiran feminis mempunyai masa lalu, masa kini serta masa depan.
Pengertian Feminisme
Secara etimologis kata feminisme berasal dari
bahasa Latin, yaitu femina yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan
menjadi feminine, artinya memiliki sifat-sifat sebagai perempuan.
Kemudian kata itu
mendapat imbuhan “ism”(sifat), yang berarti hal ihwal tentang perempuan. Sedangkan feminisme dalam pengertian luas yaitu gerakan kaum
wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan
direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik
dalam politik dan
ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya. Gerakan feminisme dilakukan untuk
mencari keseimbangan genderdengan membebaskan perempuan
dari rasisme, stereotyping,
seksisme, penindasan perempuan, dan phalogosentrisme.
Kelahiran Feminisme
Lahirnya
gerakan Feminisme yang
dipelopori oleh kaum
perempuan terbagi menjadi tiga gelombang dan
pada masing-masing gelombang
memiliki perkembangan yang sangat pesat. Diawali dengan kelahiran era
pencerahan yang terjadi di Eropa dimana Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis
de Condoracet sebagai pelopornya. Menjelang
abad 19 gerakan
feminisme ini lahir
di negara-negara penjajahan
Eropa dan memperjuangkan apa
yang mereka sebut
sebagai Universal Sisterhood.
Kata feminisme sendiri
pertama kali dikreasikan
oleh aktivis sosialis yaitu
Charles Fourier pada
tahun 1837. Kemudian pergerakan yang berpusat di Eropa
ini pindah ke Amerika dan berkembang pesat sejak adanya publikasi buku yang
berjudul ‘the subjection of women’ (1869) karya
John Stuart Mill,
dan perjuangan ini
menandai kelahiran gerakan
feminisme pada gelombang pertama. Memang
gerakan ini sangat
diperlukan pada saat
itu (abad 18) karena
banyak terjadi pemasungan
dan pengekangan akan
hak-hak perempuan.
Kemudian, setelah berakhirnya perang
dunia II, yang
ditandai dengan lahirnya Negara-negara baru yang terbebas dari penjajahan negara- negara
Eropa maka lahirlah
gerakan Feminisme gelombang
kedua pada tahun 1960 dimana fenomena ini mencapai
puncaknya dengan diikutsertakannya kaum
perempuan dan hak
suara perempuan dalam
hak suara parlemen.
Pada tahun ini
merupakan awal bagi
perempuan mendapatkan hak
pilih dari selanjutnya ikut mendiami ranah politik kenegaraan.
Feminisme liberal gelombang
kedua dipelopori oleh
para feminis Perancis seperti
Helene Cixous (seorang
yahudi kelahiran Algeria
yang kemudian menetap di Perancis) dan Julia Kristeva.
Setelah itu, lahirlah feminisme pada gelombang ketiga pada tahun 1990,
ditandai dengan adanya post feminisme dimana perempuan mulai menyadari
tentang kodrat mereka masing – masing. Pada gelombang ketiga inilah, perjuangan
wanita Indonesia juga menapaki gaungnnya. Seperti halnya Christina Marta
Tiahahu (Maluku), Nyi Ageng Serang (Jawa Tengah), Rohana kudus, Cut Nyak dien,
R.A. Kartini, Cut Meutia (Aceh), Maramis, Dewi Sartika dan lain-lain yang
menjadi tokoh pelopor emansipasi Indonesia pada masa kolonial. Beliau-beliaulah
penyeru semangat feminisme, memperjuangkan hak-hak perempuan di negeri ini.
Aliran-Aliran Feminisme
Dari sejarah munculnya feminisme mulai dari gelombang
pertama dan gelombang kedua, ada beberapa aliran feminisme yang mempunyai
definisi tersendiri sesuai dengan sejarah yang melatarbelakanginya.
Berikut macam macam alirannya
1. Feminisme Liberal
Merupakan pandangan untuk menempatkan
perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini
menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan
antara dunia privat dan publik. Setiap manusia demikian menurut mereka punya
kapasitas untuk berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada
perempuan. Akar ketertindasan dan keterbelakangan pada perempuan ialah karena
disebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harus mempersiapkan
diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka "persaingan
bebas" dan punya kedudukan setara dengan lelaki. Dan tokoh pada aliran ini
adalah Naomi Wolf, sebagai "Feminisme Kekuatan" yang merupakan
solusi.
2.
Feminisme Radikal
Aliran ini mempunyai ideologi
"perjuangan separatisme perempuan" yang muncul pada pertengahan tahun
1970 an . Aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi
sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan
kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki
terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada.
Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal".
3.
Feminisme Post-Modern
Pada aliran ini terdapat Ide Posmo yang
menurut anggapan mereka ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya
modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena
penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka
berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
4.
Feminisme Anarkis
Aliran ini lebih bersifat sebagai suatu paham
politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan
sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin
harus dihancurkan.
5.
Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam
kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari
eksploitasi kelas dan cara produksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan
menjadi landasan aliran ini status perempuan jatuh karena adanya konsep
kekayaaan pribadi (private property).
6.
Feminisme Sosialis
Aliran ini mempunyai sebuah faham yang
berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa Pembebasan Perempuan. Tak Ada
Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Dan mengatakan bahwa patriarki
sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme
runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan.
Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami
penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme
merupakan sumber penindasan perempuan.
7.
Feminisme Postkolonial
Aliran ini
mempunyai dasar pandangan yang berakar di penolakan universalitas pengalaman
perempuan. Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas
koloni) berbeda dengan prempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan
dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami
pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa,
suku, ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme
poskolonial yang pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan,
nilai-nilai, cara pandang, maupun mentalitas masyarakat. Beverley Lindsay dalam
bukunya Comparative Perspectives on Third World Women: The Impact of Race, Sex,
and Class menyatakan, “hubungan ketergantungan yang didasarkan atas ras, jenis
kelamin, dan kelas sedang dikekalkan oleh institusi-institusi ekonomi, sosial,
dan pendidikan.”
8. Ekofeminisme
Ekofeminisme termasuk aliran baru,
ekofeminisme cenderung menerima perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Mereka mulai percaya bahwa perbedaan gender bukan semata-mata produk konstruksi
sosial-budaya, tetapi intrinsic. Untuk meruntuhkan sistem-sistem patriarki,
mereka melakukan trasformasi sosial melalui perubahan internal yang evolusioner
dengan lebih meningkatkan kualitas kefeminimannya. Transformasi internal inilah
yang menumbuhkan kesadaran akan saling keterkaitan antarmanusia.
Feminisme Masa Kini
Setelah mengalami sejarah panjang, sekarang
feminisme mulai memasuki puncaknya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wanita
serta perempuan-perempuan muda memegang posisi yang penting dalam sebuah
organisasi, instansi, dan lembaga. Dengan ini bisa menunjukkan bahwa wanita
atau perempuan merupakan bagian penting dalam hal apapun. Tanpa perempuan
semuanya tidak akan berjalan seimbang. Dibalik lelaki yang sukses pasti ada
wanita hebat yang mendukungnya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa sebenarnya
perempuan lebih unggul dari pada laki – laki. Karena ia tidak hanya dapat
menjadi wanita karir saja, melainkan juga mengurus keperluan rumah tangga serta
menjadi pendidik terhebat dalam sejarah dunia. Contohnya mbak Maylia Erna,
seorang founder IWEC (Indonesia Writing Education Center) Surabaya.
Tokoh (Khofifah Indar Parawansa)
Khofifah
lahir di Surabaya, 19 Mei 1965. Ia menghabiskan masa kecil dan remajanya di
Surabaya yakni saat mengenyam pendidikan di SD Taquma pada (1972-1978), lalu
melanjutkan (1978-1981) di SMP Khodijah-Surabaya, dan pada tahun 1981 SMA
Khodijah-Surabaya dan tamat pada tahun 1984. Masih di Surabaya, Ia kemudian
melanjutkan pendidikanS1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Airlangga, Surabaya pada (1984-1991). Pada tahun 1993 barulah Ia berhijrah ke
Jakarta dengan mengambil S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, Jakarta dan lulus pada 1997.
Khofifah
memang sangat aktif dalam kegiatan sosial dan berbagai organisasi
kemasyarakatan. Beberapa penghargaan diraihnya karena aksi nyata yang Ia
lakukan tersebut. Salah satu penghargaan yang Ia dapatkan adalah penghargaan
sebagai tokoh penggerak masyarakat yang pernah diperoleh dari Islamic fair of
Indonesia tahun 2011/1433 H.
Nama
Khofifah Indar Parawansa mulai menyedot perhatian publik setelah membacakan pidato
pernyataan sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang Umum MPR 1998
lalu. Pidato tokoh politisi ini menjadi pidato kritis pertama terhadap
pelaksanaan Orde Baru dalam ajang formal nasional setingkat Sidang Umum MPR.
Keberanian,
sekaligus kecerdasan, Pariwansa dalam menghadirkan kritik terhadap pelaksanaan
rezim Orde Baru yang tengah berkuasa sekaligus menjadikan sosoknya sebagai
politikus yang disegani di tanah air. Pada 1992, ibu empat anak ini terpilih
sebagai anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1992 –
1998. Namun, perubahan peta politik pasca lengsernya rezim Orde Baru membuatnya
keluar dari PPP dan hijrah ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pada periode
1998-2000, beliau kembali menunjukkan
kiprahnya setelah dilantik sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa
pemerintahan Presiden K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Pada
awal 2013, nama mantan Kepala BKKBN periode 1999 – 2001 ini kembali muncul
dalam kancah politik nasional Indonesia saat maju dalam pemilihan Gubernur Jawa
Timur periode 2014 – 2019. Sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, ia
secara terus menerus menyerukan kepada warga Muslimat NU dan warga masyarakat
pada umumnya, di berbagai tempat dan kesempatan agar menjaga lingkungan hidup
dan terus menanam. Tugas itu dilakukan dalam rangka menjalankan komitmen
pelaksanaan Millenium Development Goals. Alhasil, pada tahun 2008 Ia sukses
membentuk Induk Koperasi. Khofifah juga dianggap sebagai inisiator Koperasi
An-Nisa’. Atas prestasinya ini Ia berhasil mendapatkan penghargaan dari Menteri
Koperasi dan UKM. Pada tahun 2013, Ia keballi menerima penghargaan serupa atas
prestasinya dibidang pemberdayaan koperasi.
Beliau
merupakan wanita dengan keberaniannya mampu mengubah paradigma bahwa wanita
selama ini hanya berada dibawah pengaruh laki-laki. Padahal jika bisa
bereksplorasi. Maka wanita bisa melakukan apa yang menjadi cita-citanya.
0 Comments