Kehidupan bagaikan perjuangan menapaki anak
tangga. Setiap kenaikan tingkat tentu ada ujian yang harus dihadapi, sebagai
tanda kemampuan dan memastikan bahwa tidak ada kekhawatiran untuk mengalami
kegagalan. Kegagalan tidak untuk ditakuti atau pun dihindari. Dan juga bukan
sebagai alasan untuk menghalalkan berbagai cara agar terhindar dari kegagalan
itu.
Dalam konteks kekinian, seluruh siswa tingkat
atas atau aliyah sedang melakukan Ujian Nasional. Dilema menyelimutu
pelaksanaan agenda tahunan ini. Selain peningkatan kemampuan, agenda ini
sebagai ajang pertaruhan kejujuran dan kecurangan. Di satu sisi ingin meraih
cita-cita, tetapi banyak orang yang melakukan berbagai cara demi meraih
cita-citanya. Terlepas dari percaturan itu, kita patut bangga atas kemajuan
teknologi di negeri ini, Ujian Nasional diselenggarakan secara online walaupun
hanya sebagian sekolah. Hal itu sebagai tanda bahwa pendidikan telah memasuki
babak baru. Semoga babak baru tersebut semakin sempurna, tidak mundur lagi.
Riuhnya pelaksanaan ujian nasional seiring
dengan perjalananku ke kota pahlawan. Tepat tengah hari, saya memacu motor
menyusuri jalan raya. Menyapu serbuan debu yang berterbangan, cukup membuat
setiap pengendara waspada. Tak kalah sengatan mentari menambah kejamnya
jalanan. Hampir 1,5 jam di jalanan, akhirnya sampai di tempatku memperoleh
pencerahan.
Tak butuh waktu panjang untuk istirahat, saya
segera berbenah. Membersihkan setiap kotoran yang berserakan. Tugas-tugas
perkuliahan juga tak lupa kubereskan. Sampai hari menutup malam, saya menikmati
hidangan novel Api Tauhid. Tampaknya saya berjodoh dengan novel ini. Sangat
luar biasa, memberikan motivasi bagi pemuda untuk tetap bersemangat dalam
menapaki tangga-tangga pendidikan. Mengenalkanku kepada beberapa tokoh yang
sangat luar biasa.
Lamongan, 13 April 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment