Berbicara pemuda,
maka tidak lengkap rasanya jika tidak membincangkan kelompok pemuda Surabaya
yang dikenal dengan Bonek. Namun, semua orang di seluruh pelosok Nusantara
ketika mendengar istilah Bonek, maka yang muncul dalam pikiran mereka adalah
kejahatan, kekerasan, keributan, anarki dan kerusakan. Mindset tersebut menjadi label Bonek karena ulah dan perilaku
mereka ketika beraksi, baik di dalam maupun di luar stadion. Kelompok pemuda
ini seakan tak pernah berhenti membuat sensasi. Padahal, Bonek mempunyai
sejarah panjang dalam pembentukan karakter revolusi mental. Esensi Bonek
selayaknya menjadi panutan, suri tauladan dan contoh bagi seluruh penduduk
Indonesia khususnya para pemuda, baik secara individu maupun kelompok.
Semangat pantang
menyerah, loyalitas dan kebersamaan sebagai sikap yang patut diterapkan dalam
segala aspek kehidupan, bahkan selayaknya dikembangkan tidak hanya di ranah
nasional, tetapi juga ASEAN. Kreativitas dalam menciptakan lagu-lagu, slogan
dan aksi koreografi menjadi sisi positif yang selayaknya dikembangkan. Tentu
diimbangi dengan sikap yang membuat orang-orang disekitarnya merasa nyaman.
Slogan mereka adalah “Diam Menakutkan, Bergerak Mematikan. Salam
Satu Nyali, Wani...!!!”. merupakan interpretasi dari istilah Jawa, Sadumuk
Bathuk Sanyari Bumi. Istilah ini merupakan ungkapan dalam literasi Jawa
yang berarti seluas telapak tangan di dahi dan sejengkal tanah pun akan dibela
hingga mati. Ungkapan ini berhubungan erat dengan pernyataan menjelang terjadi
atau diputuskannya peperangan oleh seseorang atau sekelompok orang bila hak-hak
dan kedaulatannya diusik.
Keberanian dan kejahatan berbeda tipis sebagai konsekuensi
slogan tersebut. Pemaknaan slogan yang selama ini ditampilkan adalah kejahatan,
bukan keberanian. Keberanian sebagai sikap yang harus muncul ketika hak-hak
diri direnggut atau ada serangan dari luar yang dikhawatirkan melampaui batas.
Kehormatan Diri
Kehormatan atau harga diri memang menjadi awal sebuah cerita,
asal sebuah tragedi, dan sumber adanya peristiwa. Mulai dari skala terkecil
hingga lingkup dunia, sesuatu yang paling mahal dan harus dipertahankan adalah
kehormatan dan harga diri. Tidak menjadi masalah karena kehormatan dan harga
diri merupakan karunia Tuhan, tetapi perbedaan pemahaman terhadap harga diri
itulah yang akan menimbulkan pergolakan. Lantas bagaimana sebuah kehormatan
atau harga diri harus ada dan dipertahankan tanpa mengusik orang lain? Yang
harus dilakukan adalah bagaimana menjadi diri sendiri, tidak menyamar atau
memakai budaya orang lain.
Untuk menjadi diri sendiri, hal pertama yang harus dilakukan
adalah revolusi mental Indown. Mental Indown merupakan mental yang menganggap segala sesuatu yang
berasal dari dalam tidak lebih baik dibanding yang berasal dari luar. Oleh
karena itu, perlu kiranya menjaga kelestarian budaya daerah sebagai warisan
luhur. Bangga dan melestarikan budaya, bahasa, tradisi dan adat kedaerahan
untuk membentuk kesatuan Nasional. Sebagai modal berharga untuk menjadi warga
ASEAN, bahkan dunia yang baik.
0 Comments