Berhati-hatilah dalam berbahasa. Tidak ada maaf bagi penghina
simbol negara. Lambang dan dasar negara adalah harga diri. Garuda kau lecehkan,
Pancasila kau sebut Pancagila. NKRI harga mati...! Khilafah, kumpulan orang
putus asa, karena tidak mendapat tempat di republik ini. Ho...ho...ho... Cukup sampai di sini. Garuda tidak akan memandu
jalanmu lagi, Kanguru.
Indonesia negeri yang aman, damai, tenteram dan guyup rukun. Tanah subur dan kaya akan
sumber daya alam. Untaian zamrud dari Sabang sampai Merauke, terbentang
sepanjang khatulistiwa. Nusantara tak membutuhkan kerajaan lain, namun bangsa
Indonesia bukan dicipta untuk angkuh apalagi menjajah, melainkan menjadi rahmat
bagi semesta alam. Indonesia bertugas untuk ngemong
bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, mamayu
hayuning bawono.
Tanah surga. Saking sugihe
kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia, banyak bangsa-bangsa lain yang
berusaha memerkosa bangsa Indonesia. Dari zaman Walondho hingga antek-antek ateis yang memberikan iming-iming
pelayanan seks. Menyebarkan para penyedia jasa seks di bumi pandhito ratu. Beruntung mereka bisa
ditangkap dan dideportasi. Tidak akan mempan,
kan orang-orangnya beragama. Negara
mana yang paling ribet ngurusin agama
hayooo?
Taurat berbahasa Ibrani. Injil berbahasa Aram. Al-Qur’an
berbahasa Arab. Apakah semua itu bahasa Tuhan? Bukan. Nah loh. Syirik...! Kafir...! Bid’ah...! Hmmmmm...... Memang benar semuanya adalah firman Tuhan, tapi bukan
menggunakan bahasa Tuhan, melainkan bahasa manusia. Seperti Sabdo Palon yang
memihak kukuruyuk dan Budak Angon
yang memihak kongkorongkong. Mereka
akan berusaha menirukan suara ayam semirip mungkin, karena ayam tidak mungkin
berkomunikasi dengan bahasa manusia. Sesengit apapun perdebatan mereka tentang
suara ayam, yang paling benar adalah suara ayam itu sendiri. Haaaaaaaaa....... Begitulah manusia,
tidak akan mampu memahami, menerima atau berinteraksi dengan Tuhan secara
langsung, kecuali orang-orang khusus yang dikirim langsung untuk menyampaikan
pesan suci.
***
Bumi terbelah di Pulau Dewata. Pertemuan sekaligus perpisahan, hanya
teknologilah yang berhasil menyatukan. Pertemuan karena bahasa, pertengkaran
pun juga karena bahasa. Ceritanyaaaaa....... pada zaman dahuluuuuu.... di
kontes studi budaya sedunia, Rembo bertemu ayam betina dari Vietnam.
Perbincangannya sederhana, perihal nama, bahasa diri. Gegara nama lengkap si
betina berbeda jauh dengan nama panggilannya.
Sambil berkaca-kaca, si Rembo, ayam, meratai nasibnya.
Perdebatan panjang yang berujung pertengkaran. Perkara yang menjadi makanan
pokok filsuf zaman sebelum Ustad Socrates, perihal mono, poli dan a-teisme. Mbohlah..! Diterima atau tidak, kenapa
orang yang sedang atau akan mempelajari filsafat, bukan yang telah berfilsafat,
selalu mengandalkan bahasa dan kelincahan berkata sebagai alat pembenaran
dan/atau penyangkalan? Bahkan terkesan mempersulit orang lain. Bukankan mereka
adalah orang-orang bijaksana? Para pencipta pola kebermanfaatan di dunia.
Itulah yang terjadi pada Kang Tris. Percakapannya dengan dirinya
sendiri membawa jalan-jalan terjal demi mencapai kebijaksanaan. Keteguhannya
dalam mempertahankan pendapat, tidak mau kalah dengan Kang Amin. Dalam berbagai
aspek, baik jabatan, ekonomi, pendidikan, status sosial, bahkan dalam shalat masih
merasa gengsi. Makanya Kang Tris tidak mau ikut-ikutan menyebut Aaaaaamiiiiiiiin.....!!!! Ini sebuah
keteguhan atau kebodohan?
Kerusuhan yang terjadi lebih tepat disebabkan kurangnya
pemahaman terhadap persoalan. Bisa jadi ikut-ikutan atau malah dibayar? Ah, mbohlah! Kata saja walau sama bunyi
dan bentuknya, punya berbagai makna. Kenapa begitu sulit memahami orang yang
berkata dengan maksud berbeda? Permintaan maaf dengan penjelasan maksud kata
pun menjadi angin lalu. Ini murni agama, atau gerakan politik? Kasihaaaan
Tuhan, jangan sedih ya say.
Rembo prihatin tidak hanya pada nasib dirinya, juga para
Punakawan yang sedang terbelah. Tanpanya dunia akan menjadi sangat repot. Bukan
hanya perdebatan soal suara ayam, tetapi juga Pizza Huts yang diplesetkan jadi
Fitsa Hats. Mungkin karena merasa malu bekerja di bawah pimpinan kafir. Tapi di
luar kok? Koar-koar jangan jadikan si kafir sebagai pemimpin, kok gitu, Bib? Eh..... Lambenyaaaaa....
Belum selesai kemeriahan tahun baru, masiiiiih aja republik ini
dirundung duka. Mulai dari kecelakaan penumpang hingga pilot yang mabuk sebelum
mengemudikan pesawat. Pye toh leee....le!
Urusan nyawa kok dipermainkan. Sing temenan nyambut gawe, kaya Kang Joko iku loh. Katanya Kang Joko dinobatkan sebagai pemimpin terbaik
se-Asia dan Australia. Kurang apa lagi? Wis
alame sugih, pemimpine hebat, senjatae kuat, lengkap wis. Top markotop! Eh, tapi ada yang kurang. Apa? Racun
tikus.
No comments:
Post a Comment